Keturunan Prabu Surya Kencana dari 2 Isterinya

Sampurasun...

Mugia Rahayu Sagung Dumadi...

Sebelumnya saya bahas dulu  Raja-raja Pakuan Pajajaran, sebagai berikut : 
  1. Prabu Susuk Tunggal, 1475 – 1478 M
  2. Prabu Jaya Dewata (Rd. Pamanah Rasa), 1478 – 1521 M
  3. Prabu Sura Wisesa, 1521 – 1535 M
  4. Prabu Dewata Buana, 1535 – 1543 M
  5. Ratu Sakti, 1543 – 1551 M
  6. Prabu Nilakendra, 1551 – 1567
  7. Prabu Surya Kencana /Raga Mulya (Panembahan Pucuk Umun Pulosari), 1567 – 1579 M
Prabu Surya Kencana alias Prabu  Raga Mulya Surya Kencana alias Panembahan Pucuk Umun Pulosari, merupakan raja terakhir Kerajaan Pajajaran. Ia menjabat sebagai raja selama 12 tahun yaitu dari Tahun 1567 M hingga 1579 M. Dalam Naskah Wangsakerta sosok Raga Mulya disebut sebagai Prabu Raga Mulya Suryakencana sedangkan dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Prabu Nusya Mulya.


Prabu Surya Kencana / Raga Mulya (Panembahan Pucuk Umun Pulosari) menjadi Raja pelarian dengan berkedudukan di Suryakancana (Pandai Gelang), oleh karena itu ia juga dikenal sebagai Prabu Suryakencana atau Panembahan Pulasari.

Pulasari terletak di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari. Menurut Pusaka Nusantara III dan Krethabumi I disebutkan bahwa "Pajajaran sirna ing ekadasa suklapaksa Wesakamasa sewu limang atus punjul siki ilang Sakakala" (Pajajaran runtuh pada tanggal sebelas bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka).

Tanggal sebelas bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka bertepatan pada 8 Mei 1579 M. Dari Naskah Banten telah memberitakan secara jelas mengenai keberangkatan Pasukan Banten ketika akan melakukan penyerangan ke Pakuan Pajajaran dalam puluh kinanti yang artinya, "Waktu keberangkatan itu terjadi pada bulan Muharam tepat pada awal bulan hari Ahad tahun Alif inilah tahun Sakanya satu lima kosong satu".

Walaupun tahun Alif baru digunakan Sultan Agung Kerajaan Mataram pada tahun 1633 M, namun dengan perhitungan mundur, tahun keruntuhan Pakuan 1579 M ini memang akan jatuh pada tahun Alif. Kekeliruan hanya hinungan hari, sebab dalam periode tersebut, tanggal satu Muharam tahun Alif akan jatuh pada hari Sabtu. Hal terpenting dalam Naskah Banten adalah memberitakan bahwa benteng yang ada di Kerajaan Pajajaran mengelilingi ibu kota Pakuan baru dapat dibobol setelah terjadinya pengkhianatan. Komandan yang selalu menjaga benteng di Pakuan merasa sakit hati karena telah diabaikan.

Selama ia menjabat tidak pernah mendapat gelar yang mendorong pangkatnya naik. Ia adalah saudara Ki Joglo, seorang kepercayaan Panembahan Yusuf. Di waktu tengah malam, Ki Joglo bersama beberapa pasukan mencoba menyelinap ke dalam kota setelah pintu benteng terlebih dahulu dibukakan saudaranya itu. Hal ini membuktikan betapa kokohnya benteng pertahanan Kerajaan Pajajaran yang dibuat era Siliwangi. Semasa meninggalnya Nilakendra, Kerajaan Pajajaran mengalami kekosongan kekuasaan, tetapi tetap saja musuh tidak mampu menembus benteng pertahanan tersebut. Untuk menembusnya, mereka harus menggunakan cara yang halus.

Masa berakhirnya Kerajaan Pajajaran (1482-1579), ditandai dengan diboyongnya Palangka Srimann Snwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan ke Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu yang berukuran 200x160x20 cm ini terpaksa diboyong ke Banten karena budaya politik pada waktu in mengharuskan melakukan cara demikian. Pertama, dengan dipindahnya Palangka tersebut, di Pakuan sudah tidak ada lagi penobatan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf melegitimasi dirinya menjadi seorang penerus kekuasaan Pajajaran yang sah. Karena buyut perempuannya adalah putri dari Sri Baduga Maharaja, sementara di sisi lain seluruh atribut dan perangkat kerajaan secara resmi telah diserahkan kepada Kerajaan Sumedang Larang melalui empat Kandaga Lante.

Dalam Carita Parahiyangan disebutkan: "Sang Susuktunggal inyana nu nyieuna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwa Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana Pakwan Sanghiyang Sri ratu Dewata" (Sang Susuktunggal ialah yang membuat takhta Sriman Sriwacana untuk Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati yaitu istana Sanghiyang Sri Ratu Dewata). Istilah "palangka" secara umum memiliki arti tempat duduk (dalam bahasa Sunda, pangcalikan), yang secara kontekstual bagi Kerajaan Pajajaran adalah "takhta", Dalam hal ini, takhta tersebut melambangkan tempat duduk khusus yang diperkenankan pada upacara penobatan seorang raja. Di atas palangka itulah calon raja diberkati dengan berbagai prosesi upacara oleh pendeta tertinggi.

