Makam Syeikh Sarif Arifin dan Buyut Nyata di Desa Sindangwasa Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka



Makam Buyut Nyata atau Raden Memeut dan Syekh Syarif Arifin adiknya Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati, berada di Desa Sindangwasa Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka. 

Untuk berziarah ke makam Syekh Syarif Arifin kita tidak boleh membawa kamera, begitu juga tata berziarahnya untuk laki-laki hanya boleh memakai baju, bersarung dan berkope'ah, sedangkan untuk perempuan berbaju dan menggunakan kebaya, oleh karenanya penulis hanya bisa memphoto pintu gerbang ke makamnya saja.

Syekh Syarif Arifin adalah adiknya Sarif Hidayatulloh alias Sunan Gunung Jati Cirebon, beliau sebenarnya seorang anak Sultan Sulaeman dari Baghdad Irak dan Syekh Syarif Arifin ke Pulau Jawa untuk bertemu dengan kakaknya yaitu  Sarif Hidayatulloh alias Sunan Gunung Jati Gunung Jati. 

Di tempat inilah Syekh Syarif Arifin mendirikan Pesantren dan menyebarkan agama Islam di Majalengka dan sekitarnya, beliau mempunyai sahabat yang bernama  Buyut Nyata alias Raden Memeut, yang tiada lain adalah salah satu anaknya Prabu Sribaduga Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran, yang memerintah selama 39 tahun antara 1482-1521 masehi dari garwa padmi ke 4 yaitu Ratu Rajamantri atau Ratu Ratnasih putrinya Prabu Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan estafet Raja Sumedang Larang antara 1237-1462 masehi.

Menurut cerita rakyat turun temurun, di dalam rangka menyebarkan agama Islam khususnya dari Cirebon ke arah Barat Syarif Hidayatulloh alias Sunan Gunung Jati, berunding dengan uwaknya Mbah Kuwu Sangkan alias Pangeran Walang Sungsang dan atas pemerintahan Kesultanan Cirebon, Syekh Syarif Arifin ditugaskan untuk menyebarkan Agama Islam ke daerah perbatasan Cirebon dan Majalengka, hingga suatu saat Syekh Syarif Arifin tibalah di suatu daerah yang diapit oleh dua buah sungai besar dan sungai kecil, dan bertemulah dengan Raden Meumeut atau Buyut Nyata serta isterinya Raden Memeut atau Buyut Milah

Setelah menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya, maka Syekh Syarif Arifin meminta Raden Memeut dan isterinya Nyimas Mala Rokaya, kemudian Raden Memeut dan isterinya menyambut baik kedatangan Syekh Syarif Arifin. Akhirnya Syekh Syarif Arifin dan Raden Memeut mendirikan Padepokan Pesantren dan lambat laun Padepokan Pesantren ini menjadi berkembang dan para santrinya makin bertambah di daerah Bobojong itu. 

Setelah tinggal di Pesantren Bobojong maka menikahlah Syekh Syarif Arifin dengan Nyimas Siti Munigar putrinya Ki Gedeng Kawung Anten, dari hasil pernikahannya maka lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Kusuma Dipura atau Ki Waridah, namun tak lama berselang setelah melahirkan bayinya, isterinya Syekh Syarif Arifin meninggal dunia. Kemudian anak Syekh Syarif Arifin yaitu  Kusuma Dipura atau Ki Waridah, diasuh oleh Kuwu Babakan Jambu.

Setelah Syekh Syarif Arifin meninggal oleh Buyut Nyata atau Raden Memeut, dan dipanggillah Kusuma Dipura atau Ki Waridah agar bersama Raden Memeut atau Buyut Nyata untuk melanjutkan Padepokan Pesantren Bobojongnya. Dari pernikahannya dengan putri Kuwu Babakan JambuKusuma Dipura atau Ki Waridah,  dikarunia lima anak laki-laki.

Alkisah, pada suatu hari ketika Raden Memeut sedang mengadakan pesta perkawinan anaknya yang pertama dan makamnya terletak di sebelah Barat Desa Buntu Kecamatan Ligung. Di Malam hari diadakan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Acara tersebut dihadiri oleh Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon.

