Batulayang dan Keturunannya

Sampurasun.... 
Kali penulis akan mengupas Batulayang dan Keturunannya 

I. Lika-Liku Hilangnya Kabupaten Batulayang
Saat ini Batulayang hanyalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Desa Batulayang sendiri merupakan pemekaran dari Desa Bongas pada 1982. Nama Batulayang diambil dari nama salah satu umbul di wilayah Tatar Ukur pada abad XVII. 

Tatar Ukur, menurut Prof. Dr. A. Sobana H.M.A, pada awalnya adalah bagian Kerajaan Timbanganten Torogong Garut yang merupakan vatsal dari Kerajaan Sunda-Pajajaran 

Dalam naskah Mertasinga, keadaan anak cucu Pajajaran setelah meradnya Sang raja (Prabu Siliwangi) maka kerajaan menjadi hutan belantara, sejak itu anak cucu Sang Raja bercerai berai membawa langkah masing-masing, diantaranya:
  • Susunan Pajengan di Kuningan
  • Sunan Mayak di Taraju
  • Boros Ngora di Panjalu
  • Raden Tetel di Gunung Bandung
  • Raden Lawean di Pasir Panjang
  • Sanghyang Pandahan di Ukur (Batulayang)
  • Sanghyang Kartamanah di Limbangan
  • Sanghyang Sogol di Maleber
  • Sanghyang mayak di Cilutung
  • Dalem Naya di Ngandar dipanggil Dalem Cengal
  • Sanghyang Ranjam di Cihaur
  • Ratu Panaten di Timbanganten (Garut)
  • Prabu Lumuh Seda di Sela Arang
  • Sanghyang Jamsana di Roni Batulayang
  • Liman Sanjaya di Sunda Larang (Garut)
  • Sanghyang Tubur di Panembang (Panembong Garut?)
Menurut naskah Sejarah Bandung, Wilayah Batulayang diperintah secara turun-temurun oleh Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung dan Dipati Ukur. 

Tatar Ukur menjadi wilayah yang penting ketika Dipati Ukur diangkat oleh Sultan Agung menjadi wedana (kepala) Bupati Priangan pada awal abad XVII, menggantikan kedudukan Rangga Gede, Bupati Sumedang. Sebagai syarat pengangkatannya, Dipati Ukur diperintahkan untuk menyerang kedudukan Belanda di Batavia. Untuk melaksanakan tugasnya Dipati Ukur dibantu sembilan umbul yang terdiri dari : Ki Tumenggung Batulayang, Ki Demang Saunggatang, Ki Ngabehi Yudakarti dari Taraju, umbul Malangbong, umbul Medang Sasigar, umbul Cihaur Mananggel, umbul Kahuripan, umbul Sagaraherang dan umbul Ukur. 

Keterangan mengenai Batulayang sebagai salah satu dari sembilan umbul yang berada di bawah Tatar Ukur, menurut Eddy S. Ekadjati, dapat ditemukan dalam Ceritera Dipati Ukur versi Sukapura. Kesembilan umbul tadi menurut A. Sobana dalam tesisnya yang berjudul Bupati-Bupati Priangan: Kedudukan dan Peranannya Pada Abad ke-19 disebut sebagai Ukur Sasanga (umbul yang sembilan) dan Batulayang adalah salah satunya. Penyerangan ke Batavia yang dilakukan oleh Dipati Ukur mengalami kegagalan. Dipati Ukur kemudian memilih memberontak kepada kekuasaan Mataram ketimbang menanggung hukuman yang akan dijatuhkan oleh Sultan Agung. Dipati Ukur menjadikan Gunung Lumbung di wilayah Batulayang sebagai pertahanannya menghadapi serangan pasukan Mataram.

Naskah Ceritera Dipati Ukur versi Sukapura kemudian mencatat Dipati Ukur beserta delapan umbulnya kemudian menyatakan menyerah kepada Tumenggung Bauraksa yang telah mengepung benteng Alang-alang selama dua setengah tahun. Dipati Ukur dan delapan umbulnya kemudian dijatuhi hukuman ketika tiba di Mataram. Dipati Ukur dipenggal kepalanya, Tumenggung Batulayang direbus dalam air mendidih, Ngabehi Yudakarti digantung di pintu gerbang dan setiap orang yang melewatinya harus mengerat daging tubuhnya dan Tumenggung Saunggatang dibakar setalah tubuhnya dibungkus ijuk. Lima orang umbul lainya yaitu umbul Malangbong, umbul Medang Sasigar, umbul Kahuripan, umbul Cihaur Mananggel dan umbul Sagaraherang badannya ditumbuk bersama-sama. 