Tempat palangka berada di kabuyutan kerajaan, bukan di dalam istana. Sesuai dengan budaya Pajajaran, takhta tersebut dibuat dari batu dan diasah hingga halus mengkilap. Kemudian diberi bahan tertentu yang fungsinya menjadikan batu tersebut serasa memiliki kesakralan tersendiri. Dari penduduk asli Sunda, menyebut batu ini sebagai batu pangcalikan atau batu ranjang. Batu Pangcalikan sekarang bisa ditemukan di makam kuno dekat Situ Sangiang di Desa Cibalanarik, Kecamatan Sukaraja, Tasikmalaya dan di Karang Kamulyan bekas pusat Kerajaan Galuh di Ciamis. Sedangkan batu ranjang dengan kaki yang diukir dapat ditemukan di Desa Batu Ranjang, Kecamatan Cimanuk, Pandeglang. Letaknya di kawasan petakan sawah yang terjepit pohon. Palangka Sriman Sriwacana sendiri saat ini berada di depan bekas keraton Surasowan di Banten. Karena wujudnya yang mengkilap dan berbeda dengan batu lainnya, banyak orang Banten menyebutnya watu gigilang. Istilah gigilang artinya berseri atau mengkilap, sama dengan arti kata sriman.


Prabu Raga Mulya Surya Kencana (Rakean Saryoni Nyata Kusumah) adalah raja terakhir Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pakuan Pajajaran. Nama ini dalam naskah Wangsakerta disebut juga sebagai Prabu Suryakancana, sedangkan dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Nusya Mulya.

Prabu Suryakancana tidak berkedudukan di Pajajaran, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia dikenal pula sebagai Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari (mungkin raja ini berkedudukan di Kaduhejo, Kecamatan Menes pada lereng Gunung Palasari).

Dalam Pustaka Nusantara III/1 dan Kertabhumi I/2 Karya Pangeran Wangsa Kerta Cirebon tahun 1670 disebutkan :
"Pajajaran sirna ing ekadaÅ›a Å›uklapaksa Wesakamasa sewu limang atus punjul siki ikang Åšakakala" yang artinya, "Pajajaran lenyap pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka." Tanggal tersebut kira-kira bertepatan dengan 8 Mei 1579 M.
Prabu Surya Kencana (1567 - 1579)  adalah putranya Ratu Sakti (Sang Mangabatan), Raja Pajajaran ke 4 yang bertahta di Pakuan Bogor 1543 - 1551, namun ada pula yang menuliskan putra dari Prabu Nila Kendra (Sang Tohaan di Majaya) Raja Pajajaran ke 5 yang bertahta di Pakuan Bogor tahun 1551-1557. Namun Rahsa dan naluriah penulis, Rakean Saryoni Nyata Kusumah (Prb. Raga Mulya Surya Kencana atau Prabu Nusiya Mulya atau Prabu Haris Maung adalah putra dari Ratu Sakti (Sang Mangabatan). 



KETURUNAN PRABU SURYA KENCANA 
DARI DUA ISTERINYA

Generasi ke 1
7. Prabu Raya Mulya Surya Kencana / Prabu Nusiya Mulya / Panembahan Pucuk Umum Pulosari (1567 - 1579) dari isteri ke 1 Nyimas Ratna Gumilang, berputra :
7.1. Raden Aji Mantri, makamnya di Serang Cimalaka Kabupaten Sumedang

7. Prabu Raya Mulya Surya Kencana / Prabu Nusiya Mulya / Panembahan Pucuk Umum Pulosari (1567 - 1579) dari isteri ke 2 Nyimas Oo Imahu (Harom Muthida), mempunyai anak :
7.2. Nyimas Harim Hotimah, makamnya di Bogor.
7.3. Nyimas Sari Atuhu (Buyut Eres), makamna di Parugpug Paseh Legok 
7.4. Sastra Pura Kusumah (Sutra Bandera), makamnya di Sagara Manik Desa Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan.
7.5. Istihilah Kusumah (Sutra Umbar / Mbah Ucing), makamna di Tajur desa Cipancar Sumedang Selatan.
7.6. NM. Kokom Ruhada (Nyimas Roro / Buyut Lidah), makamnya di Kampung Cijambe, Legok Paseh, Sumedang. 
7.7. NM. Suniasih (Eusi Suntana), makamna di Tajur desa Cipancar, Kecamatan Sumedang Selatan.

