Situs Wijaya Kusumah Siapakah, Yang Ada di Gunung Kecamatan Argapura Majalengka?
Gunung Wangi Kecamatan Argapura Majalengka |
Gunung Wangi adalah salah satu bukit yang berada di desa Gunung Wangi Kecamatan Argapura Majalengka. Dari kejauhan terlihat berdiri kokoh menopang langit. Namun bukan karena itu Gunung Wangi di kunjungi. Disalah satu sisinya terdapat makom keramat tokoh sepuh Mbah Buyut Wijaya Kusuma.
Gunung Wangi jauh dari keramaian kota, untuk mencapainya pun mesti melewati jalan-jalan desa yang sempit dengan jalan yang naik turun. Jangan kuatir perjalanan kesana tak akan membosankan. Sepanjang jalan alam akan menghiburnya dengan pemandangan- pemandangan yang mempesona.
Jembatan Gantung Menuju Gunung Wangi Kecamatan Argapura Majalengka |
Perjalanan melewati Gunung Bongkok Kecamatan Argapura Majalengka |
Disamping itu juga ada beberapa tempat keramat tokoh setempat yang terlewati yang memungkinkan untuk disinggahi sembari melepas lelah.
Begini Sejarah Makam Raden Toemenggoeng Dendanagara yang Diyakini sebagai Bupati Majalengka Pertama
Acara napak tilas dilakukan di Komplek pemakaman Wijaya Kusuma, di Desa Gunungwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka
Pemerintah Desa Gunungwangi yang bekerjasama dengan Komunitas Grup Majalengka Baheula (Grumala) dan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) menggelar kegiatan Napak tilas di komplek makam Wijaya Kusuma, Selasa (11/2/2020).
Kegiatan napak tilas itu bertujuan mengenalkan kepada masyarakat yang diyakini belum mengetahui bahwa makam tersebut merupakan makam Raden Toemenggoeng Dendanagara atau Kanjeng Kyai Siera Adi Ningrat.
Beliau diyakini sebagai Bupati Majalengka pertama pada periode (1819-1848).
Ketua Grumala, Nana Rochmana mengatakan, keyakinan itu mulanya didasari oleh oleh adanya prasasti yang tertera pada nisan serta tulisan di atas pintu masuk makam dengan huruf Arab Pegon dengan menggunakan bahasa Jawa kuno.
"Awal penelusuran ini berawal dari ditemukannya sebuah naskah yang disebutkan oleh Bupati Majalengka ke-8 di tahun 1958 yang menyebutkan Bupati Dendanagara, yang makamnya di Gunungwangi," ujar Kang Naro, Selasa (11/2/2020).
Mengetahui hal itu, Komunitas Grumala yang digagas oleh dirinya berupaya menelusuri hingga ke pemakaman di Gunungwangi tersebut. Di sanalah ditemukan beberapa tulisan Arab Pegon dengan bahasa Jawa kunonya.
"Namun, karena tidak sanggup dan tidak paham akan tulisan Arab Pegon atau aksara Jawa itu, akhirnya mencari orang yang mampu membacanya hingga ditemukan ahli huruf Arab Pegon dan bahasa Jawa kuno, yaitu Tarka orang Indramayu," ucapnya.
Lanjut Nana menjelaskan, tulisan yang ada di batu nisan serta di pintu masuk atas yang terpampang baru bisa dibaca pada 5 Januari 2019 lalu. Setelah, dirinya bersama seseorang asal Belanda mengajak Tarka, yang dikenalnya melalui media sosial.
Pada tulisan di kayu jati yang diyakini masih utuh tersebut berbunyi :
"Pémut punika cungkub pasaréyan Kanjeng Kiyahi Arya Suraadiningrat Adipati Carbon kang ayasa Radén Tumenggung." Artinya, Pengingat: ini adalah Cungkup Makam Kangjeng Kyai Arya Suradiningrat Adipati Cirebon yang berjasa, Raden Tumenggung.