Bentuk hukuman yang sama juga dicatat dalam naskah Ceritera Dipati Ukur versi Batavia. Jumlah pejabat Tatar Ukur yang berbeda dicatat dalam Ceritera Dipati Ukur versi Sumedang. Naskah berbahasa Jawa yang disimpan di Universitas Leiden, Belanda, mencatat total jumlah yang dijatuhi hukuman mati oleh sultan Mataram adalah 12 orang yang tediri dari: Dipati Ukur, Tumenggung Batulayang, Aria Gede, Ki Demang Gede, Demang Tisnajaya, Ngabehi Kahuripan, Demang Saunggatang, Nagabehi Yudakarti, Ngabehi Wirakartika, Ngabehi Cucuk, Ngabehi Heren Ngowo dan Rangga Gajah Palembang. 

Ada dua nama dalam daftar tersebut yang merupakan identitas yang sama yaitu Tumenggung Batulayang dan Rangga Gajah Palembang. Penjelasannya akan diuraikan di bagian lain dari tulisan ini. Sebagai akibat dari kekalahan Dipati Ukur, wilayah Tatar Ukur kemudian dibagikan oleh Sultan Mataram kepada pihak yang berjasa membantu memadamkan pemberontakan ini. Termasuk wilayah Batulayang yang dengan dua daerah lain yaitu Cihaur Manenggel dan Medang Sasigar diberikan kepada Ki Tumenggung Tanubaya. Sedangkan wilayah umbul Ukur, Kahuripan dan Sagaraherang diberikan kepada Tumenggung Wiraangun-angun. Tiga umbul wilayah Ukur yang tersisa yaitu Saunggatang, Taraju dan Malangbong dianugerahkan bagi Tumenggung Wiradadaha.


1.1 Wilayah Kabupaten Gajah (Batulayang) 
Sebagai salah satu wilayah Tatar Ukur, informasi sejarah Batulayang banyak ditemukan dalam naskah-naskah mengenai Dipati Ukur. Salah satu kajian yang sangat lengkap mendokumentasikan naskah-naskah yang terkait dengan Dipati Ukur adalah buku Ceritera Dipati Ukur (Karya Sastra Sejarah Sunda) karya Dr. Eddy Suhardi Ekadjati. 

Mengenai legenda asal-usul nama Batulayang juga dapat ditemukan dalam salah satu naskah yang terdapat pada buku tadi yaitu dalam kumpulan naskah Ceritera Dipati Ukur versi Galuh. Bagus Sutapura merupakan senapati dari Kawasen yang ditunjuk oleh bupati Galuh Bendanagara untuk menyerang dan menangkap Dipati Ukur di Gunung Lumbung. 

Usaha ini dilakukan setelah pasukan dari Mataram yang dipimpin Tumenggung Narapaksa mengalami kegagalan karena setiap kali akan mendaki Gunung Lumbung pasukan Dipati Ukur akan menggelindingkan batu sakti seukuran lumbung yang dinamai si Munding Jalu (Kerbau Jantan). Pada nasakah lain batu ini disebut sebagai Si Munding Lalampah (Kerbau yang berjalan-jalan). Nama Gunung Lumbung kemungkinan diambil dari batu-batu besar seukuran lumbung yang menjadi senjata pertahanan pasukan Dipati Ukur.

Gunung Lumbung dengan jelas disebutkan dalam naskah-naskah yang bercerita mengenai Dipati Ukur bahwa gunung ini terletak di daerah Batulayang. Hal ini diperkuat laporan P. van Oort dan S. Muller pada tahun 1833 bahwa Gunung Lumbung terletak di daerah Cililin yang merupakan salah satu dari distrik Batulayang. Distrik lainnya yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Batulayang adalah Kopo (Soreang), Cisondari (Ciwidey), Rongga (Cililin), Cihea dan Rajamandala. F. de Haan menuliskan bahwa Kabupaten Batulayang atau Gajah terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung kini. 