Saking asyiknya menonton pertunjukan wayang kulit Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati, Kusuma Dipura atau Ki Waridah dan Raden Memeut atau Buyut Nyata dan para santrinya terlena dan kesiangan sholat subuh, lalu mereka mengodlo sholat subuh yang terlewat tadi.

Setelah mengqodho sholat subuh itu, lalu Kusuma Dipura atau Ki Waridah mengajak Raden Memeut atau Buyut Nyata dan Syarif Hidayatulloh makan, namun ternyata nasi yang ada hanya tinggal sepiring, maka dibagilah tiga ambengan. Agar peristiwa ini menjadi kenangan keturunannya di kemudian hari maka tempat Padepokan Pasantren Bobojong atas persetujuan bersama diganti menjadi Cisambeng yang diambil dari ucapan Ambengan. 
Selanjutnya atas kesepakatan bersama pula Cisambeng dibagi menjadi tiga wilayah, dengan bagian wilayah tersebut mempunyai arti sebagai berikut :

- Tanah Kasucen, yaitu wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya pementasan wayang kulit yang mengakibatkan kesiangan sholat subuh. Tanah kesucian berarti harus disucikan, batasnya dari makam hulu dayeuh sampai ujung muara. Dan sejak itu diwilayah tersebut hingga sampai kapan saja tidak diperbolehkan untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit, wayang golek dan kesenian lainnya yang gamelannya terbuat dari kuningan dan perunggu.

- Tanah Kaungsen, yaitu tanah dimana tempat kedatangan Syekh Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati, pada saat menghadiri pernikahan putera pertama Raden Memeut atau Buyut Nyata, wilayahnya meliputi atau sama dengan wilayah kasucen.

- Tanah Kabesen, yaitu wilayah yang diperbolehkan mengadakan pertunjukkan kesenian yang menggunakan alat perunggu, batasnya meliputi Makam Hulu Dayeuh sampai Blok Jumaat, Tegal Simpur dan Koja.

Cisambeng pada waktu itu masih merupakan bagian dari Desa Jatiwangi, kemudian seiiring perkembangan jaman dan perduduk sekitarnya pada tahun 1804 dimekarkan dengan nama tetap yaitu Desa Cisambeng yang dipimpin oleh kuwu kepala desa dan dibantu oleh perangkat desa.

Makam Buyut Nyata
Jarang orang mengetahui siapakah yang dimaksud Buyut Nyata. Buyut Nyata  adalah Radeut Meumeut atau Raden Cameut atau Raden Ameut salah satu putranya Prabu Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi dari isteri ke empatnya yaitu Raja Mantri dari Kerajaan Sumedang Larang. 

Makam Rd. Meumet (Buyut Nyata) di Desa Sindangwasa Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka


Silsilah Raden Memeut (Buyut Nyata)
Sumber Sejarah Sumedang menuliskan Prabu Mertalaya atau Sunan Guling dari isterinya Mutiasari putranya Prabu Lingga Hyang atau Dalem Haji Kusuma dan isterinya Dalem Isteri Amah Suriyanah, mempunyai anak :
1. Tanding Kusuma atau Jayadinata Kusuma
2. Jaya Diningrat atau Pandita Sakti 
3. Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan

Prabu Mertalaya atau Sunan Guling diganti oleh putra-putranya yaitu Tanding Kusuma atau Jayadinata Kusuma, Jaya Diningrat atau Pandita Sakti,  Tirta Kusuma atau Sunan Tuakanantara 1237-1462 M, meneruskan dinasti kerajaan Sumedanglarang yang ke 6.

Prabu Tirta Kusuma (Sunan Tuakan) dari isterinya Ratu Nurcahya, mempunyai anak :
1. Ratu Ratnasih atau Ratu Rajamatri diperisteri oleh Prabu Sri Baduga Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi 1482 – 1521 masehi. Raja Pajajaran, mempunyai anak Raden Meumeut atau Raden Ceumeut. Raden Memeut mempunyai anak Sunan Pada. Sunan Pada mempunyai anak Nyimas Cukang Gedeng Waru yang diperisteri oleh Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Angka Wijaya, menjadi isteri pertamanya.