"Arya Sriningrat Kanjeng Majalengka waktu dalu punika nuju tanggal 23 dinten Jumuah Sasi Siyam Tahun Dal 1327 Hijriyah." Artinya, Arya Sriningrat Kangjeng Majalengka malam itu pada hari Jum’at Tanggal 23 Bulan Syiam (Ramadhan) Tahun Dal 1327 Hijriyyah.
"Atawa Walandi tanggal 18 Oktober ari Jumah 1909 kang ngapalani Haji Muhamad Rafingi Holifah wa syahadu‘ala dzalika K.H. Abduliman Wanadireja." Artinya, atau menurut penanggalan Belanda; hari Jum’at tanggal 18 Oktober 1909. Yang mengepalai/mengetuai Haji Muhamad Rofingi Khalifah dan yang menyaksikan hal tersebut adalah K.H. Abduliman Wanadireja.
Pada batu nisan juga tertera kalimat yang ditulis dalam bahasa dan huruf yang sama, di antaranya adalah.
"Hijra Kangjeng Nabi Muhamad 1268."
Artinya, Hijrah Kanjeng Nabi Muhammad 1268.
"Tahun 1268 Hijriah."
Artinya, 1440 –1268 = 172 tahun.
"Punika Pa-hingettaning ta-hun waladhi 1852."
Artinya, Inilah catatan tahun Belanda 1852 (2018-1852 = 166 tahun).
"Punika pa-hingettan ning babadh 1781."
Artinya, inilah catatan babad tahun 1781 (2018 – 1781 = 237 tahun].
Di sana juga ada tulisan lainnya, sebagai berikut.
"Hadza Kiyahi Mas Sutadiwirya Rama nipun Kiyahi Mas Demang Wedana Maja."
Artinya, inilah Kyai Mas Sutadiwirya Ayahanda dari Kyai Mas Demang Wedana Maja.
"Wafatipun ing tanggal 9 Robi’ul Awwal tahun za 1286 Hijrah Nabi saw Jawi 1798 1916 M."
Artinya, wafatnya pada tanggal 9 Robi’ul Awwal tahun za 1286 Hijriyah Nabi SAW Jawa 1798 1969 M.
Selain itu, Naro menambahkan, ada juga prasasti yang jug ditulis di batu dengan bunyi, sebagai berikut.
"Halamadh hingkang nama Kyahi Harya Hadhipati Suryahadhiningrat."
Artinya, alamat [inilah] yang bernama Kiyai Arya Adipati Suryahadiningrat.
Wabup Majalengka Hadiri Napak Tilas
Wakil Bupati Majalengka, Tarsono D Mardiana menghadiri kegiatan Napak tilas makam Bupati Majalengka Pertama, Raden Toemenggoeng Dendanagara, Selasa (11/2/2020).
Wabup Tarsono disambut baik dan didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Majalengka dan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Argapura.
Setibanya di lokasi, Tarsono langsung duduk di latar makam Raden Toemenggoeng Dendanagara yang berbentuk seperti rumah di ujung komplek tersebut.
Didampingi oleh seluruh Muspika, Tarsono turut menikmati dengan ikut menyimak satu persatu kegiatan yang digelar.
Dalam kesempaannya, orang nomor 2 di Majalengka itu menyampaikan bahwa kegiatan ini perlu terus digelar, mengingat acara ini mengenalkan kepada masyarakat bahwa terdapat petilasan makam Bupati Majalengka pertama.
Sebab, beberapa tahun lalu masyarakat, khususnya warga Desa Gujungwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka mengenal makam tersebut sebagai makam Kyai.
"Ini tentu perlunya pendekatan antara kami Pemerintah Daerah melalui Pemdes kepada masyarakat bahwa di desa ini ada makam Bupati Majalengka pertama," ujar Tarsono, Selasa (11/2/2020).
Napak Tilas
Sementara, Ketua Grumala sekaligus panitia dari komunitas, Nana Rochmana menyampaikan, awalnya pihaknya bersama teman-teman komunitas Grumala tidak mengerti dengan adanya makam Bupati Majalengka pertama.