Menurutnya lokasi tepatnya kabupaten ini berada di sebelah barat, kabupaten Parakanmuncang, di sebelah timur kabupaten Cianjur, di sebelah utara kabupaten Sukapura dan di sebelah selatan kabupaten Bandung. Buku yang ditulis oleh F. de Haan, "Priangan; de Preanger-Regentschappen onder het Nederlansche bestuur tot 1811 deel I"(1910) juga memuat peta yang menunjukkan lokasi Kabupaten Layang. Peta mengenai kawasan Priangan di awal abad XX ini masih mencantumkan nama daerah Batulayang yang terletak di sekitar daerah Ukur, Bandung dan Cianjur. Peta lainnya yang berangka tahun 1778 juga menggambarkan lokasi Kabupaten Batulayang yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Bandung.


1.2 Silsilah Trah Kabupaten Gajah (Batulayang) 
Leluhur Bupati Batulayang berdasarkan naskah Babad Bupati Bandung berpangkal dari Prabu Siliwangi. Adipati Kertamanah yang dimakamkan di muara Sungai Cisondari adalah canggah dari Prabu Siliwangi. Ki Gedeng Rungkang, putera tertua Adipati Kartamanah, kemudian menikahi puteri tertua Dipati Ukur. Garis keturunan inilah yang kemudian menurunkan bupati-bupati Batulayang. Naskah Babad Bupati Bandung juga mencatat kedudukan regent (bupati) Batulayang mulai disandang oleh generasi kesepuluh dari Prabu Siliwangi, secara berurutan mulai dari Rangga Abdulrahman yang memerintah hingga 1770, Dalem Tumenggung Adikusumah yang duduk sebagai bupati dari 1770-1786 dan yang terakhir Dalem Tumenggung Anggadikusumah (1794-1802). 

Kabupaten Batulayang sempat berada dalam perwalian Kabupaten Bandung dari 1786 hingga 1794 yaitu ketika Raden Bagus masih terlalu kecil untuk menggantikan ayahnya Tumenggung Adikusumah. Raden Bagus inilah yang setelah dinobatkan sebagai bupati Batulayang kemudian mengganti namanya menjadi Tumenggung Rangga Adikusumah. 

Dalam silsilah leluhur Batulayang terdapat nama Kyai Gedeng Kabul atau yang ditulis oleh Moh. A. Affandie dalam bukunya Bandung Baheula Djilid I sebagai R. Moh. Kabul yaitu bupati Batulayang yang datang berkunjung kepada Sultan Palembang. Sebagi cinderamata untuk kunjuangan ini, Sultan Palembang kemudian memberikan seekor gajah. Sehingga R. Moh Kabul mashur dengan julukan Dalem Gajah. Lubuk tempat memandikan gajah inilah yang kemudian dikenal penduduk sebagai Leuwi Gajah (jeram gajah). 

Sedangkan Batulayang kemudian dikenal pula dengan sebutan Kabupaten Gajah. Tak mengherankan hingga kini daerah disekitar Cipatik terdapat nama-nama seperti Gajah Eretan dan Gajah Mekar. Trah keluarga Dalem Gajah ini kemudian bercampur dengan keluarga Bupati Bandung melalui perkawinan. Hubungan kekeluargaan ini dimulai dari masa awal kedua kabupaten ini berdiri.

Nyi Raden Banten, puteri dari Dalem Anggadireja I (bupati Bandung kedua, 1681-1704) menikah dengan Bupati Batulayang, Rangga Abdulrahman. Diteruskan pernikahan antara putri dari Bupati Bandung, Tumenggung Anggadireja II (1747-1763) yaitu Nyi Raden Nimbangmantri dengan Dalem Tumenggung Adikusumah, Bupati Batulayang yang dimakamkan di Gajah, Cicaheum. Tumenggung Adikusumah adalah putera dari Rangga Abdulrahman. R.A.A. Wiranatakusumah II, Bupati Bandung (1794-1829) kemudian menikahi Nyi Raden Kendran, putri dari Tumenggung Adikusumah dengan Nyi Raden Nimbangmantri. Bananagara saudara dari Dalem Kaum (R.A.A Wiranatakusumah II) menikah dengan Dalem Tumenggung Anggadikusumah, Bupati Batulayang terakhir. 