Keterangan : 
Di jaman Ratu Inten Dewata / Ratu Pucuk Umun Sumedang / NR. Satyasih (Mp. 1530 – 1579 M), diangkatnya Gajah Lindu atau Rakean Ropiah Hadas atau Ki Guntur Geni atau Patih Arga, adiknya Prabu Jaya Dewata (Prabu Siiwangi) menjadi Patih, Rd. Aji Mantri diangkat menjadi Penata Agung (Mantri Kedaton),  Sutra Bandera dan Sutra Umbar diangkat menjadi Panglima Perang (Hulu Jurit / Pamuk) untuk memperkuat pasukan perang Kedaton Sumedanglarang. 


Generasi Ke 2
Setelah kerajaan Pajajaran Burak, akibat diserbu oleh pasukan gabungan Banten dan Cirebon pada tanggal 15 mei 1579 masehi. Rajanya yang bernama Prabu Haris Maung atau Prabu Nusiyamulya atau yang mempunyai gelar Prabu Ragamulya tidak terkabarkan lagi membangun pemerintahan Pajajaran. Prabu Haris Maung berpesan kepada putranya agar mengabdi ke Negara Sumedang Larang.

Adapun putra Prabu Haris Maung memerintah di Pajajaran pada tahun 1567-1579 masehi yaitu Raden Aji Mantri alias Raden Keling Sakawayana, murid tersayang Sang Aduwarsa yang memimpin sebuah keagamaan peguruan keagamaan  di Cinangka, Cikampek.

Perlu diceritakan, dalam melaksanakan pesan atau amanat dari ayahnya itu, Bulan oktober 1579 masehi Raden Aji Mantri berangkat menuju Sumedanglarang dengan dikawal oleh empat orang pengawal pribadinya yaitu Embah Kapuk, Embah Pincang, Raden Raja Koras, Suryakancana Wesah dan 35 orang  prajuritnya. Mereka tiba di Sumedang Larang pada bulan Januari 1580 masehi dan selanjutnya mengabdi ke Negara tersebut.

Tidak lama setelah menikah dengan Nyai Mas Angkong Larangan pada tahun 1583 masehi, Raden Aji Mantri beserta isteri dan empat orang pengawalnya, yang semula berdiam di lingkungan Keraton Kutamaya atau Keraton Sumadang Larang  pindah dan menetap di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Dusun  Desa Serang, berada di wilayah kecamatan Cimalaka Sumedang sekarang. 

Di tempat tersebut, dengan mendapat dukungan dari penguasa Sumedang Larang saat itu yaitu Prabu Geusan Ulun, antara 1579-1610 masehi, Raden Aji Mantri  membangun sebuah telaga, letaknya di belakang Bale Desa Serang yang sekarang. yang dikenal  Talaga Sakawayana, Telaga yang disekelilingnya ditanami aneka pepohonan, diantaranya pohon kelapa yang di sebut Kalapa Tujuh dan ditengah-tengahnya terdapat mata air yang di sebut Leutak Si Balagadama, itu fungsinya selain untuk memperingati para leluhurnya yang telah membangun Talaga Maharena Wijaya di Bogor, sebagai tempat rekreasi para pengagung dan warga masyarakat Sumedang Larang juga untuk mengairi tanah-tanah pertanian yang ada di sekitarnya.

Setelah membantu roda pemerintahan Prabu Geusan Ulun selama kurang lebih 30 tahun antara 1580-1610 masehi, Raden Aji Mantri  yang menurut cerita dipercaya selaku penasehat kerajaan Sumedang Larang kemudian mendirikan sebuah perguruan keagamaan, letaknya tidak jauh dari Talaga Sakawayana yang diberi nama Sumedang Kahiyangan. 

Di pedepokan yang dipimpinya itu, Raden Aji Mantri mengajarkan sejumlah ilmu yang dianutnya dikenal dengan sebutan elmu Sakawayana, kepada murid-muridnya, baik murid yang datang dari wilayah Sumedang Larang maupun dari luar daerah, seperti mataram, di antaranya Bapa Leutik yang menikah dengan salah seorang warga Serang.

Menginjak tahun 1660 masehi, Raden Aji Mantri dipanggil oleh yang Maha Kuasa dalam usia yang sangat tua 105 tahun, jasadnya dimakamkan disebuah Gunung atau bukit yang ada di dusun Serang dan makamnya kini dikenal Makam Keramat Gunung Keling atau Makam Keramat Sakawayana.

Pada bagian yang kedua, yang bertalian dengan silsilah Sakawayana, diriwayatkan Prabu Haris Maung menikah dengan Nyai emas Ratna Gumilang, berputra seorang laki-laki yang diberi nama Raden Aji Mantri atau Raden Keling Sakawayana dan menikah dengan  Nyimas Angkong Larangan.

7.1. Raden Aji Mantri menikah Nyimas Angkong Larangan, mempunyai anak :
7.1.1. Santowan Kadang Serang
7.1.2. Santowan Sawana Buana
7.1.3. Santowan Pergong Jaya 
7.1.4. Santowan Jagabaya di Nangtung-Sumedang
7.1.5. Nyai Ayu Ratna Ayu, di Sumedang
7.1.6. Nyai Jili alias Nyai Jili Tahunyu, di Sumedang

7.2. Nyimas Harim Hotimah, emigrasi ke Bogor, berputra
7.2.1. Keturunan dari Nyimas Harim Hotimah emigrasi ke Bogor tak ada datanya keturunannya.

