Makam Raden Adipati Tanubaya (Tanubaya IV) Adipati Sumedang Tahun 1773-1775 Di Parakangmuncang Kecamatan Cimanggung

Sampurasun 
Rahayu Sagung Dumadi

Komplek Makam Sejarah Parakanmuncang di Kecamatan Cimanggung, telah ada sejak 1343-1852 Mesehi. Di komplek makam Parakanmuncang ini ada sejumlah makam leluhur Parakanmuncang, yaitu : Makam Dalem Adipati Tanubaya atau Dalem Tanubaya IV, Bupati Sumedang antara 1773-1775, Maka Demang Dongkol, Makam eyang Patinggi, Makam Demang Jeneng, Makam Embah Jugo dan lain-lain.

Latar Belakang Sejarah Parakanmuncang
Sebagai bagian dari Kabupaten Sumedang, ternyata nama Parakanmuncang lebih dulu ada ketimbang Kabupaten Sumedang. Bahkan, dulu namanya Kabupaten Parakanmuncang bukan nama daerah yang kini menjadi bagian dari Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung.

Adalah Tumenggung Tanubaya atau Ki Somahita Adipati dari  Parakanmuncang yang disebut sebut daerah kekuasaannya sampai Limbangan Garut.

Ki Somahita atau Tumenggung Tanoebaya, Ki Wirawangsa atau Tmg. Wiradadaha  dan  dinilai sangat berjasa oleh Sultan Agung Mataram atas keberhasilannya meringkus Dipati Ukur yang memberontak kepada Mataram. 

Pemberontakan Dipati Ukur berlangsung dari 1628-1632 M. Hal tersebut menggambarkan, betapa sulitnya Mataram melakukan pengawasan terhadap Priangan yang memang jauh letaknya dari pusat kekuasaan. Berdasarkan latar belakang ini konon kabar Sultan Agung berupaya untuk menjaga stabilitas diwilayah Priangan dan Karawang dengan cara melakukan reorganisasi terhadap daerah-daerah tersebut.

Pembagaian wilayah tersebut menurut Hardjasaputra (hal 23) menjadi sebagai berikut : Pertama, Daerah Karawang, lumbung padi dan garis depan pertahanan Mataram bagian barat, dijadikan kabupaten, dengan statusnya tetap berada dibawah kekuasaan Wedana Bupati Priangan.

Kedua, pada tanggal 9 tahun Alip (menurut K.F Hole : 20 April 1641) Wedana Bupati Priangan Tengah dibagi menjadi empat Kabupaten. Kabupaten Sumedang diperintah oleh Pangeran Dipati Kusumadinata (Rangga Gempol II), merangkan sebagai Wedana Bupati Priangan. Ketiga, daerah Priangan diluar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga kabupaten, yaitu Sukapura, Bandung dan Parakanmuncang. Untuk memerintah tiga kabupaten tersebut, Sultan Agung mengangkat tiga orang kepala daerah yang dianggap berjasa memadamkan pemberontakan Dipati Ukur, yakni : Ki Wirawangsa Umbul Surakerta menjadi Bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha; Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti menjadi Bupati Bandung, dengan gelar Tumenggung Wiraangun-angun; dan Ki Somahita Umbul Sindangkasih menjadi Bupati Parakanmuncang, dengan gelar Tumenggung Tanubaya. Pengangkatan tersebut sebagaimana ditulis dalam suatu Piagem.

Ketiga, Daerah Priangan Timur, yakni Galuh dipecah menjadi empat daerah, yaitu Utama, Bojonglopang (Kertabumi), Imbanagara, dan Kawasen.

Sepeninggal Dipati Ukur wafat, kekuasan Mataram di tatar Sunda pun kian kukuh. Bahkan di wilayah pesisir utara, banyak pasukan Mataram yang tak kembali lagi ke Mataram dan lebih memilih memperistri penduduk setempat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup para prajurit ini kemudian banyak yang membuka lahan sawah terutama di daerah Karawang, berbeda dengan kebiasaan masyarakat Sunda waktu itu yang umumnya berkebun.

Tumenggung Tanubaya adalah gelar yang diberikan Sultan Agung Mataram kepada Ki Somahita, Bupati Parakanmuncang pertama (sekarang Kecamatan Cimanggung bagian Kabupaten Sumedang) karena berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur tahun 1632. Disebut juga sebagai Adipati Tanubaya I.