Dalem Tumenggung Anggadikusumah merupakan putera dari Dalem Tumenggung Adikusumah atau cucu Rangga Abdulrahman. Putera dari Anggadikusumah yaitu Raden Arya Anggadikusumah, kemudian menjadi Patih Bandung setelah Kabupaten Batulayang dihilangkan. Pertalian pernikahan antara dua keturunan keluarga bupati Batulayang dengan Bandung masih terus berlanjut walaupun kabupaten Batulayang telah hilang. Seperti yang terjadi saat Bupati Bandung R. Kusumadilaga (1874-1893) menikahi R. Sukarsih, perempuan bangsawan keturunan Batulayang. Putera pasangan R. Kusumadilaga dan R. Sukarsih adalah R.A.A. Wirantakusumah V (Dalem Haji) yang merupakan Bupati Bandung (1920-1921 dan 1935-1942) Hubungan kekerabatan melalui jalan pernikahan inilah yang membuat erat dan dekatnya hubungan keluarga antara Batulayang dengan Kabupaten Bandung. Hal ini juga diakibatkan letak kedua kabupaten ini yang saling bertetangga dan jaraknya tak terlalu jauh.


1.3 Batulayang Dihilangkan dan Digabung 
Suatu ketika Tuan Gubernur Jenderal melakukan pemeriksaan ke daerah Priangan. Mula-mula Ia memeriksa daerah Indramayu, Sumedang, Limbangan, Parakan Muncang dan Bandung. Kemudian Gubernur Jenderal berencana untuk memeriksa Kabupaten Batulayang setelah menginap di Bandung. Ia kemudian memerintahkan untuk dilakukan penyambutan saat tiba di Gajah. Pada saat itu untuk mencapai ibu kota Kabupaten Batulayang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan jalur transportasi sungai. Biasanya penyambutan akan dilakukan di daerah Cilampeni namun ketika Gubernur Jenderal tiba tidak ada rombongan penyambutan. Gubernur Jenderal dengan disertai Bupati Bandung kemudian mendatangi ibu kota Batulayang untuk memeriksa apa gerangan yang terjadi, tetapi ketika sampai di ibu kota kabupaten dalam keadaan sepi. Penduduk yang berada di pendopo dan di daerah kaum semua tertidur.

Bupati Batulayang kemudian dibangunkan dan diminta menemui Gubernur Jenderal yang telah menunggu di pendopo. Bupati Batulayang membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkan diri menemui Gubernur Jenderal yang semakin marah karena harus menanti. Ketika Bupati Batulayang datang menghadap Gubernur Jenderal kemudian bertanya apa yang menyebabkan seluruh penduduk tidur dan tidak ada rombongan penyambutan bagi dirinya. Menurut Bupati Batulayang kota dalam keadaan sepi karena penduduknya semua terjaga hingga larut malam bahkan sebagian ada yang minum-minum hingga mabuk. 

Mendengar penjelasan tersebut Gubernur Jenderal kemudian menjatuhkan hukuman bagi Kabupaten Batulayang. Hukuman tersebut berupa dileburnya wilayah Kabupaten Batulayang ke dalam Kabupaten Bandung. Pejabat-pejabat Kabupaten Batulayang kemudian menjadi bawahan dan bekerja bagi Bupati Bandung. Sedangkan keturunan Bupati Batulayang dijadikan Patihan Bandung secara turun-temurun mulai saat itu. Peristiwa penggabungan Batulayang dengan Bandung menurut naskah Babad Bupati Bandung terjadi pada tahun 1802,  sama seperti yang ditulis oleh F. de Haan. Sedangkan alasan pembubaran Kabupaten Batulayang de Haan terjadi karena perangai Tumenggung Anggadikumsumah berperilaku buruk dan boros. 

Bahkan untuk Bupati Batulayang Tumenggung Anggadikumsumah dijatuhkan hukuman buang ke Batavia (revolutie 16 April 1802), hingga meninggal dan dikuburkan di daerah Mangga Dua. Babad Bupati Bandung mencatat alasan Bupati Batulayang Tumenggung Anggadikusumah menerima keputusan ini karena menurutnya keluarga Bupati Bandung adalah masih saudaranya sendiri dari hubungan perkawinan yang terjadi antara dua keluarga Bupati ini. 1)




II. Keturunannya Batulayang
Berdasarkan catatan daru tulisan Raden R Rg. Sastranagara, silsilah keturunan Batu layang dituliskan sebagai berikut : 2)

Generasi Ke 1
1.  Prabu Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi, mempunyai salah seorang anak, yaitu :
1.1 Prabu Konten Buyung, wilayahnya sekitar Gunung Patuha.


Generasi Ke 2
1.1 Prabu Konten Buyung, mempunyai anak :
1.1.1 Prabu Laya Pakuan


Generasi Ke 3 
1.1.1 Prabu Laya Pakuan, mempunyai anak :
1.1.1.1 Prabu Larang Jiwa


Generasi ke 4
1.1.1.1 Prabu Larang Jiwa, mempunyai anak :
1.1.1.1.1 Adipati Kartamanah, dimakamkan dimuara Cisondari. 
1.1.1.1.2 Ki Ageung Ngantos / Tumenggung kang lolos dateng Banten.


Generasi ke 5
1.1.1.1.1 Adipati Kartamanah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1 Tumenggung Suriadarma / Tumenggung Surya Darma Kingking, dimakamkan di Paseh Kecamatan Cilame - Soreang 
1.1.1.1.1.2 Ki Gendeng Rungkang
1.1.1.1.1.3 Ki Gedeng Kartimanggala / Santoan Kartimanggala, dimakamkan di muara Cisandaset/Cibali




Catatan : Tumenggung Suryadarma Kingking tidak sama dengan Sunan Darmakingking yang dimakamkan di Cikamiri Kabupaten Garut, putranya Santen Rama Dewa / Panten Rama Dewa (Sunan Dayeuh Manggung) keturunan Timbanganten (Silahkan baca blog saya disini : https://keturunanwiranatakusumah.blogspot.com/2020/08/silsilah-keturunan-wiranata-kusumah.html).
 
Generasi ke 6
1.1.1.1.1.1 Tumenggung Suryadarma Kingking, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1 Tumenggung Pandeleng / Tumenggung Batulayang (1), yang dimakamkan di Cikakak.

1.1.1.1.1.2 Ki Gendeng Rungkang x putrinya Dipati Ukur.

1.1.1.1.1.3 Ki Gedeng Kartimanggala / Santoan Kartimanggala, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.1 Kiayi Gedeng Kobul / Santoaan Kobul
1.1.1.1.1.3.2 Santoan Kunur, dimakamkan di Cipatik
1.1.1.1.1.3.3 Dalem Lidarmanggala, dimakamkan di Cibeureum


Generasi ke 7
1.1.1.1.1.1.1 Tumenggung Pandeleng / Tumenggung Batulayang (1), mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1 Tumengung Layang Anom 

1.1.1.1.1.3.2 Santoan Kunur, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.2.1 Dalem / Kiyai Rangga Abdulgalib, dimakamkan di Bungur Ciminyak (Burungsarang Ciminyak)

1.1.1.1.1.3.1 Tumenggung Pandeleng / Tumenggung Batulayang (1) mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.1.1  Tumenggung Layang Anom / Tumenggung Batulayang (2), yang berangkat ke Banten
1.1.1.1.1.3.1.2 Rangga Sadang

1.1.1.1.1.3.3 Dalem Lidarmanggala, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1  Rd. Wiramanggala, dimakamkan di Cibeureum


Generasi ke 8
1.1.1.1.1.1.1.1 Tumenggung Layang Anom, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1 Rd. Badraita

1.1.1.1.1.2.2.1 Dalem / Kiyai Rangga Abdulgalib, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1 Dalem Anggayuda / Kiyai Anggayuda, dimakamkan di Cicapar
1.1.1.1.1.2.2.1.2 Embah Abdulsaleh
1.1.1.1.1.2.2.1.3 Embah Wirakusumah Cipatik
1.1.1.1.1.2.2.1.4 Embah Abdulgani Sumedang
1.1.1.1.1.2.2.1.4 Embah Wiramadja Cihateup

1.1.1.1.1.3.1.1  Tumenggung Layang Anom / Tumenggung Batulayang (2), mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.1.1.1 Kiyai Wangsaparana
1.1.1.1.1.3.1.1.2 Nyi Ms Tjandrawati

1.1.1.1.1.3.1.2 Rangga Sadang 

1.1.1.1.1.3.3.1  Rd. Wiramanggala, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1 Rd. Ngabeui Paranayuda, kepala cutak Kopo, dimakamkan di Cibeureum.


Generasi ke 9
1.1.1.1.1.1.1.1.1 Rd. Badraita, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1 Rd. Sangari
1.1.1.1.1.1.1.1.1.2 Rd. Natakusumah
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3 Rd. Wargakarti
1.1.1.1.1.1.1.1.1.4 Rd. Djajakusumah

1.1.1.1.1.2.2.1.1  Dalem Anggadjoeda / Kiyai Anggadjoeda, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1 Dalem Rangga Abdurahman (nu ngadegkeun Gajah Palembang Batulayang). 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.2 Rd. Ibrahim Cipatik
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3 Nyi Ms Sumagiri
1.1.1.1.1.2.2.1.1.4 Ngabehi Yudadipa
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5 Nyi. Rd Koesoemah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6 Nyi. Rd. Sukareba
1.1.1.1.1.2.2.1.1.7 N Rd Adi.......(tidak terbaca)
1.1.1.1.1.2.2.1.1.8 N.M Sanggiri
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9 Embah Anggadipura

1.1.1.1.1.3.1.1.1 Kiyai Wangsaparana, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.1.1.1.1 Kiyai Anggawijaya

1.1.1.1.1.3.3.1.1 Ngabeui Paranajoeda, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1 Ngabeui Argadinata cutak Kopo, dimakamkan di Cibeureum


Generasi ke 10 
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1 Rd. Sangari, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1 Rd. Suradipa

1.1.1.1.1.1.1.1.1.2 Rd. Natakusumah, mempunyai anak :

1.1.1.1.1.1.1.1.1.3 Rd. Wargakarti, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1 Rd. Abdullah Hapilah Batulayang 
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.2 Rd. Tibun

1.1.1.1.1.1.1.1.1.4 Rd. Djajakusumah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.4.1 Rd. Sangaredja
1.1.1.1.1.1.1.1.1.4.2 Rd. Niti

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1 Dalem Rangga Abdurahman, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1 Dalem Tumenggung Rangga Adikusumah, dimakamkan di Pakauman.
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.2 Nyi Rd. Komarainten
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.3 Rd. Jayamangga
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.4 Rd. Jayamuhamad

1.1.1.1.1.2.2.1.1.5 Nyimas Koesoemah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1 Nyi Ms. Nata
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.2 Nyi Ms. Binda
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.3 Rd. Yudadipa

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6 Nyi Raden Sukareba  x R. H. Abdulsukur, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.1 Rd. Bangsamanggala 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2 Rd. Artiah

1.1.1.1.1.2.2.1.1.3 Nyi Ms. Sumagiri, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1 Rd. Djamika

1.1.1.1.1.2.2.1.1.8 Nyi Ms Sanggiri, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.8.1 Embah Anggadimarta

1.1.1.1.1.2.2.1.1.9 Embah Anggadipura, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.1 Rd. Kisah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.2 Dalem isteri kaler
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.3 Rd. Suradipura
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4 Rd. Anggadipoera
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.5 Rd. Marsidjan
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.6 Rd. Wiradipoera

1.1.1.1.1.3.1.1.1.1 Kiyai Anggawijaya, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.1.1.1.1.1 Kiyai Mangunyuda

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1 Ngabeui Argadinata, mempunyai anak
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1 Ngabeui Suradimanggala 


Generasi ke 11
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1  Rd. Suradipa, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1 Ngabeui Yudadipa

1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1  Rd. Abdullah Hapilah Batulayang, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1 Rd. Abdul Samsudin   

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1 Dalem Tumenggung Rangga Adikusumah (1770-1786) x Nyi Raden Nimbangmantri putrinya Dalem Tumenggung Anggadiredja Dayeuhkolot, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.1 Nyi Rd. Sewunagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2 Nyi Rd. Kendran 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3 Raden Tumenggung Anggakusumah, Regent (Bupati) yang meninggal di Mangga Dua Jakarta (dibuang belanda ke batavia revolutie 16 April 1802).
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.4 Rd. Natadikusumah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.5 Rd. Wangsaniti
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.6 Rd. Surakusumah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.7 Rd. Baradjakusumah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.8 Rd. Tirta

1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1 NM. Nata
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1.1 Rd. Djafar (Embah Jafar)
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1.2 Rd. Kadir (Embah Kadir Cipatik)

1.1.1.1.1.3.1.1.1.1.1 Kiyai Mangunyuda, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.1.1.1.1.1.1 Nyi Ms. Batulayang 

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1 Ngabeui Suradimanggala, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1  Rd. Wirakusumah
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.2 Rd. Yudamanggala
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.3 Rd. Ngabeui Argayuda
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.4 Rd. Ngabeui Mayamanggala

1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1 Rd. Djamika, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1 Rd. Santika
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.2 Rd. Emis

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.1 Rd. Bangsamanggala, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.1.1 M.H Abdulkoder

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2  Rd. Artiah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1 Rd. Aledja
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.2 Mas Sondjaya
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.3 Mas Wiradjaja

