Batu Sandung di Gunung Tampomas adalah Yantra

Dalam falsafah hindu ada yang disebut Yantra. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. (Bhagavan Shri Sathya Sai Baba, 1995: 12).

Yantra adalah bentuk "niyasa" ( = simbol = pengganti yang sebenarnya) yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain.

Dalam tradisi Hindu, Yantra umumnya digunakan dalam melakukan upakara puja dengan mengikut sertakan bija mantra sesuai Yantra tersebut.










Dengan banyaknya jenis puja dan setiap puja menggunakan yantra dan mantra yang berbeda, sehingga bentuk yantrapun dalam kesustraan hindu dibagi menjadi :
  • Bhu Pristha yantra: yantra ini biasanya dibuat secara timbul atau dipahat pada suatu bahan tertentu dan yantra yang hanya ditulis pada selembar kertas atau kain.
  • Meru Pristha yantra : yantra ini membentuk seperti gunung atau seperti piramid dimana di bagian dasar penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas semakin mengecil misalnya seperti bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di Bali.
  • Meru parastar yantra : ini adalah bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra tersebut atau dipotong bagian tertentu.
  • Ruram Pristha yantra: yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi empat dan diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau seperti pundak kura-kura.
  • Patala yantra : ini adalah kebalikan dari meru Pristha yantra yaitu diatasnya berbentuk besaran dibawahnya kecil.
Setiap Yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada Yantra tersebut akan mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Yantra telah dikenal sejak jaman Purba dimana oleh para Resi dan orang bijak memanfaatkan yantra untuk membantu mencapai tujuan kesuciannya.

Yantra telah dikenal sejak jaman Purba dimana oleh para Resi dan orang bijak memanfaatkan yantra untuk membantu mencapai tujuan kesuciannya. 

Seperti yang termuat dalam naskah di Pura Sumedang di Bali :
"...Ong Ratu Sumedang pakéeunana dina puhun alit tunggal bayu sabda hidep. 
Ong Surya Sumedang pakéeun alit ning langgeng tutur tengleng ning hidep nis ku sajnyana. 
Ong Sang Hyang Sumedang paké mangkatkeun ajnyana ngaleupaskeun nyana alit sang manon. liwat ti rahina sada, hibar caang saluar bwana, luput beurang caang sadakala, paké alit ning jeueung di alit hidep sang manon pakeun ngahusir na jati, nyeueung bwana niskala. 
Ang Ung Mang...Ang Ah. Ongkara nunggal ring bayu sabda hidep"

Sumber :

Baca Juga :

Tidak ada komentar