7.3. Sastra Pura Kusumah (Sutra Bandera) x Nyimas Hatimah, berputra :
7.3.1. Sutra Mulut, makamna di Pemakaman Umum Desa Baginda Kec. Sumedang Selatan.
7.3.2. Mara Suda
7.3.3. Rohim
7.3.4 Nyimas Asidah

7.4. Istihilah Kusumah (Sutra Umbar / Mbah Ucing) x Nyimas Rangga Pamade salah satu putra Prabu Geusan Ulun (Rd. Angkawijaya) dan Ratu Cukang Gedeng Waru (Nyimas Sari Hatin), berputra :
7.4.1. Duhiman (Iwan Tohidi), makamnya di  Cipancar Sumedang Selatan

7.5. Nyimas Sari Atuhu (Buyut Eres) x Pangeran Bungsu (Santowan Awiluar), putra bungsu dari Pangeran Santri dan Ratu Inten Dewata (merger dengan keturunan Pangeran Santri), berputra :
7.5.1. Iman Hotib
7.5.2. Sulhalimah
7.5.3. Abdul Hosibah

7.6. NM. Suniasih (Eusi Suntana) x Jaya Perkasa (Sayang Hawu) putra dari Nyimas Saripah (adik Prabu Surya Kencana) dan Abdul Karim (Mbah Sito), berputra :
7.6.1. Nyimas Rangsana 
7.6.2. Rd. Abas (Agus Kulha)

7.7  NM. Kokom Ruhada (Buyut Roro) x Pangeran Rangga Gede, 1625–1633 (isteri ke 1), merger dengan keturunan Prabu Geusan Ulun dan isteri ke 1 Ratu Cukang Gedeng Waru.


Generasi Ke 3
7.1.1. Santowan Kadang Serang x  Ayu Ajeng Jawista, berputra :
7.1.1.1. Tanduran Sawita /  Letnan Pengiring / Kyai Perlaya 
7.1.1.2. Kyai Singa Manggala Sersan Kertasinga  / Tmg. Singaraksa / Kiyai Nargan 
7.1.1.3. Rd. Tanujiwa /  Letnan Tanudjiwa / Kiyai Tanu Jiwa / Ki Mas Tanu (Bupati Bogor Pertama).

Menurut Raden Widjajakoesoemah, dalam tulisanya yang berjudul “Tjarita Nagara Padjadjaran” 1846 M, ketiga putra Santoan Kadang Serang itu, pada masa hidupnya pernah mengabdi kepada “Kumpeni” di Batavia, yaitu pada jaman Gubernur Jendral “Coen” 1627 M dan sampai zaman Gubernur Jendral Speelman 1681 M. Mereka dipercaya memimpin 40 orang pekerja asal Sumedang untuk membangun tempat-tempat yang asalnya merupakan hutan belantara menjadi tempat pemukiman, seperti; Kampung Bidara Cina, Kampung Bantarjati (Kampung Baru) dan sejumlah kampung yang berada di daerah Cipinang. Oleh karena pekerjaanya memuaskan, maka selanjutnya kumpeni mengangkat ketiga kakak beradik itu sebagai ”Prajurit” serta masing-masing mendapat pangkat, yang sulung Tanduran Sawita ”Letnan” dikenal dengan sebutan “Letnan Pengiring”, yang kedua Kyai Singa Manggala ”Sersan”, disebut “Sersan Kerta Singa” dan yang bungsu Kyai Tanu Jiwa sama dengan yang sulung, mendapat pangkat “Letnan”.

Pada tahun 1680 Masehi, Tanduran Sawita dengan kedua adiknya mendapat perintah dari Speelman untuk mencari pekerja ke Sumedang sebanyak 100 orang. Akan tetapi baru sampai ke hutan bekas Pajajaran, yang telah memakan waktu sebulan lamanya, mereka mendapat musibah kekurangan makanan. Didekat mata air sungai “Ciluwer” yang ada di hutan tersebut, Tanduran Sawita menghilang dan tidak di ketemukan kembali (itu sebabnya dia dikenal Kyai Perlaya) sehingga kedua adiknya memutuskan untuk kembali ke Batavia.

7.1.2. Santowan Sawana Buana x Apun Ayu Ajeng Wanisah, berputera :
7.1.2.1. Tanduran Mataram

7.1.3. Santowan Pergong Jaya (di Nangtung Sumedang) menikah Nyimas Ayu Ajeng Larasati menurunkan katurunan di Tasikmalaya dan Ciamis.

7.1.4. Santowan Jagabaya (di Nangtung Sumedang ) x NM. Ayu Ajeng Alisah, berputra :
7.1.4.1. Embah Bage (di Panjalu).
7.1.4.2. Raden Singa Kerta (Singa Nurun),  menurunkan keturunan di Nangtung Kec. Sumedang Selatan.
7.1.4.3. Rd. Nayamanggala (Rd. Nayapenggala)
7.1.4.4. Raden Apun Pananjung (Ratu Kulon I)  

7.1.5. Nyias Ayu Ratna Ayu (di Sumedang), berputra ?
7.1.5.1. tidak ada data keturunan selanutnya

7.1.6. Nyimas Jili / NM. Jilitahunyu (di Sumedang), berputra ?
7.1.6.1. tidak ada data keturunan selanutnya

7.2.1. Keturunan dari Nyimas Harim Hotimah emigrasi ke Bogor tak ada datanya keturunannya.

7.3.1. Sutra Mulut (Haji Baginda / Eyang Haji Jagariksa )  x  Nyimas Putri Layang Kancana, makamnya di Pemakaman Umum Desa Baginda Sumedang, berputra? Menurunkan ke Baginda Sumedang. 

7.3.2. Mara Suda, makamnya di Pemakaman Umum Desa Baginda Sumedang, berputra? menurunkan ke desa Baginda Kec. Sumedang Selatan.

7.3.3. Rohim, makamnya di Pemakaman Umum Desa Baginda Sumedang, berputra? menurunkan ke Desa Baginda Kec. Sumedang Selatan.

7.3.4. Nyimas Asidah x Pangeran Rangga Gede, 1625–1633 (merger dengan keturunan Prabu Geusan Ulun dan Isteri ke 1 Ratu Cukang Gedeng Waru), berputra :
7.3.4.1 Raden Bagus Weruh anu digelaran Rangga Gempol 2 (1633 - 1656)

7.4.1. Duhiman (Iwan Tohidi), makamnya di  Cipancar Sumedang Selatan, berputra?  menurunkan ke Desa Cipancar Kec. Sumedang Selatan.

7.5.1. Iman Hotib, berputra? 
7.5.1.1. Keturunan Iman Hotib tidak terdata selanjutnya.

7.5.2. Sulhalimah x Dipati Aria Soeriadiwangsa putra dari Prabu Geusan Ulun (Rd. Angka Wijaya) dan isteri ke 2  Ratu Harisbaya, berputra :
7.5.2.1. Rd. Kartadjiwa (Soeriadiwangsa 2) keturunannya ke Banten dan Tanggerang.
7.5.2.2. Rd. Mangun Rana , tidak terdata keturunan selanjutnya.
7.5.2.3. Rd. Tampang Kill, tidak terdata keturunan selanutnya.
7.5.2.4. Nyi Rd. Soemalintang atau NR. Ayoemajar atau R.A Soedarsah x Pangeran Koesomadiningrat atau Png. Koesoema Diningrat, keseluruhan keturunannya ada di “Sejarah Babon Sukapura” disusun oleh Rd. Soelaeman Anggapradja sesepuh KWS (Kumpulan Wargi Sukapura) cabang Garut  27 September 1976.
7.5.2.5. NR. Moestawiyah x Penghulu Legok.
7.5.2.6. NM Mariah atau NM Murda atau NM Gedeng Muda x R. Panji Aria Jayanegara / Mas Bongsar bupati Galuh III (1636-1678 M),  putra dari  Adipati  Panakean Gara Tengah - Imbangara Ciamis.

Baca silsilah juga di :
2. http://silsilah-ernimuthalib.blogspot.com/2017/09/silsilah-pangeran-santri-g01-11-2017-09.html, input data dari Alvin ada kesalahan setelah saya cek sendiri ke Ciamis NM Mariah atau NM Murda atau NM Gedeng Muda putra dari Dipati Soeriadiwangsa (Rangga Gempol) yang ditikah oleh R. Panji Aria Jayanegara / Mas Bongsar bupati Galuh III (1636-1678 M),  putra dari  Adipati  Panakean Gara Tengah - Imbangara Ciamis.


7.5.3. Abdul Hosibah, berputra? 
7.5.3.1. Tidak ada data keturunan selanjutnya.

7.6.1. Nyimas Rangsana, menikah dengan?
7.5.3.1. Tidak ada data keturunan selanjutnya.


Generasi Ke 4
7.1.1.1. Tanduran Sawita / Kyai Perlaya / Letnan Pengiring, berputra :
7.1.2.1.1. Kiriya Manggala Sakawayana

7.1.1.2. Kyai Singa Manggala /  Sersan Kertasinga / Tmg. Singaraksa / Kiyai Nargan, berputra :
7.1.1.2.1. Nyai Bentang
7.1.1.2.2. Mas Kalipa
7.1.1.2.3. Mas Komali
7.1.1.2.4. Nyai Epoh
7.1.1.2.5. Nyai Mirah
7.1.1.2.6. Nyai Enis Raksadikara
7.1.1.2.7. Asisten Wadana Pabyosongan Abu Said / Asisten Abud
7.1.1.2.8. Nyai Kamsah
7.1.1.2.9. Nyai Fatimah
7.1.1.2.10. Mas Narman
7.1.1.2.11. Nyai Sarfah
7.1.1.2.12. Mas Kasan
7.1.1.2.13. Nyai Suwita
7.1.1.2.14. Nyai Sariyah

7.1.1.3 Mas Tanujiwa atau Letnan Tanudjiwa atau Candra Manggala, berputra :
7.1.1.3.1 Rd. Mertakara yang berdomilisi di Banten. 

