Mencari Jejak Para PencariMU, Mencari dan Mengenal Allah

Bismillahirrahmaanirraahiim...
 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi. Salawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya serta para sahabatnya.  

Sesungguhnya penulis tidak mengerti apa-apa, tidak bisa apa-apa serta tidak memiliki apa-apa. Jangankan kepandaian, kebodohan pun bukan milik penulis. Penulis tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, oleh karena penulis memang tidak pernah mengikuti pendidikan keagamaan secara formal dan juga tidak pernah mengikuti pendidikan pesantren secara khusus.

Tulisan ini pun hanya sekedar kumpulan catatan apa yang pernah penulis dengar dari orang tua (almarhum), dari beberapa sesepuh dan dari para pembimbing ruhani lainnya, kemudian disesuaikan dan diperbandingkan dengan tinjauan beberapa kepustakaan yang pernah penulis baca dan jumlahnya pun tidak banyak.  Oleh karena itu, tulisan ini banyak sekali kekurangannya, sangat jauh dari apa yang dikatakan baik, apalagi sempurna.  

Tulisan ini disusun sejak Januari 1996 atas saran teman-teman dari SMA Negeri Kuningan, setelah acara Reuni pada tanggal 31 Desember 1995.  Pada acara tersebut penulis di daulat untuk memberikan santapan rohani.  Kemudian teman-teman menganjurkan agar materi ceramah tersebut dikembangkan dan dijadikan sebuah buku. Sejak itu penulis mulai mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku tasawuf. Ada keraguan dan kekhawatiran penulis terutama mengenai masalah Al Qur’an Sejati, Guru Sejati, Kemanunggalan atau Manunggaling Kaula Gusti dari Syech Siti Jenar, Wahdatul Wujud dari Al Hallaj,  Hamzah Fansuri atau dari siapapun yang masih dianggap tabu.

Setelah berupa makalah, Mei 1998 mulai diberikan kepada kerabat dan teman-teman dekat. Perbaikan demi perbaikan sampai sekarang masih terus dilakukan. Walaupun makalah ini telah berulangkali mengalami perbaikan, namun masih terasa belum pas. Dalam hal ini bisa kita ibaratkan seperti layaknya seorang mahasiswa yang baru belajar menulis skripsi.

Mulai tahun 2001 banyak buku-buku bagus misalnya dari Karen Armstrong, tahun 2002 dari Abu sangkan dan Achmad Chodjim dan tahun 2005 buku-buku serial dari Agus Mustofa. Dengan adanya buku-buku yang dikemas secara ilmiah dari para penulis tersebut, maka keraguan dan kekhawatiran penulispun menjadi sirna.  

Tulisan ini hanya sekadar bahan renungan, khususnya bagi penulis sendiri, dalam rangka introspeksi di usia yang tersisa ini dan sebagai bahan untuk bertanya lebih lanjut kepada ahlinya. Oleh karena itu, penulis masih sangat mengharapkan saran dan nasehat, terutama dari para sesepuh serta dari siapapun yang pernah membaca tulisan ini. 

Bagi yang berminat, semoga tulisan ini bisa dijadikan bahan kajian untuk digali dan dikembangkan, sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, sehingga suatu saat nanti bisa menjadi sebuah buku yang dapat dipertanggungjawabkan di tingkat akademis.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa dikaji, digali dan dikembangkan dari tulisan ini : Yang pertama adalah apakah benar ajaran para sufi termasuk Al Ghazali, Jalaluddin Rumi dan lain-lainnya menyimpang dari ajaran Islam? 

Ajaran para sufi yang betul-betul sufi bukan sufi palsu itu justru muncul pada saat terjadi kemerosotan moral bangsa Arab setelah Rosululloh dan para sahabat wafat, pada periode kepemimpinan bani Umayah, kemudian diperparah oleh bani Abas.  

Yang kedua tentang alasan mengapa Surat Al Fatihah disebut sebagai umul Qur’an, diringkas menjadi basmallah, menjadi lafad Allah, menjadi alif dan akhirnya menjadi titik pertama pada huruf ba. 

Yang ketiga dalam rangka mencari dan mengenal Allah terjadi hal yang paradoksal, Allah yang transenden, yang tidak terjangkau oleh akal dan Allah yang imanen  yang berada  di dalam diri kita. 

Yang keempat, untuk mencapai puncak spiritual ternyata tidak ada jalan lain kecuali melalui dzikrullah. Apakah dzikrullah itu penjabaran, penerapan dan penghayatan dari rukun Islam yang pertama ataukah bid’ah dari para sufi? 