Keluarga bangsawan Parakanmuncang muncul sejak Dalem Tanubaya Samaita memerintah Kabupaten Parakanmuncang. Ia putera Tumenggung Demung, cucu Sunan Pagerbatang, cicit Waktuhayu, piut Batara Kawindu. Batara Kawindu putera Sempujaya, cucu Batara Sumaryang, cicit Sumun, piut Demang Batara Sakti. Demang Batara Sakti putera Demung Sadakamulan, cucu Batara Tunggal, dan cicit Prabu Siliwangi.

Sementara itu, Dalem Tanubaya Samaita (Tanubaya I)  digantikan oleh saudaranya yang bernama Dalem Dipati Tanubaya (Tanubaya III), yang kemudian dimakamkan di daerah Bujil Dusun Cicabe Desa Sindanggalih Kecamatan Cimanggung. Ia berputera Dalem Tanubaya (Tanubaya III) yang dimakamkan di Karasak, Galunggung Tasikmalaya. Berputera Dalem Tanoebaya (Tanubaya IV) yang dimakamkan di Cibodas, Parakanmuncang, berputera Dalem Patrakusumah yang menjadi bupati di Sumedang dan dimakamkan di Jakarta.

Raden Adipati Tanoebaya (Tanubaya IV),Bupati Sumedang Tahun 1773 - 1775
Menurut Sejarah Sumedang karangan Raden Ating Natanagara tahun 1935, waktu Raden Djamu atau Pangeran Kornel, pada masa itu belum menginjak dewasa, maka yang mengganti Bupati Sumedang adalah pamannya yaitu Raden Surialaga atau Dalem Adipati Kusumadinata antara 1765-1773.  

Ketika Dalem Adipati Surialaga wafat tanggal 29 Maret 1773 yang dimakamkan di Pasarean Gunung Ciung atau Pasarean Gede Sumedang. Dalem Adipati Surialaga meninggalkan 6 orang putera dan puteri, putra sulungnya Raden Ema masih berusia 9 tahun. Maka timbullah masalah mengenai penggantian bupati, puteranya Adipati Soerianagara II, Bupati Sumedang antara 1761-1765, yaitu Raden Djamu belum dewasa baru berusia 11 tahun.

Dengan tidak ada yang dapat mewarisi Kebupatian Sumedang, maka pihak kompeni mengangkat Adipati Tanubaya atau yang dikenal pula sebagai Dalem Adipati Wiratanubaya atau Wiratanubaya IV,  antara 1773-1775, Bupati dari Kabupaten Parakanmuncang yang telah menjabat selama 45 tahun. Sementara jabatan di Parakanmuncang diserahkan kepada putranya yaitu Tumenggung Patrakusumah. 

Pengangkatan Adipati Tanubaya atau Tanubaya IV dari Parakanmuncang ini menjadi bupati Sumedang dengan syarat jika ia wafat, maka salah satu putra bupati keturunan Sumedang akan menggantikannya.

Dalam ketentuan mutasi tersebut, disebutkan bahwa jika kelak Raden Adipati Tanubaya IV meninggal, jabatan Bupati Sumedang tidak akan diserahkan kepada puteranya. Jabatan itu harus diserahkan kepada Raden Djamu atau Raden Ema.
Oleh sebab sudah terlalu tua Dalem Adipati Tanubaya atau Dalem Tanubaya IV, maka menjabat bupati Sumedangnya tidak lama hanya 2 tahun dan meninggal tanggal 20 Mei 1775 dimakamkan di Cibodas Parakanmuncang.

Kepada Kompeni yang minta diangkat menjadi Bupati Sumedang ada dua orang yaitu Tumenggung Patrakusumah Bupati Parakanmuncang dan Patih Sumedang Raden Anggakara. Permintaan Tumenggung Patrakusumah oleh kompeni disetujui dan didukung 4 umbul bawahan Sumedang juga menjadi tanda bahwa Sumedang minta dibupatian oleh Dalem Tumenggung Patrakusumah.

Permintaannya diterima oleh Pemerintah Kompeni diterima, dan diberikan besluit tanggal 19 juni 1778 diangkat menjadi Bupati Sumedang diberi gelaran Adipati dan ganti nama menjadi Raden Adipati Tanubaya Patrakusumah atau Dalem Tanubaya IV.

Rampes 
Shema Pun Nihawah

Silsilah silahkan baca disini: https://id.rodovid.org/wk/Orang:902978


Baca Juga :

1 komentar: