Makam Kyai Rangga Haji (Sunan Campaka) di Kampung Campaka Desa Sundamekar Kec. Cisitu Sumedang?

Pangeran Kusumahdinata I yang bernama asli Raden Sholih bin Maulana Muhammad (Pangeran Pamelekaran) dikenal juga  Ki Gedeng Sumedang atau Pangeran Santri  1530-1578 adalah Penerus Kerajaan Sumedang Larang setelah menikah dengan Ratu Pucuk Umun.

Ratu Pucuk Umun adalah seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang yang merupakan seorang Sunda muslimah, dari pernikahannya Pangeran Santri (1505-1579 M) bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut dan dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya. 


Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling. Ia dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Ia mempunyai dua orang putra, pertama Ratu Istri Rajamantri, menikah dengan Prabu Siliwangi dan mengikuti suaminya pindah ke Pakuan Pajajaran. Kedua Sunan Guling, yang melanjutkan menjadi raja di Kerajaan Sumedang Larang.

Setelah Sunan Guling meninggal kemudian dilanjutkan oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan. Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan. Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578 M), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun. Ratu Pucuk Umun saudara Ratu Sunyalarang Istri Prabu Pucuk Umum ibu dari Prabu Haur Kuning dan Sunan Wanaperih

Ratu Pucuk Umun menikah dengan Pangeran Kusumahdinata, putra Pangeran Pamelekaran. Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.

Pangeran Santri putra Pangeran Pamelekaran atau cucu Syekh Maulana Abdurahman atau Pangeran Panjunan dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah. Pangeran Santri menikah dengan Ratu Pucuk Umun dikaruniai putra enam orang anak, yaitu :

Putra-putri Pangeran Santri :
1. Pangeran Angkawijaya (yang tekenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun)
2. Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu ti Narimbang Kecamatan Buah Dua, supaya memeluk agama Islam.
3. Kiyai Demang Watang di Walakung.
4. Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang.
5. Santowaan Cikeruh.
6. Santowaan Awiluar.

Pangeran Santri (Raden Sholih) dan Istrinya Ratu Pucuk Umun dimakamkan di Gunung Ciung Pasarean Gede di Kota Sumedang.



Silsilah Pangeran Santri (Raden Sholih) Dari Garis Ayah
1. Nabi Muhammad SAW (lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:80040)
2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:70257menikah dengan Sayyidina Ali r.a (lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:70251
3. Sayyid Husain Asy-Syahid (lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:70255)
4. Sayyid 'Ali Zainal 'Abidin (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:70251)
5. Sayyid Muhammad al-Baqir (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:70247)
6. Sayyid Ja'far ash-Shadiq (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:70246)
7. Sayyid Ali Al-Uraidhi (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359677)
8. Sayyid Muhammad An-Naqib (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359676)
9. Sayyid 'Isa Naqib Ar-Rumi (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359675)
10. Sayyid Ahmad al-Muhajir (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359674)
11. Sayyid Al-Imam 'Ubaidillah (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359673)
12. Sayyid Alawi Awwal (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359672)
13. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359671)
14. Sayyid Alawi Ats-Tsani (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359670)
15. Sayyid Ali Kholi' Qosam (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359668)
16. Sayyid Muhammad Sohib Mirbath (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359667)
17. Sayyid Alawi Ammil Al Faqih (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359658)
18. Sayyid Amir 'Abdul Malik Al-Muhajir Azmatkhan / Sayyid Abdul Malik (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359654)
19. Al Amir Abdullah Azmatkhan (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359650)
20. Syekh Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin  (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:359646)
21. Syekh Datuk Isa / Syekh Sayyid Maulana Isa bin Ahmad (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:660336)
22. Syekh Datul Ahmad (lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:857399)
23. Syekh Datul Kahfi / Syekh Nurjati / Maulana Idhofi Mahdi (Ki Samadullah) (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:857400)
24. Pangeran Panjunan Cirebon Sayyid Maulana Abdurrahman (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:860513)
25. Pangeran Muhammad Palakaran (Pamelakaran) / Maulana Muhammad (
lihat silsilah disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:860516)
26. Pangeran Santri/Raden Sholih Ki Gedeng Sumedang / Pangeran Kusumahdinata 1 (lihat silsilah disini :  http://id.rodovid.org/wk/Orang:860517)


Silsilah Pangeran Santri (Raden Sholih) Dari Garis Keturunan Sunda Galuh
1. Prabu Lingga Buana / Prabu Ragamulya Luhurprabawa (Prabu Maharaja) menikah dengan Dewi Lara Lisning (lihat Silsilah : http://id.rodovid.org/wk/Orang:321582), berputra :
2. Prabu Niskala Wastukancana / Prabu Anggalarang (Prabu Wangsisutah) dari istrinya Lara Sarkati atau Nay Ratna Sarkati (lihat silsilahnya disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:26668 dan http://id.rodovid.org/wk/Orang:70659), berputra : 
3. Prabu Susuktunggal / Sang Haliwungan dari istrinya (?), ()lihat silsilahnya disini http://id.rodovid.org/wk/Orang:70660), berputra :
Raden Amuk Marugul dari istrinya (?), (lihat silsilahnya disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:991473), berputra : 
4. Raden Agung Japura dari istrinya (?), (lihat silsilahnya disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:991474) berputra : 
5. Nyi Raden Matangsari menikah dengan Pangeran Panjunan Cirebon (lihat silsilah : http://id.rodovid.org/wk/Orang:991475), berputra :
6. Pangeran Muhummad menikah dengan Nyi Armilah (lihat silsilahnya disini :  http://id.rodovid.org/wk/Orang:860516), berputra :
7. Pangeran Santri Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih) / Ki Gedeng Sumedang (lihat silsilahnya disini : http://id.rodovid.org/wk/Orang:860517)


Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Nyi Mas Ratu Pucuk Umun)
Pusat Kerajaan Sumedanglarang ditetapkan di Kutamaya yang terletak di kawasan Sumedanglarang. Istana Kerajaan dibangun dari bahan baku serba kayu, menggunakan arsitek model Sunda dengan menghadap ke alun-alun Mayadatar. Simbol cita-cita Ratu Pucuk Umun dinukilkan dalam monument Kuta yang dibuat dari tanah dalam bentuk bulat dan membujur ke arah langit.

Kehadiran Pangeran Santri (Raden Solih bin Pangeran Muhammad bin Pangeran Panjunan Cirebon) menjadi pendamping Ratu Pucuk Umun mendorong terhadap perkembangan kerajaan. Sentuhan-sentuhan Islam lebih berdenyut bahkan secara bertahap Islam berkembang dikalangan rakyat. Kemudian Pangeran Santri yang memusatkan perhatian kepada gerakan syiar Islam mendirikan sarana ibadah di lingkungan karaton. Sehingga menambah wawasan dan memperkuat keyakinan agama dikalangan keluarga raja.

Selain itu pengaruh Pangeran Santri mendorong terhadap hubungan Sumedanglarang dengan Cirebon baik dalam segi hubungan keagamaan, sosial politik dan ekonomi, termasuk hubungan seni budaya. Pendekatan seni budaya telah menunjukkan munculnya kegiatan seni yang bernafaskan Islam.seperti seni rebana, terebang yang dikenal oleh masyarakat pada saat itu seni sholawat. Demikian juga dalam upacara-upacara ritual tak lepas dari nuansa keislaman bahkan tradisi upacara pengantin diwarnai oleh khataman, yaitu seni membaca Al Qur’an dilakukan secara bergantian dan serempak, disajikan setelah peresmian pernikahan.

Sentuhan seni budaya Cirebon tampak dalam arsitek sarana ibadah, lukisan dinding, bentuk kendaraan tradisional termasuk bangunan-bangunan pesantren. Sejak itu pulalah rakyat Sumedang mulai mengenal kain batik Cirebon.

Perkembangan baca tulis turut memacu perkembangan sosial kemasyarakatan, sehingga babon-babon jenis wawacan sastra lisan disalin kedalam huruf Arab Gundul (Pegon). Perkembangan tersebut membawa Kerajaan Sumedang Larang kedalam percaturan yang lebih luas, sehingga dikenal oleh kalangan Raja-raja di pulau Jawa.

Batas wilayah kekuasaan Sumedanglarang meliputi batas barat deretan pegunungan Manglayang yang memisahkan Sumedang Larang dengan Sukapura (Bandung dahulu), batas utara daerah Ujungjaya, batas timur kali Cilutung dan batas selatan deretan Pegunungan Cakrabuana meliputi daerah Limbangan Garut.

Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Ratu Pucuk Umum),  mempunyai putra :
1. Pangeran Angkawijaya,
2. Demang Rangga,
3. Demang Watang,
4. Santoan Tjikeruh.

Dari sejak kecil diajari ilmu kepemimpinan dan ajaran Islam. Setelah Pangeran Angkawijaya Dewasa, ada tanda-tanda Ratu Pucuk Umum menyerahkan tahta kekuasaannya kepada Pangeran Angkawijaya, akan tetapi belum cukup usia.

Menjelang tahun 1578, tersiar berita dari para juru telik sandi yang mengkabarkan bahwa Keraton Pajajaran diserbu pasukan Surasowan Banten yang didukung oleh tentara Islam Cirebon. Tahta Nobat Sriwacana diboyong ke Surasowan Banten. Prabu Siliwangi Ragamulya atau Prabu Suryakencana berada dalam kejaran Pangalima Perang Surasowan bernama Ki Jungju, kemudian bersembunyi di hutan Pulo Sari. Sedangkan Keraton Pajajaran dibakar habis.

Di ujung tahun tersebut, Ratu Pucuk Umun, kedatangan empat Kandaga Lante Pajajaran (Umbul), bernama :
1. Jaya Prakosa (Sanghyang Hawu),
2. Dipati Wirajaya,
3. Prabu Pancarbuana,
4. Sanghiyang Kondang Hapa.

Ke-empat Kandaga Lante sengaja datang atas perintah Prabu Siliwangi Ragamulya untuk menyampaikan Mahkota Binokasih yang terbuat dari emas murni sebagai lambang kebesaran raja-raja Pajajaran. Penyerahan Mahkota tersebut sebagai tanda bahwa Sumedanglarang adalah penerus Kerajaan Pajajaran. Setelah itu ke Empat Kandaga Lante menyatakan diri untuk mengabdi (Geusan ulun kumawula) kepada Sumedang Larang. Mengangkat Prabu Jayaperkasa sebagai Patih Agung Sumedanglarang, ketiga Kandaga Lante lainnya ditetapkan sebagai pembantu tugas-tugas Jaya Prokasa, dengan pangkat Senopati atau Panglima Perang.

Semula Ratu Pucuk Umun ragu-ragu menerima Mahkota itu, oleh karena yang berhak melanjutkan Kerajaan Sumedang Larang adalah Pangeran Angkawijaya, yang saat itu usianya kurang lebih 20 tahun, artinya belum cukup usia untuk diangkat menjadi raja. Aturan kerajaan adalah usia 22 tahun baru memenuhi syarat jadi raja. Untuk mencukupi usia tersebut harus menunggu dua tahun lagi. Selama itu Ratu Pucuk Umun memerintahkan agar Pangeran Angkawijaya berguru ilmu kepemimpinan dan ilmu Islam ke negeri Demak.

Pangeran Angkawijaya yang dikenal taat kepada perintah, meninggalkan Keraton Kutamaya dengan mendapat pengawalan  Jaya Prakosa. Perjalanan melintasi jalur Selatan pulau Jawa, akhirnya tiba di negeri Demak. Disitulah Pangeran Angkawijaya mendapat bimbingan kepemimpinan dan keulamaan. Disitu pulalah terjadinya pertemuan dengan Ratu Harisbaya, salah satu putri cantik jelita keturunan Pajang Madura yang sama-sama berguru atau berpesantren. Pertemuan pertama melarutkan perasaan yang sedemikian dalam. Sentuhan hati menjalin kasih sayang kedua insan adam itu terhapuskan oleh waktu dan keadaan. Oleh karena Ratu Harisbaya dipanggil ke Madura untuk dinikahkan dengan Panembahan Girilaya Cirebon, yang usianya jauh lebih tua. Mau tidak mau Pangeran Angkawijaya menerima kekcewaan yang demikian berat. Kemudian beliau memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Setibanya di Kutamaya, sikap Pangeran Angkawijaya mengusik perasaan ibunya, rupanya ia peka menyimak gelagat yang terjadi pada Pangeran Angkawijaya. Persoalan Harisbaya yang membuat putra mahkota banyak berdiam diri.

Kebekuan cinta dan kasih sayang mulai mencair setelah Ratu Inten Dewata sudah mencalonkan permaisuri putranya, tidak lain adalah Nyi Mas Cukang Gedeng Waru salah seorang putra Sunan Arya Pada putra dari Sribaduga Pajajaran Prabu Siliwangi yang menikah Ratu Istri Raja Mantri Ratu Sumedang Larang. 

Perkawinan dilaksanakan dan dimeriahkan oleh upacara adat pengantin Kasumedangan, kedua mempelai di arak diatas Kereta Nagapaksi dan disemarakkan oleh Kesenian Rebana.


Silsilah Ratu Inten Dewata (Nyi Mas Ratu Pucuk Umun)
Wretikandayun, masa pemerintahan 612 s/d 702 M, Raja Pertama Galuh, dari istrinya Dewi Manawati atau Manakasih atau Pwahaci Bungatak Mangale-ngale atau 
Prameswari Déwi Candrarasmi putrinya Resi Makandria, beputra :
1. Sang Jatmika, Rahyang Sempakwaja, Resiguru di Galunggung, lahir 542 C (639 M)
2. Sang Jantaka, Rahyang Kidul, Rahyang Wanayasa, Resiguru di Denuh (sekarang masuk wilayah Kampung Daracana, Desa Cikuya, kecamatan Culamega, Tasikmalaya Selatan), lahir 544 C (641 M).
3. Sang Jalantara, Rahyang Mandiminyak, putra mahkota Kerajaan Galuh, lahir 546 C (643 M).

Sang Jatmika, Rahyang Sempakwaja dari istrinya Wulan Sari, berputra :
1. Prabu Purbasora atau Rahyang Kuku Raja Galuh masa pamarentahan 716 M
2. Prabu Demunawan Raja Resi Saunggalah Kuningan
3. Sari Arum

Resi Jantaka, Rahyang Kidul, Rahyang Wanayasa, Resiguru di Denuh dari Istrinya Sawitri, berputra :
1. Arya Bimaraksa (Sanghynang Resi Agung)
2. Jagat Jaya Nata
3. Sari Legawa

Ratu Komara (Dewi Komalasari binti Purbasora), dari suaminya Arya Bimaraksa bin Jantaka berputra, :
1. Aji Putih
2. Darma Kusumah
3. Astajiwa
4. Usoro
5. Siti Putih
6. Sekar Kencana

Prabu Guru Aji Putih menikah dengan Dewi Nawang Wulan (Ratna Inten) masa pemerintahan 678 s/d 721 M, berputra :
1. Batara Kusuma atau Pangeran Cinde Kancana Wulung atau Batara Tuntang Buana atau Resi Cakrabuana dan lebih dikenal namanya Prabu Tajimalela.
2. Sakawayana atau Embah Jalul.
3. Haris Darma.
4. Jagat Buana atau Langlang Buana

Prabu Tajimalela atau Batara Kusuma atau Resi Cakrabuana, masa pemerintahan 721 s/d 778 M, dari istrinya Rangga Wulung putranya pasangan Sari Ningrum bin Jagatnata bin Jantaka dengan Adi Hata bin Tambak Wesi bin Demunawan, (Prabu Tajimalela menikah ke Ratu Rangga Wulung masih saudara misannya), berputra :

1. Jayabrata atau Pangeran Arya Surya Agung atau Peteng Aji, dikenal namanya Prabu Lembu Agung. gelar : 778 s/d 893 M, Raja Sumedang Larang Ke 2

2. Atmabrata atau Pangeran Kancana Agung, dikenal namanya Prabu Gajah Agung, masa pemerintahan 893 s/d 998 M, Raja Sumedang Larang Ke 3.

3. Marianajaya atau Pangeran Jaya Agung atau Batara Dikusuma atau yang dikenal namanya Sunan Ulun. yang merundaykan Sunan Rumenggong di Karta Rahayu Limbangan Garut.

Prabu Gajah Agung / Atmabrata / Pangeran Kancana Agung, masa pemerintahan 893 - 998 M, Raja Sumedang Larang Ke 3, berputra :

Prabu Wirajaya (Prabu Pagulingan), masa pemerintahan 998 s/d 1114 M, Raja Sumedang Larang Ke 4, dari istrinya Ratu Miramaya, berputra :

Prabu Mertalaya (Sunan Guling), masa pemerintahan 1114 s/d 1237 M, Raja Sumedang Larang Ke 5, dari istrinya Mutiasari putrinya Prabu Lingga Hiang, berputra :
1. Tirtakusuma (Sunan Tuakan)
2. Jayadinata
3. Kusuma Jayadiningrat

Prabu Tirtakusuma (Sunan Tuakan), masa pemerintahan (1237 – 1462 M), Raja Sumedang Larang Ke 6, dari istrinya Ratu Nurcahya, berputra : 
1. Ratu Ratnasih atau Ratu Rajamatri diperistri oleh Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata (1482 s/d 1521 M) Raja Pajajaran berputra Rd. Meumeut (Rd. Ceumeut), Rd. Meumeut berputra Sunan Pada, Sunan Pada berputra Nyi Mas Cukang Gedeng Waru istri  Pertama Prabu Geusan Ulun.