Sampai sejauh mana kedahsyatan dzikir terhadap perkembangan potensi seseorang? Tuhan memberi manusia mata, telinga, hati dan ruh. Hati dalam hal ini bukan hati organ bagian dalam dari tubuh manusia. Hati yang dimaksud adalah qolbu yang tidak kita ketahui tempatnya dimana. Oleh karena itu muncul pertanyaan, mengimani keberadaan Tuhan itu apakah dengan otak melalui mata dan telinga ataukah dengan hati dan ruh? Apakah yang berkomunikasi dengan Tuhan itu jasmaninya ataukah ruhaninya? Kenapa kita harus bertengkar tentang kebenaran otak dan hati? Seberapa besar ego kita, seberapa besar arogansi kita dan seberapa besar toleransi kita terhadap umat yang berbeda keyakinan? Apakah benar bahwa perbedaan pendapat itu adalah hikmah? Apakah keyakinan keberagamaan seseorang itu harus dipaksakan? Apakah semua agama mengajarkan tentang fitrah manusia? Kenapa hanya mata, telinga dan hati yang dituntut tanggung jawabnya, sedangkan ruh tidak?  Apakah ajaran para sufi itu tahayul ataukah untuk mendapatkan kepastian dan keyakinan berketuhanan? Selanjutnya yang harus kita sadari adalah bahwa keberagamaan itu berjenjang, mulai dari iman, islam dan ikhsan, dari tata cara syariat ke tingkat hakikat dan makrifat, dari alam lahiriyah ke alam bathiniah, karena Allah adalah Al Bathin. 

Pada akhirnya ternyata penglihatan atas Tuhan hanya bisa melalui mata hati. Harus bisa mati sebelum mati, agar kesadaran ruhnya bangkit. Itulah essensi keberagamaan bagi mereka yang mau berpikir. Bagi mereka yang ingin mencapai makripat, jangan mandeg di alam lahiriyah. Surga bukan tujuan para pencari sejati.

Ada apa di surga? Di surga tidak ada apa-apa, kecuali kesenangan fisik, air yang berlimpah, makanan dan minuman, kasur yang empuk serta bidadari. Bidadaranya mana? Setelah kita mati jasmaninya di kubur dalam tanah sedangkan ruh akan kembali kepada Allah tanpa jasmani, tanpa kelamin, tanpa nafsu. Jadi untuk apa bidadari? Untuk apa Surga? Karena Allah-lah seindah-indahnya tempat untuk kembali, bukan surga! 

Islam sebagai fitrah manusia, bukan sebagai budaya Arab. Memang harus kita sadari bahwa budaya Arab tidak identik dengan Islam sebagai fitrah yang universal bagi seluruh umat manusia di dunia.

Semoga bahan renungan ini bisa membuka wawasan serta bisa bermanfaat khususnya bagi para kerabat, handai tolan serta sesama umat lainnya.



ROSULULLAH BERSABDA

Barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya
Dan barang siapa mengenal Tuhannya, maka dirinya merasa bodoh

Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri
maka dia akan tersesat semakin jauh dari Tuhannya
Konon kabarnya kata-kata tersebut bukan dari Rosulullah SAW, namun dipopulerkan oleh Al Ghazali

Bacalah kitab yang kekal
yang berada di dalam diri kalian sendiri
Aku Ahmad tanpa mim 
Aku Ahad


ALLAH BERFIRMAN :

Ayat-ayat kami di segenap penjuru dan di dalam diri mereka sendiri
(Fushshilat 41 : 53)

Di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan
(Adz-dzariyaat 51 : 21)

Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan Qolbunya
(Al Anfaal 8 : 24)

Dialah Jibril yang menurunkan Al Qur’an ke dalam Qolbumu
(Al Baqarah 2 : 97)

(Al Qur’an) ini adalah ayat-ayat yang nyata, Dalam hati orang-orang yang berilmu
(Al Ankabut 29 : 49)

Sesungguhnya Al Qur’an yang mulia Berada pada kitab yang terpelihara dan tidak tersentuh, Kecuali oleh mereka yang disucikan
(Al Waqi’ah 56 : 77-78)


PRELUDE
Jalaludin Rumi

Jauh di dalam kalbu ada Cahaya Surga marak menerangi
Paras lautan tanpa suara yang tiada batas
Oh, bahagialah mereka yang menemukanNya dalam tawakal
Rupa segala yang dipuja setiap insan

Orang buta, gandrung pada bayangan benda indah
Hanya akhirnya mengutuk pesona yang menimbulkan bencana,
Bagaikan Harut dan Marut, malaikat sepasang
Yang menganggap diri paling suci dari yang suci
Kebodohan, keinginan dan kebanggaan diri yang jahat
Kan merusak keharmonisan bagian dan keseluruhan
Sia-sialah kita mencari dengan nafsu tak terjinakkan
Untuk sampai pada visi Satu Jiwa Abadi

Cinta, hanya cinta yang dapat membunuh apa
Yang tampaknya telah mati, ular nafsu yang telah membeku
Hanya cinta, lewat air mata doa dan nyala rindu
Terungkaplah pengetahuan yang tak pernah dapat di sekolah

Para pecinta Tuhan belajar dari-Nya rahasia
Pemeliharaan, rencana alam semesta
Tinggal di dalam-Nya, mereka selalu menyenandungkan pujian-Nya
Yang menciptakan ribuan Waktu bagi manusia.
Kejahatan tak mereka kenal, karena di dalam-Nya sama sekali tidak ada
Namun tanpa kejahatan bagaimana kebaikan kan menampak
Cinta menyahut : “Mari merasa denganKu, jadilah satu bersamaKu
Dimana ada Aku, tak ada jarak yang bisa memisah
Ada tingkatan Cahaya surgawi dalam jiwa :
Para Nabi dan Orang Suci memperlihatkan jalan yang telah mereka lalui
Langkah awal dan tahap-tahapnya, tempat-tempat berhenti sejenak
Dan tujuan-tujuannya : Semua menuju ke satu tujuan dalam Tuhan.

Cinta tak kan membiarkan hambanya yang setia lelah terkulai
Keindahan Abadi selalu menarik mereka
Dari kemuliaan menuju kemuliaan, datang kian mendekat
Pada setiap pemberhentian dan percintaan semakin lekat.
Ketika kebenaran bersinar,
tiada kata dan cerita nan dapat terucap
Kini dengarkan Suara di dalam hatimu.
Selamat berpisah

NICHOLSON R.A : Rumi Poet And Mistic. SUTEJO : Jalaluddin Rumi. Ajaran dan Pengalaman Sufi. Cet I. Pustaka Firdaus. Jakarta, Hal. 3-4, 1993.



Ibaadallah
 
‘Ibaadallah rijaalallaah aghiitsuunaa li ajlillaah
Wa kuunuu ‘awnanaa fillaah ’asa nahzhaa bi fadhlillaah
Wahai hamba-hamba Allah (para awliyaullah), wahai para pejuang Allah
Berilah kami pertolongan karena Allah
Jadilah engkau penolong kami dalam segala ibadah kepada Allah
Semoga kami beruntung dengan karunia Allah

Wa yaa aqthaab wa yaa anjaab/wa yaa saadaat wa yaa ahbaab
Wa antum yaa uulil albaab/ta’aalaw wan shuruu lillah
Wahai para wali Qutub, wahai para wali Anjab
Wahai para pemimpin kami dan para kekasih Allah
Kalian semua wahai ahli-ahli ibadah
Datanglah dan tolonglah kami karena Allah

Sa-alnaakum sa-alnaakum/waliz-zulfa rajaw naakum
Wa fii amrin qashadnaakum/fa syudduu azmakum lillaah
Kami memohon, memohon kepada kalian
Untuk mendapatkan kedekatan kepada rahmat Allah
Kami harapkan kalian
Dalam persoalan (masalah), kami bermaksud kepada kalian,
Maka mantaplah tekad kalian untuk menolong kami karena Allah

Fa yaa rabbi bi saadaatii/tahaqaqlii isyaaraati
‘asa ta’tii bi syaaratii/wa yashfuu waqtuna lillaah
Wahai Tuhanku, dengan pangkat para pembesarku,
Buktikanlah semua keinginan-keinginan itu,
Semoga datang semua yang menggembirakanku
Dan menjadi suci (tenang) waktu (kehidupan kami) untuk Allah

Bi kasyfil juhbi ‘an ‘aynii/wa raf’il bayni min baynii
Wa thamsul kayfa wal ‘ayni/bi nuuril wajhi yaa Allah
Dengan terbukanya bukti pada pandangan kami
Terangkatnya jarak pemisah antara aku dengan Engkau
Terhapusnya cara (tanpa menggambarkan, tanpa menempatkan)
Berkat cahaya Dzat-Mu ya Allah

Shalaatullaahi mawlaanaa/’alaa man bil hudaajaanaa
Wa man bil haqqi awlaanaa/syafii’il khalqi ‘indallah
Semoga Rahmat Allah Tuhan kami,
Dilimpahkan atas Nabi yang datang kepada kami dengan hidayah petunjuk
Dan kepada orang yang telah menunjukkan kebenaran agama
Yang memberikan pertolongan kepada makhluk nanti di Sisi Allah

La ilaha ill Allah, la ilaha ill Allah/la ilaha ill Allah yuhyil qalba dzikrullah
La ilaha ill Allah, la ilaha ill Allah/la ilaha ill Allah Muhammadun Rasulullaah
Tiada Tuhan selain Allah yang menghidupkan hati, ingat kepada Allah Tiada Tuhan selain Allah Nabi Muhammad utusan Allah 

=================================
Sumber Tulisan : dr. Maman Rukmana, Sp.Og

Baca Juga :

Tidak ada komentar