7.1.2.1. Tanduran Mataram, berputra :
7.1.2.1.1 Kiriya Manggala Sakawayana

7.1.4.1. Embah Bage (di Panjalu).
7.1.4.1.  Tidak terdata keturunannya.

7.1.4.2. Raden Singa Nurun atau Singa Kerta (melahirkan keturunan di Nangtung Sumedang),
7.1.4.2.1. Tidak terdata keturunananya.

7.1.4.3. Raden Nayamanggala atau Nayapenggala x Nyai Tanduran Saka, berputra : 
7.1.4.3.1. Raden Inayapatra 
7.1.4.3.2. Nyai Mas Unggeng

7.1.4.4. Nyai Raden Apun Pananjung x Susuhunan Amangkurat, berputra :
7.1.4.4.1, Raden Doberes

7.5.2.4. Nyi Rd. Soemalintang atau NR. Ayoemajar atau R.A Soedarsah x Pangeran Koesoemadiningrat, berputra :
7.5.2.4.1. Sareupeun Manangel
7.5.2.4.2. Sareupeun Cibeuli
7.5.2.4.3. Sareupeun Cihaurbeuti
7.5.2.4.4. Sareupeun Dawagung
7.5.2.4.5. Sareupeun Ciboeni Agoeng
Pangeran Koesoemadiningrat atau Pgn Koesoema Diningrat, putra Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati (Panembahan Seda ing Krapyak, Mas Djolang) dan Bunda Pangeran Koesoemadiningrat. Versi lain : putra Pangeran Benawa atau Abdul Halim atau Kanjeng Sultan Prabuwijoyo Catatan Umum : (Pangeran Djago Djawa) Sech Dago Djawa.
Jalur ini menuju ke Rd Djenal Asikin Wirakoesoemah berdasarkan "Serat Asal-Oesoel" yang ditulis oleh Rd. Djenal Asikin Widjajakoesoemah. Pangeran Koesoemadiningrat alias Pangeran Djago Djawa. Versi lain dari Ari dan Moggi: Pangeran kusumadiningrat alias djago jawa putra Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir.

7.5.2.5. NR. Moestawiyah yang diperistri oleh Penghulu Legok Sumedang.
7.5.2.5.1 (tidak terdata keturunanya)

7.5.2.6. NM Mariah atau NM Murda atau NM Gedeng Muda x R. Panji Aria Jayanegara / Mas Bongsar bupati Galuh III (1636-1678 M),  putra dari  Adipati  Panakean Gara Tengah - Imbangara Ciamis, berputra :
7.5.2.6.1. Knj Dlm Aria Bpt Imbanagara Anggapradja / Bupati Galuh ke 4 : Anggapraja (1678- 1679)
7.5.2.6.2. Knj Dlm Adp Bpt Imbanagara Angganaja / Bupati Galuh ke-5 : Angganaya (1679-1693) 
7.5.2.6.3. NM. Koerawoet 
7.5.2.6.4. NM. Galuh 
7.5.2.6.5. Rd. Angganata II 
7.5.2.6.6. R. Adp. Anggamadja Bupati Imbanagara ke 3


Generasi Ke 5
7.1.2.1.1. Kiriya Manggala Sakawayana, berputra :
7.1.2.1.1.1. Darma Manggala 

7.1.1.2.6. Nyai Enis Raksadikara x Rd. Mas Urwa (Buyut Sampang) putra dari  Rd. Mas Tirta Kusumah (Dalem Jasinga / Ki Jasinga, putra no. 11 dari Adipati Rangga Gede Sumedang, Mp.  1625 - 1633 - merger dengan keturunan Dipati Rangga Gede), berputra :
7.1.1.2.6.1. Rd. Mas Soleman
7.1.2.6.1.2. Rd. Mas Samaun
7.1.2.6.1.3. Nyai Sabariyah di Rangkasbitung 
7.1.2.6.1.4. Nyai Sariyah di Ciseeng 
7.1.2.6.1.5. Nyai Asih di Karawang 

7.1.4.3.1. Raden Inayapatra x Embah Putri (asal Bogor), berputra :
7.1.4.3.1.1. Raden Arjawayang (Antareja)

7.1.3.3.2. NM. Unggeng, berputra :
7.1.3.3.2.1. Rd. Naya, yang menjadi “Jagasatru” di Sumedang.

7.5.2.6.1. Knj Dlm Aria Bpt Imbanagara Anggapradja / Bupati Galuh ke 4 : Anggapraja (1678- 1679), berputra : 
7.5.2.6.1.1. Dlm. R. Soetadiwangsa I 


Generasi Ke 6
7.1.2.1.1.1. Darma Manggala,berputra :
7.1.2.1.1.1.1. Antamanggala

7.1.4.3.1.1. Raden Arjawayang (Antareja), berputera : 
7.1.4.3.1.1.1. Raden Aris Surakarta

7.1.1.2.6.1. Rd. Mas Soleman x Nyai Samidjah di Jasinga, berputra :
7.1.2.6.1.1.1 Sarikani/ Mbah Gunung
7.1.1.2.6.1.2 Mudrikah
7.1.1.2.6.1.3 Ama Rana
7.1.1.2.6.1.4 Ama Adra'i

7.1.2.6.1.2. Rd. Mas Samaun di Jasinga, berputra :
7.1.2.6.1.2.1 Suhana
7.1.2.6.1.2.2 Musikah
7.1.2.6.1.2.3 Mukinah
7.1.2.6.1.2.4 Sari

7.1.2.6.1.3. Nyai Sabariyah di Rangkasbitung 
7.1.2.6.1.3.1. (belum ada data)

7.1.2.6.1.4. Nyai Sariyah di Ciseeng 
7.1.2.6.1.4.1. (belum ada data)

7.1.2.6.1.5. Nyai Asih di Karawang 
7.1.2.6.1.5.1. (belum ada data)

7.1.3.3.1.1. Rd. Arjawayang (Antareja),  berputra :
7.1.3.3.1.1.1. Rd. Aris Surakarta

7.5.2.6.1.1. Dlm. R. Soetadiwangsa I, berputra :
7.5.2.6.1.1.1. Dlm. R. Tjandrakoesoemah 
7.5.2.6.1.1.2. Dg. Anggapradja 
7.5.2.6.1.1.3. Kjiai Soetapria 
7.5.2.6.1.1.4. Kjiai R. Abdoel Anggamalan atau Anggamalang 
7.5.2.6.1.1.5. R. Anggapradja 


Generasi Ke 7
7.1.2.1.1.1.1. Antamanggala, berputra :
7.1.2.1.1.1.1.1. Wangsamanggala 

7.1.4.3.1.1.1. Raden Aris Surakarta, berputera :
7.1.4.3.1.1.1.1 Raden Kyai Lukman Candrawisuta

7.5.2.6.1.1.4. Kjiai R. Abdoel Anggamalan atau Anggamalang, berputra :
7.5.2.6.1.1.4.1. Rd. Kapi Ibrahim I
7.5.2.6.1.1.4.2. Rd. Rajinala
7.5.2.6.1.1.4.3. Rd. Abdoel Rachman


Generasi Ke 8
7.1.2.1.1.1.1.1. Wangsamanggala, berputra :
7.1.2.1.1.1.1.1.1. Akmal Sutamanggala

7.1.4.3.1.1.1.1 Raden Kyai Lukman Candrawisuta, berputera :
7.1.4.3.1.1.1.1.1 Raden Kanduruan Cakrayuda

7.5.2.6.1.1.4.1. Rd. Kapi Ibrahim I, berputra :
7.5.2.6.1.1.4.1.1. Rd. Kapi Ibrahim II 
7.5.2.6.1.1.4.1.2. Ki Noesajin 
7.5.2.6.1.1.4.1.3. Ki Kapioedin 
7.5.2.6.1.1.4.1.4. Ki Noersamid / Noersahid 
7.5.2.6.1.1.4.1.5. Ki Anggawinata 
7.5.2.6.1.1.4.1.6. Rd. Kahfi Ibrahim II 


Generasi Ke 9
7.1.2.1.1.1.1.1.1. Akmal Sutamanggala, berputra :
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1. Rd. Dipa Wangsa
7.1.2.1.1.1.1.1.1.2. Rd. Suwita 
7.1.2.1.1.1.1.1.1.3. Raden Kasjan, dikenal dengan sebutan Bapa Olot, ia menurunkan anak cucu di Dusun Serang dan Dusun / Desa Narimbang Kecamatan Conggeang Sumedang.

7.1.4.3.1.1.1.1.1. Raden Kanduruan Cakrayuda, berputera :
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1. Raden Bahinan (Camat Ciawi Bogor)


Generasi Ke 10
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1. Rd. Dipa Wangsa  (meninggal ketika membantu Kyai Bagus Rangin ketika berperang melawan pasukan gabungan Kompeni Belanda dan Cirebon di Perang Bantarjati), berputra :
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.1.  Wangsadinata (kepala Desa Serang pertama, memerintah tahun 1870-1885 M), menurunkan keturunan di Dusun Serang 
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.2. NM. Oneng
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.3. Haji Sa’id
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4. Engkung / Ajib 

7.1.2.1.1.1.1.1.1.2. Raden Sawita x Nyi Mas Sawijah (janda dari Mas Ngabehi Jiwaparana IV, asal Pawenang Wado Sumedang adalah cicit Pangeran Karoehoen), berputera :
7.1.2.1.1.1.1.1.1.2.1. “Jibah” yang menulis “Buk Sakawayana” pada tahun 1841 Masehi. 