1.1.1.1.1.2.2.1.1.8.1 Embah Anggadimarta, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.8.1.1 Rd. Indrakusumah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.8.1.2 Nyi Ms. Tjiah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.8.1.3 Nyi Ms.  Bitjang
1.1.1.1.1.2.2.1.1.8.1.4 Anggawidjaja

1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4 Raden Anggadipoera, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.1 Rd. Sangaredja
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2 Rd. Komarainten


Generasi ke 12
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1 Ngabeui Yudadipa, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1 Djajaparadja

1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1 Rd. Abdul Samsudin,  mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.1 Nyi Ms. Gemi 
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2 Kiayai Purbainah

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.1 Nyi Rd. Sewunagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1 Rd. Komara

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2 Nyi Raden Kendran x Rd. Adipati Wiranatakoesoemah II / Dalem Kaum (1794 – 1829), Bupati Bandung masa kolonial Belanda, dalam tahun 1809, pindah ke Bogor, tahun 1813 pindah lagi ke Bandung sekarang (Dalem Kaum), mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1 R. Aria Wiranatakoesoemah III (Dalem Karanganyar)
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.2 Nyi Rd. Galoeh (dari istri yang lain)
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.3 Rd. Indranagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.4 Rd. Nataparadja
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.5 Nyi Rd. Pantanagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.6 Nyi Rd. Patimah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.7 Nyi Rd. Bomakaraton
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.8 Nyi Rd. Ardji
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.9 Nyi Rd. Emen Meden
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.10 Nyi Rd. Empit.

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3 Raden Tumenggung Anggakusumah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.1 Dalem Aria Patih Anggadikusumah, yang ke Ambon.
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.2 Nyi Rd. Simbar
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.3 Nyi Rd. Lanten 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.4 Nyi Rd. Nawang

1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1 Rd. Santika, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1.1 Rd. Kedok
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1.2 Nyi Rd. Tjitrit
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1.3 Ki Murkasim

1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1.2 Rd. Kadir (Embah Kadir Cipatik), mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1.2.1 Rd. Djatiah

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1  Rd. Wirakusumah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1.1 Rd. Tjandrawijaja (Cibeureum)

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.4 Rd. Mayamanggala, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.4.1 Mas Argawidjaja, Kepala Cutak Kopo Sepuh

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1 Rd. Aledja, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.1 Nyi Ms. Tisah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.2 Kdr. Alijudin
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.3 Mas Sule
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.4 Mas Sendjaja

1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2 Rd. Komarainten, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.1 Rd. Suradipraja di Banjaran
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.2 Rd. Djajakoesoemah 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.3 Nyi Rd. Serah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.4 Nyi Rd. Idjah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5 Rd. Djaja


Generasi ke 13
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2 Kiayai Purbainah, mempunyai anak  :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1 Kiyai Akwamudin, Tjedok
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.2 Rd. Tibun  

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1 Rd. Komara, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.1.1.1 Rd. Surangga

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.2 Nyi Rd. Galoeh x Rd. Aria Angganagara, cerai menikah lagi dengan Wiradiredja Wadana Kopo, putra Rd. Judanagara Patih Bandung, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.2.1 Nyi Rd. Resmen 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.2.2 Nyi Rd. Resna Hadji Fatimah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.2.3 Nyi Rd. Resmunah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.2.4 Nyi Rd. Kasturi

1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1.1 Rd. Kedok, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1.1.1 Nyi Ms. Rd. Diyol

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1 R. Aria Wiranatakoesoemah III (Dalem Karang Anyar), beristeri :
x 1. Nyi Ms. Rd. Diyol atau R.H. Maryam (NR. Hj Maryam) atau Juwag Empoeh (1.1.1.1.1.2.2.1.1.3.1.1.1.1) , keturunan Panembahan Ratu II Cirebon, berputra :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1 Nyi Rd. Radja Pomerat atau R.A. Ratna Wiranatakusumah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.2 Rd. Djajanagara (Haji Toat)
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.3 Nyi Rd. Moelyanagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.4 Rd. Rangga Kartanagara alias Raden Suria Kartadiningrat (Rd. Adipati Aria Wiranatakoesoemah IV)
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.5 Rd. Kartanagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.6 Rd. Wiradikoesoemah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.7 Rd. Sastranagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.8 Rd. Koesoemaningrat
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.9 Rd. A Adp Koesoemahdilaga
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.10 Nyi Rd. Radjamariam
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.11 Nyi Rd. Siti Ningroem
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.12 Nyi Rd. Lasminingroem
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.13 Rd. Tedjanagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.14 Rd. Adilaga
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.15 Nyi Rd. Koesoemaningrum
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.16 Rd. Indrakoesoemah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.17 Nyi Rd. Poeri
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.18 Nyi Rd. Radjaningrat
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.19 Nyi Rd. Radjamirah
x 2. Nyi Embeh, berputra
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.20 Nyi Rd. Rajapermas
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.21 Rd. Rangga Anggadiredja
x 3. Nyi Rd. Ratnanagara, putra Rd. Noerhasan turunan Torogong Garut Dalem Santakoesoemah, berputra :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.22 Rd. Sewoenagara

