Mengkaji Martabat Alam Tujuh Dalam Perupaan Kujang


Mengkaji Philosophis Martabat Alam Tujuh (Tajjali 7) Dalam Perupaan Kujang, bisa dijelaskan sebagai berikut :


1. Martabat awal menerangkan kejadian nilai Ilahiah dalam diri yang disebut dengan kasih sayang ibu.

2. Martabat Cahaya atau alam langit bermakna alam ada tapi berupa Sir dan Rasa Ibu.

3. Dibuatnya Alam Semesta.

4. Dibuatnya isi langit dan bumi atau alam semesta dan dibuatnya seluruh anggota tubuh atau raksa dan Pangraksa. Raksa bermakna sesuatu yang bersifat batiniah. Pangraksa bermakna segala sesuatu yang bersifat lahiriah termasuk Pancadria.

5. Diturunkannya utusan Tuhan bermkana seluruh potensi dan bakat (Kudrat-irodat-alam).

6. Diturunkannya rejeki berupa isi alam semesta, seperti: mata dengan penglihatan, telinga dengan pendengarannya, hidung dengan penciumannya, tangan dengan geraknya, kaki dengan langkahnya dan sebagainya.

7. Diturunkannya manusia bermakna wujud dan rasa yang berisi amal, ilmu dan akhlaq.


Dalam Islam, Martabat 7, berdasarkan Martabat Tujuh dari Majalengka Tahun 1249, dijelaskan sebagai berikut :

1. Martabat Ahadiyah adalah martabat yang pertama, yaitu wujud sunyi dari segala sifat dan bentuk kaitannya, atau la ta'yin (tidak nyata). Dalam naskah ini dijelaskan bahwa martabat Ahadiyah adalah martabat Allah yang berupa zat kodim ajali, masih bersifat belum nyata, semuanya dalam keadaan gaib atau tidak nampak. Martabat ini menjelaskan keberadaan Allah merupakan hakikat dari Muhammad. Martabat ta'yin.

2. Martabat Wahdah, yaitu awal, hakikat Muhammad yang merupakan pengetahuan Tuhan secara umum, global, atau ijmal. Dalam naskah ini dijelaskan bahwa martabat Wahdah merupakan penjelasan bahwa Allah telah memiliki wujud yang berupa zat dada Muhammad, Allah ada dalam ilmu-Nya, yang diibaratkan dengan dinding kayu.

3. Martabat Wahidiyah, yaitu ta'yin sani yang merupakan pengetahuan Tuhan yang terperinci atau tafsil tentang zat dan sifat serta segenap yang ada lainnya. Dalam naskah ini dijelaskan bahwa martabat Wahidiyah merupakan kehendak Allah yang berupa zat dan sifat yang terkandung dalam asma-Nya.

4. Martabat Alam Arwah, yaitu alam yang sederhana tidak bersusun dari unsur-unsur dan tidak bersifat materi. Martabat ini merupakan martabat yang menyatakan kekuasaan Allah, kun payakun, untuk menciptakan semua makhluk (manusia) yang diberi pancaindra dohir dan batin berupa pikiran, karya, dan bicara. Alam arwah merupakan alam di mana nyawa belum menerima nasib, nyawa masih merupakan cahaya suci.

5. Martabat Alam Misal, yaitu alam yang sudah tersusun dari unsur-unsur yang halus, tetapi tidak akan mengalami cerai-berai, usang, atau rusak. Martabat ini merupakan kehendak Allah untuk mengadakan rupa yang nyata dalam wujud ilmu-Nya yang tersusun namun tidak beraturan dan tidak akan rusak, inilah yang dimaksud dengan cahaya gaib. Alam misal adalah alam segala rupa yang telah diisi dengan nyawa dan mulai menerima nasib.

6. Martabat Alam Ajsam, yaitu alam yang tersusun dari unsur-unsur yang kasar dan dapat mengalami percerai-beraian. Martabat ini merupakan kehendak Allah yang diibaratkan susunan yang beraturan seperti bumi dan langit, ketika nyawa telah bertemu dengan pancaindra zahir. Alam Ajsam adalah alam segala tubuh, rupa tubuh sekalian insan, dan rupa Qalbu serta Rohnya.

7. Martabat Alam Insan, yaitu martabat yang menghimpun semua martabat sebelumnya. Dalam naskah ini, martabat ini disebut juga martabat alam Insan Kamil, yaitu martabat yang menyatakan kehendak dan kekuasaan Allah yang sangat nyata berupa insan (manusia) suci yang diberi nama Muhammad, atau manusia sempurna tempat berkumpulnya keenam martabat sebelumnya yang disatukan dengan pancaindra dohir dan batin. Alam insan adalah alam segala manusia, yakni adanya manusia anak keturunan Adam.

===============
Sumber : 

1. Buku Pernikahan Adat Sunda, Aris Kurniawan, Hal 158-159.

2. Martabat Tujuh dari Majalengka Tahun 1249, https://galuhkiwari.files.wordpress.com/2009/05/martabat-tujuh.pdf

Baca Juga :

Tidak ada komentar