2. Ratu Sintawati atau Nyi Mas Ratu Patuakan, diperisteri oleh Raden Sonda Sanjaya  atau Raden Santa Jaya atau Sunan Corendra, putranya Raden Jaka Puspa atau Prabu Munding Sari Ageung atau Prabu Mundingwangi dan Ratu Mayang Karuna dari Kerajaan Talaga. Sunan Corendra adalah kakaknya Raden Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum Talaga yang memperisteri Ratu Parung atau Ratu Sunya Larang.

3. Sari Kencana diperisteri oleh Prabu Liman Senjaya putranya Prabu Jaya Dewata alias Sri Baduga Maharaja Ratu Haji, dari isterinya Ratu Rajamantri. Prabu Liman Senjaya (Sunan Cipancar) berputra Dalem Liman Senjaya Kusumah di Kerta Rahayu Limbangan Garut.

Prabu Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan memegang kekuasaan estapet raja-raja Sumedanglarang kurang lebih selama 155 tahun, dalam pemerintahannya lebih untuk kepentingan ke dalam Kerajaan  Sumedanglarang, sehingga tidak nampak peranan politiknya. Meskipun dalam masa pemerintahannya Prabu Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan ada kejadian peristiwa Perang Bubat antara Pajajaran dan Majapahit.

Sesudah meninggal  Prabu Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan dimakamkan di Kampung Heubeul Isuk Desa Cimarias Kecamatan Pamulihan Sumedang, di komplek makam Heubeul Isuk ada juga makam istrinya yaitu Ratu Nurcahya dan Prabu Mundingwangi atau Prabu Munding Sari Ageung.

Generasi ke 1
Berdasarkan naskah Asli Babon Silsilah Katurunan Sumedang, ditulikan :
1. Prabu Jaya Dewata / Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata (Prabu Siliwangi) Mp. 1482 – 1521 Masehi, memperisteri Ratu Rajamatri (Ratu Ratnasih/Ratu Ratnawati) putranya Prabu Tirta Kusuma (Sunan Tuakan) dan Ratu Nurcahya, mempunyai anak :
1.1 Rd. Tenget (Rd. Tenga)
1.2 Raden Meumeut atau Raden Cameut atau Raden Ameut (Buyut Nyata)
1.3 Raden Munding Kelemu Wilamantri atau Munding Keleupeung
1.4 Raden Saken 
1.5 Prabu Munding Sari Ageung atau Prabu Mundingwangi. 


Berdasarkan Naskah Jati Sampurna Sumedang, menuliskan, sebagai berikut :
1. Prabu Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi memperisteri isteri ke 4 yaitu Ratu Rajamantri alias Ratu Ratnasih, putra Prabu Tirta Kusuma dan Ratu Nurcahya alias Sari Banon Kencana  dari Kerajaan Sumedanglarang, mempunyai anak :
1.1 Siti Aminah 
1.2 Raden Tenget alia Saryoni Hadi Subrata atau Embah Prajadita
1.3 Hamza Imam alias Sanghyang Purba), makamnya di Gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Subang.
1.4 Wangsa Hita Hadista
1.5 Hatimah Hosita Hadidjah
1.6 Raden Memeut alias Buyut Nyata

Generasi ke 2
1.1 Nyi Rd. Siti Aminah diperisteri Rd. Sari Yasa putranya Amir Rosini dan Imas Inin asal Kawali Ciamis, mempunyai anak :
1.1.1 Asta Himat

1.2 Raden Tenget (Saryoni Hadi Subrata atau Praja Dita) memperisteri Imas Maripat putranya Osa Himatin (kakaknya Amir Rosini) dan Imas Hoso Hotimah, berputra :
1.2.1 Raden Mustopa Hidayat 
1.2.2 Raden  Abdul Karim (Batara Kusuma).
1.2.3 Raden Tata

1.3  Hamza Imam / Sanghyang Purba (tidak ada data)

1.4 Wangsa Hita Hadista alias Sunan Jagat Nata,  menurukan ke Banjar.
(tidak ada data)

1.5 Nyimas Hatimah Hosita Hadidjah menurunkan ke Sindang Barang Cianjur

1.6 Raden Memeut atau Buyut Nyata, beristerikan Nyimas Mala Rokaya atau Buyut Milah, putra Anta Wahabu dan Nyimas Holi dari Anjantan Indramayu, mempunyai anak :
1.6.1 Raden Hasata (Sunan Pada), makamnya Gunung Cisahang di Desa Karedok Kecamatan Jatigede.
1.6.2 Nyimas Romlah Karomah
1.6.3 Nyimas Huspita atau Nyimas Ipah Saripah