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.1 Dalem Aria Patih Anggadikusumah, mempunyai anak :

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.2 Nyi Rd. Simbar
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.2.1 Rd. Panoerat, Wadana Radjamandala
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.2.2 Rd. Madarsih x Rd. Demang Satjanagara, Wadana Banjaran.

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.3 Nyi Rd. Lanten 

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.4 Nyi Rd. Nawang, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.3.4.1 Rd. Demang Ardi, Patih Bandung

1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1.2.1 Rd. Djatiah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.5.1.2.1.1 Embah Patji

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1.2 Rd. Tjandrawijaya, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1.2.1 Mas Tjandrasura (Cibeureum)

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.4.1 Mas Argawidjaja, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.4.1.1 Mas Argawiguna, Wadana Kopo  

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.1 Nyi Ms. Tisah, mempunyai anak
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.1.1 Nyi Ms. Kasipah

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.4 Mas Sendjaja, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.4.1 Marsijam, Patinggi Cipatik.

1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5 Rd. Djaja, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.1 Rd. Singaredja
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.2 Rd. Niti
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.3 Rd. Soma
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.4 Nyi Ms. Bentang 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.5 Rd. Djajakusumah
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.6 Rd. Nata, jurutulis Paseban


Generasi ke 14
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1 Kiyai Akwamudin, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1  Mas Ngabeui Judadipa

1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.2 Rd. Tibun, mempunyai anak :  
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.2.1 Mas Muhamad Tajum

1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1 Nyi Rd. Radja Pomerat atau R.A. Ratna Wiranatakusumah (lahir 1819, wafat  12-1-1894) x Rd. Somanagara (Pangeran Soeria Kusumah Adinata / Pangeran Soegih, bupati Sumedang (Mp. 1836 - 1882 M), putra dari  Dalem Adipati Ageung Koesoemajoeda dan NM Samidjah, berputra :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1.1 Nyi Rd Ajoe Radjaningrat 
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1.2 Nyi Rd. Hendranagara
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1.3 Rd. Rangga Soerialaga (Among), Wadana Cibalagung Cianjur.
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1.4 Rd. Somadiningrat, Wadana Tjiawi.
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1.5 Nyi Rd. Rajapermas Kuaresin
1.1.1.1.1.2.2.1.1.1.1.2.1.1.6 Nyi Rd. Ajoe Sangkaningrat

1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1.2.1 Mas Tjandrasura, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.3.3.1.1.1.1.1.2.1.1 Rd. Soeradjibdja Patinggi Kopo.

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.1.1 Nyi Kasipah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.1.1. 1 Alimuhada

1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.4.1 Marsijam, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.6.2.1.4.1.1 Alimuhada

1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1  Mas Ngabeui Judadipa, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1.1 Mas  Djajaparadja 
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1.2 Mas Muhalab  
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1.3 Nyi Mas Dairah
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1.4 Mas Anggadjadja 
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1.5 Mas Sanajin
1.1.1.1.1.1.1.1.1.3.1.1.2.1.1.6 Mas Taham

1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.2 Rd. Niti, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.2.1 Rd. Wangsa Kusumah, Wadana Lembang.

1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.4 Nyi Ms. Bentang, mempunyai anak  :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.4.1 Rd. Djajaredja
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.4.2 Nyi Ms. Kiamah


Generasi ke 15
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.4.2 Nyi Ms. Kiamah, mempunyai anak :
1.1.1.1.1.2.2.1.1.9.4.2.5.4.2.1 Rd. Anggadiparadja, Jurutulis Tjikao.


Sumber : 
 1) https://tirto.id/lika-liku-hilangnya-kabupaten-batulayang-cGJw?
2) Buku Tulisan Tulisan Tinta Srimaganganti Sumedang, tahun 1935 s/d......, tentang "Keturunan Batulayang".


Baca Juga :

Tidak ada komentar