2. Nyai Mas Patuakan atau Ratu Sintawati, kelahiran : 1444, masa pemerintahan 1462 s/d 1530,  Raja Sumedang Larang Ke-7, Wafat 1530. M.

3. Sari Kencana yang dinikahi oleh Prabu Liman Sanjaya putranya Prabu Siliwangi / Sri Baduga Maharaja Ratu Haji (Prabu Guru Dewapranata) dari Istrinya Ratu RajamantriPrabu Liman Senjaya (Sunan Cipancar) berputra Dalem Limansenjaya Kusumah di Karta Rahayu Limbangan Garut.

Nyai Mas Patuakan atau Nyimas Corendra Kasih yang lebih dikenal Ratu Sintawati, kelahiran: 1444, masa pemerintahan 1462 s/d 1530 M, Raja/Ratu Sumedang Larang Ke 7 menikah dengan Sunan Corenda (Sunan Parung) Raja Talaga Manggung Majalengka, berputra :

Ratu Pucuk Umun atau Nyi Mas Ratu Inten Dewata menikah dengan Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih) putra dari Pangeran Muhammad bin Pelakaran dari Nyi Armillah, masa Pemerintahan 1530 s/d 1578, Sumedang Larang, Prabu Sumedang Larang ke 8, berputra :
1. Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Kusumadinata II atau Pangeran Angkawijaya,  masa pemerintahan 19 Juli 1556 s/d 1610 M, Raja Sumedang Larang ke 9, 
2. Demang Rangga Hadji
3. Kiyai Demang Watang.
4. Santowaan Wirakusumah.
5. Santowaan Cikeruh.
6. Santowaan Awiluar.


Lokasi Makam Kyai Rangga Haji
Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu waktu di Narimbang, supaya memeluk agama Islam, makamnya di Kampung Campaka Desa Sundamekar Kec. Cisitu Kabupaten Sumedang.

Makam Kyai Rangga Haji menurut keterangan dari Bapak Kuncen Eman Pasarean Campaka dan Mantan Kades Sundamekar Bapak Tata Sunarya bin Minta dan berbagai sumber tokoh masyarakat setempat. 

Dipasarean Campaka  ada leuluhur yang namanya ada dalam rundayan sejarah Sumedang  adalah  Kyai Rangga Haji (Kyai Rangga Haji) dan ada beberapa makam lainya kemungkinan keluarga dari Kyai Rangga Haji yang masyarakat setempat hampir tidak begitu paham silsilahnya.

Secara geografis, Desa Sundamekar dikelilingi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut : Desa Cijati dan Desa Cikadu (keduanya berada di Kecamatan Situraja) serta Desa Situmekar di sebelah utara, Desa Linggajaya di sebelah timur, Desa Cimarga serta Desa Bangbayang, sebelah selatan Desa Kaduwulung (keduanya berada di Kecamatan Situraja).

Berada di Kampung Campaka Desa Sundamekar yang merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisitu.


Makam Kyai Rangga Haji (Sunan Campaka)
di Kampung Campaka Desa Sundamekar Kec. Cisitu Sumedang

Secara geografis, Desa Sundamekar dikelilingi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut : Desa Cijati dan Desa Cikadu (keduanya berada di Kecamatan Situraja) serta Desa Situmekar di sebelah utara, Desa Linggajaya di sebelah timur, Desa Cimarga serta Desa Bangbayang, sebelah selatan Desa Kaduwulung (keduanya berada di Kecamatan Situraja).

Sementara makam yang aslinya Sunan Kyai Rangga Haji (Kyai Rangga Haji) berada di Di gunung Rangga Haji, sebelahnya bendungan Sanghyang sungai Cipanas di Cibuluh-Kamurang Kecamatan Ujungjaya.








Salam Santun

Baca Juga :

Tidak ada komentar