Generasi ke 3
1.6.1 Raden Hasata (Sunan Pada) berdasarkan silsihan Pawenang Wado, mempunyai anak :
1.6.1.1 Pangeran Bangsit. 
Raden Hasata atau Sunan Pada, berdasarkan silsilah Keturunan Leluhur Sumedang, mempunyai anak :
1.6.1.2 Nyimas Sari Hatin alias Ratu Cukang Gedeng Waru, diperisteri oleh Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Angka Wijaya, putranya Pangeran Santri dan Ratu Setyasih atau Ratu Pucuk Umun Sumedanglarang
1.6.1.3 Nyimas Gedeng Sari.
1.6.1.4 Nyimas Cukang Gedeng Tomo.

Raden  Hasata atau Sunan Pada, berdasarkan silsilah Jati Sampurna Sumedang, menikah dengan Nyimas Aisyah putranya Raden Saripudin dan Nyimas Sari Asih asal Talaga, mempunyai anak :
1.6.1.2. Nyimas Sari Hatin atau Ratu Tjukang Gedeng Waru.
1.6.1.5. Raden Absoha yang beristerikan Nyimas Solimah dan Nyimas Siti Ningrum, asal Talaga-Rajagaluh Majalengka,
1.6.1.6 Nyimas Romlah Karomah diperisteri Hosto Husma, putranya Amsati dan Nyi Hasta Omah asal Talaga, berputra :
1.6.1.6.1 Imas Sari alias Buyut Sedet, diperisteri oleh Pangeran Bungsu atau Santowan Awiluar, putranya Pangeran Santri dan Ratu Setyasih atau Ratu Pucuk Umun Sumedanglarang


Silsilah Syekh Syarif Arifin
Generasi ke 1
1. Prabu Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi memperisteri Subang Karancang (isteri ke 2), putrinya Kiyai Jatiswara dari Mertasinga Karawang, mempunyai anak :
1.1  Pangeran Walangsungsang alias Kuwu Sangkan alias Sunan Cakrabuana.
1.2 Rara San Tang alias Syarifah Muda'im
1.3 Kian San Tang  alias Raden Sangara

1. Sultan Sulaeman Raja Baghdad Irak, mempunyai anak :
1.1 Syarif Abdul Rahman atau Abdullah.
1.2 Syarif Khafi
1.3 Syarifah

Generasi ke 2
1.2 Rara San Tang alias Syarifah Muda'im diperisteri oleh Syarif Abdul Rakhman putra Sultan Sulaeman Raja Bagdad Irak, mempunyai anak :
1.2.1 Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, makamnya di Komplek Makam Gunung Sembung Cirebon
1.2.2 Syarif Nurullah atau Syekh Syarif Arifin alias Buyut Sambeng atau Buyut Depok, makamnya di Desa Sindangwasa, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka. 

Generasi ke 3
1.2.2 Syarif Nurullah atau Syekh Syarif Arifin (Buyut Sambeng atau Buyut Depok), beristerikan Siti Munigar putra Akuwu Gedeng Kuwung Anten,  mempunyai anak :
1.2.2.1 Kusuma Dipura atau Ki Waridah

Generasi ke 4
1.2.2.1 Kusuma Dipura atau Ki Waridahmemperisteri Gilang Kencana, berputra 5 orang dan 2 orang diantaranya ke Karedok Kecamatan Tomo Sumedang, yaitu :
1.2.2.1.1 Raden Solihin
1.2.2.1.2 Nyimas Idah
Raden Solihin dan Nyimas Idah, makamnya Gunung Cisahang di Desa Karedok Kecamatan Jatigede, dekat makam Sunan Pada.


Salam Santun

Baca Juga :

2 komentar:

  1. Hapunten sepuh , manawi pedar deui generasi putra ki waridah anu 3 , salangkungna anu 2 nu tos dipedar ku sepuh , dupi anu 3 na saha wae sareng rundayana saha wae , haturnuhun sepuh rahayu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teu acan ngaos deui sumberna mungkin anu 3 mah ngarundaykeun di Cisambeng...

      Hapus