7.1.4.3.1.1.1.1.1.1. Raden Bahinan (Camat Ciawi Bogor), berputera :
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1. Raden Antahan (Camat Cimande Bogor)


Generasi Ke 11
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4. Engkung atau Ajib, berputera salah satunya :
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1 NM. Ningsih (Enden Ninhsih). 

7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1. Raden Antahan (Camat Cimande Bogor), berputera :
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1. Raden Entang
 

Generasi Ke 12
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1. Raden Entang, berputera :
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Raden Muhtar

7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1 NM. Ningsih (Enden Ninhsih) x isteri ke 21 Pangeran Aria Kusumah Adinata atau Panggeran Sugih (Bupati Sumedang tahun 1832-1889), berputera :
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1.1. NM. Oerian Domas (Nyi Raden Domas)


Generasi Ke 13
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Raden Muhtar, berputra :
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Raden Mariah

7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1.1. NM. Oerian Domas (Nyi Raden Domas), berputera :
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1.1.1. Raden Aom Bajaji 
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1.1.2. Raden Sule 
7.1.2.1.1.1.1.1.1.1.4.1.1.3. Nyai Raden Emek (melahiran keturunan di Bandung).


Generasi Ke 14
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Raden Mariah, berputra :
7.1.4.3.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Nyai Raden Susi Lestari, yang melahirkan keturunan di Bogor.



SILSILAH EMPAT KANDAGA LENTE SUMEDANG LARANG
Di jaman Prabu Geusan Ulun (Mp. 1579-1601 M) naledra Raja,  mengangkat Jaya Perkasa (Sanghyang Hawu) menjadi  Patih, Terong Peot (Batara Pancar Buana), Nangganan (Batara Dipati Wiradi Jaya) dan Kondang Hapa menjadi Panglima Perang (Senapati) kedaton Sumedang Larang.

Silsilah Sayang Hawu / Jaya Perkasa
Nyimas Saripah (adik  Prabu  Surya Kencana)  x Abdul Karim (Batara Kusumah), berputra :
1.  Rd. Jaya Kusumah / Jaya Perkasa / Sanghiang Hawu x NM Suniasih, putra dari Prabu Surya Kencana dan Ratu Euis Oo Imahu (lihat silsilah sebekumnya diatas), makamnya di Tajur Cipancar Kec. Sumedang Selatan. 
2.  Mayang Kusumah (Sari Nyata) x Ki Kadiran dari Pangeureunan Limbangan Garut, makamnya di Pajagan Kec. Situraja.

Silsilah Sanghiang Kondang Hapa
Jagat Laya (Suhaiti) x Siti Komalasari, asal ti Pajajaran, berputra :
1. Nyimas Istihi (Lenggana Sari)
2. Opit (Kondang Hapa)

Silsilah Terong Peot dan Nangganan
Kusnaedi Kusumah (Hosobi) x Nyimas Harsari, asal Pajajaran, berputra :
1. Terong Peot (Batara Pancar Buana)
2. Nangganan (Dipati Wiradi Jaya).
3. Nyimas Hatimah.

1. Terong Peot (Batara Pancar Buana) x NM. Hukmah (NM. Husmaeni), putranya Kyai Demang Cipaku dan NM. Demang Cipaku, berputra :
1.1. NM. Omi Osidah, diperisteri oleh Kondang Hapa (Opit), berputra :
1.1.1. Usada (Bawuk Samolo),  Senapati Sumedanglarang di  jaman Pangeran Soeriadiwangsa (Rangga Gempol)
1.1.2. NM. Rohimah


Sumber :
  • Sejarah Pajajaran 
  • Buku Silsilah Jati Sampurna Cipancar Sumedang Selatan.
  • Book Descendants of Pangeran Santri (Koesomadinata I)
  • Transkrip Lontar ki Sakawayana, Serang Kec. Cimalaka Sumedang.
  • Silsilah Keturunan Singa Manggala atau Tumenggung Singa Raksa atau Kyai Nargan.

Baca Juga :

2 komentar:

  1. Luar Biasa, Saluut...Kang, tulisan yang berbobot

    BalasHapus
  2. Punten kang mau tanya : Kyai Singa Manggala (7.1.1.2.) berputra Asisten Wadana Pabyosongan Abu Said / Asisten Abud (7.1.1.2.7.) berputra MA. Salmun Rakyadikaria (https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2017/04/biografi-ma-salmoen-sastrawan-angkatan-1966-1970-an.html). Kyai Singa Manggala dikalkulasi lahir (sekitar tahun 1612), MA Salmun lahir 1903, Abu Said dikalkulasi lahir sekitar tahun 1903-30 thn = 1873, antara Kyai Singamanggala dan Abu Said terpaut 261 tahun. Keliatannya ada 3 atau 4 generasi yang hilang. Catatan : MA Salmun Rakyadikaria itu masih saderek abdi dari istrinya : Nyi Rd. Anong Kramaatmadja (generasi ke 6 Pangeran Diponegoro). Punten Kang ini nomor abdi : 0856 7800 732, nuhun

    BalasHapus