Sebab, tulisan yang berada di pintu masuk makam tersebut menggunakan tulisan aksara Jawa yang hanya sejumlah orang saja yang memahaminya.
"Awal penelusuran ini berawal dari ditemukannya sebuah naskah yang disebutkan oleh Bupati Majalengka ke-8 di tahun 1958 yang menyebutkan Bupati Dendanagara, yang makamnya di Gunung Wangi," ucapnya.
"Namun, karena tidak sanggup dan tidak paham akan tulisan Arab Pegon atau aksara Jawa itu. Akhirnya mencari orang yang mampu membacanya hingga ditemukan ahli huruf Arab Pegon dan bahasa Jawa kuno," jelasnya.
Naro, sapaan akrab Nana Rochmana menyampaikan, selain mengenalkan makam Bupati Majalengka pertama, kegiatan ini juga digelar untuk mengetahui asal usul atau sejarah makam tersebut.
Pemerintah Desa Gunungwangi yang bekerjasama dengan Komunitas Grup Majalengka Baheula (Grumala) dan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) menggelar kegiatan napak tilas, Selasa (11/2/2020).
Kegiatan napak tilas dilaksanakan dalam rangka mengenalkan makam Raden Toemenggoeng Dendanagara atau Kanjeng Kyai Siera Adi Ningrat sekaligus Bupati Majalengka pertama periode (1819-1848).
Makam itu berada di komplek Makam Wijaya Kusuma, di Desa Gunungwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.
Ketua Grumala, Nana Rochmana mengatakan, kegiatan napak tilas ini sengaja dilaksanakan agar masyarakat Majalengka khususnya warga Desa Gunungwangi mengetahui bahwa di desanya ada petilasan Bupati Majalengka pertama.
Di samping itu, kegiatan ini juga dilakukan agar masyarakat memahami bahwa Ulang Tahun Majalengka itu diperingati setiap tanggal 11 Februari.
"Kami ingin meluruskan atau memberikan informasi bahwa berdirinya Kabupaten Majalengka itu tanggal 11 Februari sesudai dengan yang tertuang pada prasasti di makam ini," ujar Naro, sapaan akrab Nana Rochmana.
Dalam kegiatan itu, dihadiri sejumlah komunitas, budayawan seniman dan warga Desa Gunungwangi.
Hingga kini, kegiatan tersebut masih berlangsung dengan pemaparan beberapa budayawan yang mengetahui sejarah Makam RT Dendanagara sebagai Bupati Majalengka pertama. (Revisi 30/07/2020)
Acara napak tilas dilakukan di Komplek pemakaman Wijaya Kusuma, di Desa Gunungwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka
Pemerintah Desa Gunungwangi yang bekerjasama dengan Komunitas Grup Majalengka Baheula (Grumala) dan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) menggelar kegiatan Napak tilas di komplek makam Wijaya Kusuma, Selasa (11/2/2020).
Kegiatan napak tilas itu bertujuan mengenalkan kepada masyarakat yang diyakini belum mengetahui bahwa makam tersebut merupakan makam Raden Toemenggoeng Dendanagara atau Kanjeng Kyai Siera Adi Ningrat.
Beliau diyakini sebagai Bupati Majalengka pertama pada periode (1819-1848).
Ketua Grumala, Nana Rochmana mengatakan, keyakinan itu mulanya didasari oleh oleh adanya prasasti yang tertera pada nisan serta tulisan di atas pintu masuk makam dengan huruf Arab Pegon dengan menggunakan bahasa Jawa kuno.
"Awal penelusuran ini berawal dari ditemukannya sebuah naskah yang disebutkan oleh Bupati Majalengka ke-8 di tahun 1958 yang menyebutkan Bupati Dendanagara, yang makamnya di Gunungwangi," ujar Kang Naro, Selasa (11/2/2020).
Mengetahui hal itu, Komunitas Grumala yang digagas oleh dirinya berupaya menelusuri hingga ke pemakaman di Gunungwangi tersebut. Di sanalah ditemukan beberapa tulisan Arab Pegon dengan bahasa Jawa kunonya.
Tulisan Arab Pegon di pintu masuk makam RT Dendanagara, Bupati Majalengka Pertama. |
"Namun, karena tidak sanggup dan tidak paham akan tulisan Arab Pegon atau aksara Jawa itu, akhirnya mencari orang yang mampu membacanya hingga ditemukan ahli huruf Arab Pegon dan bahasa Jawa kuno, yaitu Tarka orang Indramayu," ucapnya.
Lanjut Nana menjelaskan, tulisan yang ada di batu nisan serta di pintu masuk atas yang terpampang baru bisa dibaca pada 5 Januari 2019 lalu. Setelah, dirinya bersama seseorang asal Belanda mengajak Tarka, yang dikenalnya melalui media sosial.
Pada tulisan di kayu jati yang diyakini masih utuh tersebut berbunyi :
"Pémut punika cungkub pasaréyan Kanjeng Kiyahi Arya Suraadiningrat Adipati Carbon kang ayasa Radén Tumenggung." Artinya, Pengingat: ini adalah Cungkup Makam Kangjeng Kyai Arya Suradiningrat Adipati Cirebon yang berjasa, Raden Tumenggung.
"Arya Sriningrat Kanjeng Majalengka waktu dalu punika nuju tanggal 23 dinten Jumuah Sasi Siyam Tahun Dal 1327 Hijriyah." Artinya, Arya Sriningrat Kangjeng Majalengka malam itu pada hari Jum’at Tanggal 23 Bulan Syiam (Ramadhan) Tahun Dal 1327 Hijriyyah.
"Atawa Walandi tanggal 18 Oktober ari Jumah 1909 kang ngapalani Haji Muhamad Rafingi Holifah wa syahadu‘ala dzalika K.H. Abduliman Wanadireja." Artinya, atau menurut penanggalan Belanda; hari Jum’at tanggal 18 Oktober 1909. Yang mengepalai/mengetuai Haji Muhamad Rofingi Khalifah dan yang menyaksikan hal tersebut adalah K.H. Abduliman Wanadireja.
Pada batu nisan juga tertera kalimat yang ditulis dalam bahasa dan huruf yang sama, di antaranya adalah.
"Hijra Kangjeng Nabi Muhamad 1268."
Artinya, Hijrah Kanjeng Nabi Muhammad 1268.
"Tahun 1268 Hijriah."
Artinya, 1440 –1268 = 172 tahun.
"Punika Pa-hingettaning ta-hun waladhi 1852."
Artinya, Inilah catatan tahun Belanda 1852 (2018-1852 = 166 tahun).
"Punika pa-hingettan ning babadh 1781."
Artinya, inilah catatan babad tahun 1781 (2018 – 1781 = 237 tahun].
Di sana juga ada tulisan lainnya, sebagai berikut.
"Hadza Kiyahi Mas Sutadiwirya Rama nipun Kiyahi Mas Demang Wedana Maja."
Artinya, inilah Kyai Mas Sutadiwirya Ayahanda dari Kyai Mas Demang Wedana Maja.
"Wafatipun ing tanggal 9 Robi’ul Awwal tahun za 1286 Hijrah Nabi saw Jawi 1798 1916 M."
Artinya, wafatnya pada tanggal 9 Robi’ul Awwal tahun za 1286 Hijriyah Nabi SAW Jawa 1798 1969 M.
Selain itu, Naro menambahkan, ada juga prasasti yang jug ditulis di batu dengan bunyi, sebagai berikut.
"Halamadh hingkang nama Kyahi Harya Hadhipati Suryahadhiningrat."
Artinya, alamat [inilah] yang bernama Kiyai Arya Adipati Suryahadiningrat.
Wabup Majalengka Hadiri Napak Tilas
Wakil Bupati Majalengka, Tarsono D Mardiana menghadiri kegiatan Napak tilas makam Bupati Majalengka Pertama, Raden Toemenggoeng Dendanagara, Selasa (11/2/2020).
Wabup Tarsono disambut baik dan didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Majalengka dan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Argapura.
Setibanya di lokasi, Tarsono langsung duduk di latar makam Raden Toemenggoeng Dendanagara yang berbentuk seperti rumah di ujung komplek tersebut.
Didampingi oleh seluruh Muspika, Tarsono turut menikmati dengan ikut menyimak satu persatu kegiatan yang digelar.
Dalam kesempaannya, orang nomor 2 di Majalengka itu menyampaikan bahwa kegiatan ini perlu terus digelar, mengingat acara ini mengenalkan kepada masyarakat bahwa terdapat petilasan makam Bupati Majalengka pertama.
Sebab, beberapa tahun lalu masyarakat, khususnya warga Desa Gujungwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka mengenal makam tersebut sebagai makam Kyai.
"Ini tentu perlunya pendekatan antara kami Pemerintah Daerah melalui Pemdes kepada masyarakat bahwa di desa ini ada makam Bupati Majalengka pertama," ujar Tarsono, Selasa (11/2/2020).
Napak Tilas
Sementara, Ketua Grumala sekaligus panitia dari komunitas, Nana Rochmana menyampaikan, awalnya pihaknya bersama teman-teman komunitas Grumala tidak mengerti dengan adanya makam Bupati Majalengka pertama.
Sebab, tulisan yang berada di pintu masuk makam tersebut menggunakan tulisan aksara Jawa yang hanya sejumlah orang saja yang memahaminya.
"Awal penelusuran ini berawal dari ditemukannya sebuah naskah yang disebutkan oleh Bupati Majalengka ke-8 di tahun 1958 yang menyebutkan Bupati Dendanagara, yang makamnya di Gunung Wangi," ucapnya.
"Namun, karena tidak sanggup dan tidak paham akan tulisan Arab Pegon atau aksara Jawa itu. Akhirnya mencari orang yang mampu membacanya hingga ditemukan ahli huruf Arab Pegon dan bahasa Jawa kuno," jelasnya.
Naro, sapaan akrab Nana Rochmana menyampaikan, selain mengenalkan makam Bupati Majalengka pertama, kegiatan ini juga digelar untuk mengetahui asal usul atau sejarah makam tersebut.
Pemerintah Desa Gunungwangi yang bekerjasama dengan Komunitas Grup Majalengka Baheula (Grumala) dan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) menggelar kegiatan napak tilas, Selasa (11/2/2020).
Kegiatan napak tilas dilaksanakan dalam rangka mengenalkan makam Raden Toemenggoeng Dendanagara atau Kanjeng Kyai Siera Adi Ningrat sekaligus Bupati Majalengka pertama periode (1819-1848).
Makam itu berada di komplek Makam Wijaya Kusuma, di Desa Gunungwangi, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.
Ketua Grumala, Nana Rochmana mengatakan, kegiatan napak tilas ini sengaja dilaksanakan agar masyarakat Majalengka khususnya warga Desa Gunungwangi mengetahui bahwa di desanya ada petilasan Bupati Majalengka pertama.
Di samping itu, kegiatan ini juga dilakukan agar masyarakat memahami bahwa Ulang Tahun Majalengka itu diperingati setiap tanggal 11 Februari.
"Kami ingin meluruskan atau memberikan informasi bahwa berdirinya Kabupaten Majalengka itu tanggal 11 Februari sesudai dengan yang tertuang pada prasasti di makam ini," ujar Naro, sapaan akrab Nana Rochmana.
Dalam kegiatan itu, dihadiri sejumlah komunitas, budayawan seniman dan warga Desa Gunungwangi.
Hingga kini, kegiatan tersebut masih berlangsung dengan pemaparan beberapa budayawan yang mengetahui sejarah Makam RT Dendanagara sebagai Bupati Majalengka pertama. (Revisi 30/07/2020)
Post a Comment