Membuka Rahasia Ilmu Kesempurnaan

Ketika selesai membangun pesantren, Raden Paku teringat salah satu bungkusan yang harus dibukanya. Ia ingat kata-kata ayahnya kalau bingkisan itu berisi rahasia ilmu sejati yang harus dibacanya. Dengan hati-hati dibukanya bungkusan tsb. Didalamnya ada beberapa lembar daun lontar bertuliskan huruf arab pegon. Segera dibacanya tulisan tersebut.

A. Tentang Macam Ilmu Manusia

Adalah suatu yang pasti terjadi anakku, ketahuilah ini, renungkan demi kasampurnaan ilmumu. Di dunia ini, entah kapan, sakit, dan mati pasti terjadi. Maka hendaklah waspada, tidak urung kita juga akan mati, jangan lupa pada sangkan paran dumadi. Untuk itu, di dunia ini hendaklah selalu prihatin. Agar benar-benar sempurna engkau berilmu.

Dalam memperbincangkan ilmu kasempurnaan ini, jangan lupa arti bahasanya jika engkau mempertanyakannya. Karena mengetahui arti bahasa adalah kuncinya. Kesungguhanlah yang pasti, itulah yang perlu benar-benar engkau mengerti. Jangan takut pada biaya. Bukan emas, bukan dirham, dan bukan pula harta benda. Namun hanya niat ikhlas saja yang diperlukan.

Adapun ilmu manusia itu ada 2, anakku. Yang pertama adalah ilmu kamanungsan yg lahir daru jalan indrawi dan melalui laku kamanungsan. Yang kedua adalah ilmu kasampurnaan yang lahir melalui pembelajaran langsung dari Sang Khalik. Untuk yang kedua ini, ia terjadi melalui 2 cara, yaitu dari luar dan dari dalam. Yang dari luar, dilalui dengan cara belajar. Sedangkan yang dari dalam, dilalui dengan cara menyibukan diri dengan jalan bertapa (bertafakur).

Adapun bertafakur secara batin itu sepadan dengan belajar secara lahir. Belajar memilki arti pengambilan manfaat oleh seorang murid dari gerak seorang guru. Sedangkan tafakur memilki makna batin, yaitu suksma seorang murid yang mengambil manfaat dari suksma sejati, ialah jiwa sejati.

Suksma sejati dalam olah ngelmu memilki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan berbagai nasehat dari ahli ilmu dan ahli nalar. Ilmu-ilmu seperti itu tersimpan kuat pada pangkal suksma, bagaikan benih yg tertanam dalam tanah, atau mutiara di dasar laut.

Ketahuilah anakku, kewajiban orang hidup tidak lain adalah selalu berusaha menjadikan daya potensial yang ada di dalam dirinya menjadi suatu bentuk aksi (perbuatan) yang bermanfaat. Sebagaimana engkau juga wajib mengubah daya potensial yang ada dalam dirimu menjadi perbuatan, melalui belajar. Sejatinya dalam belajar, suksma sang murid menyerupai dan berdekatan dengan suksma sang guru. Sebagai yang memberi manfaat, guru laksana petani. Dan sebagai yang meminta manfaat, murid ibarat bumi atau tanah.

Anakku ketahuilah, ilmu merupakan kekuatan seperti benih atau tepatnya seperti tumbuh2an. Apabila suksma sang murid sudah matang, ia akan menjadi seperti pohon yang berbuah, atau seperti mutiara yang sudah dikeluarkan dari dasar laut. Jika kekuatan badaniah mengalahkan jiwa, berarti murid masih harus terus menjalani laku prihatin dalam olah ngelmu dg menyelami kesulitan demi kesulitan dan kepenatan demi kepenatan, dalam rangka menggapai manfaat.

Jika Cahaya Rasa mengalahkan macam-macam indra, berarti murid lebih membutuhkan sedikit tafakur ketimbang banyak belajar. Sebab suksma yang cair atau dalam bahasa arab dsb, nafs al-qabil akan berhasil menggapai manfaat walau hanya dengan berfikir sesaat, ketimbang proses belajar setahun yang dilakukan oleh suksma yang beku nafs al-jamid.

Jadi, engkau bisa meraih ilmu dengan cara belajar, dan bisa juga mendapatkannya dengan cara bertafakur. Walaupun sebenarnya dalam belajar itu juga memerlukan proses tafakur. Dan dengan tafakur engkau tahu manusia hanya bisa mempelajari sebagian saja dari seluruh ilmu dan tidak bisa semuanya.

Banyak ilmu-ilmu mendasar atau yang dsb annazhariyyah dan penemuan-penemuan baru, berhasil dikuak oleh orang-orang yang memilki kearifan. Dengan kejernihan otak, kekuatan daya fikir dan ketajaman batin, mereka berhasil menguak hal-hal tsb tanpa proses belajar dan usaha pencapaian ilmu yang berlebihan.

Dgn bertafakur, manusia berhasil menguak ajaran sangkan paraning dumadi. Dengan begitu terbukalah asumsi dasar dari keilmuan sehingga persoalan tidak berlarut-larut dan segera tersingkap kebodohan yang menyelimuti kalbu.

Seperti telah kuberitahukan sebelumnya anakku, suksma tidak bisa mempelajari semua yang diinginkan, baik yang bersifat sebagian (juz’i/parsial) maupun yang menyeluruh (kulli /universal) dengan cara belajar. Ia harus mempelajari dengan induksi, sebagian dengan deduksi sebagaimana umumnya manusia dan sebagian lagi dengan analogi yang membutuhkan kejernihan berfikir. Berdasarkan hal ini, ahli ilmu terus membentangkan kaidah-kaidah keilmuan.

Ketahuilah anakku.

Seorang ahli ilmu tidak bisa mempelajari apa yang dibutuhkan seluruh hidupnya. Ia hanya bisa mempelajari keilmuan umum dan beragam bentuk yang merupakan turunannya dan hal itu menjadi dasar untuk melakukan qiyas terhadap berbagi persoalan lainnya. Begitu pula para tabib, tidaklah bisa mempelajari seluruh unsur obat-obatan untuk orang lain. Mereka hanya mempelajari gejala-gejala umum. Dan setiap orang diobati menurut sifat masing-masing Demikian juga para ahli perbintangan, mereka mempelajari hal-hal umum yang berkaitan dengan bintang, kemudian berfikir dan memutuskan berbagai hukum.

Demikian juga halnya seorang ahli fikih dan pujangga. Begitu seterusnya, imajinasi dan karsa yang indah-indah berjalan. Yang satu menggunakan tafakur sebagai alat pukul, semacam lidi, sedangkan yang lain menggunakan alat bantu lain untuk merealisasikan.

Anakku jika pintu suksma terbuka, ia akan tahu bagaimana cara bertafakur dengan benar dan selanjutnya ia bisa memahami bagaimana merealisasikan apa yang diinginkan. Karena itu hati pun menjadi lapang, pikiran jadi terbuka dan daya potensial yang ada dalam diri akan lahir menjadi aksi  (perbuatan) yang berkelanjutan dan tak mengenal lelah.

B. Memahami Ilmu Kasampurnaan

Ketahuilah anakku bahwa ilmu kasampurnaan itu ada 2 macam :

1. Pertama, diberikan melalui wahyu.
Apabila suksma manusia telah sempurna, niscaya akan sirna segala sesuatu yang dapat mengotori watak, seperti halnya sikap rakus dan impian semu. Suksma akan menghadap Sang Pencipta, merengkuh cintaNya dan berharap manfaat serta limpahan cahayaNya.

Allah akan menyambut suksma itu secara total. Tatapan Ketuhan memandanginya dan menjadikannya seperti papan. kemudian Allah akan menjadikan pena dari suskma sejati. Dan pena itu diukirkan ilmu pada papan tadi.

Suksma sejati laksana guru, suksma manusia suci ibarat sang murid. Sehingga dicapailah seluruh ilmu, dan padanya semua bentuk terukir tanpa proses belajar maupun berfikir. Dalilnya : “Dan Dialah yang mengajarkanmu apa-apa yang tidak kamu ketahui” (QS. An-Nisa:213)

Ilmu para nabi lebih tinggi derajatnya dibandingkan ilmu mahluk-mahluk yang lain. Karena ilmu tersebut diperoleh langsung dari YME tanpa perantara. Kau bisa memahami dalam kisah para malaikat dengan kanjeng Nabi Adam. Sepanjang usianya para malaikat terus belajar. Dan dengan berbagi cara mereka berhasil mendapatkan banyak macam ilmu, sehingga mereka menjadi mahluk yang paling berilmu dan mahluk paling berpengetahuan.

Sementara itu Adam tidaklah tergolong ahli ngelmu karena ia tidak pernah belajar dan berjumpa dengan seorang guru. Malaikat bangga dan dengan besar hati mereka berkata:” padahal kami Senantisa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.” (QS. Al-Baqarah:30).

Kanjeng Nabi Adam kembali menuju Sang Pencipta. Lantas beberapa bagian dalam hati Kanjeng Nabi oleh Allah dikeluarkan ketika ia menghadap dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Lalu Allah ajarkan seluruh nama-nama benda. “Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat, lantas Allah berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS. Al-Baqarah:31).

Ketahuilah, malaikat menjadi kerdil dihadapan Adam. Ilmu mereka menjadi terlihat sempit. Mereka tak bisa berbangga dan besar hati, justru yang ada hanya rasa tak berdaya. “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami” (QS. Al-Baqarah:32).

Maka kepada mereka Adam diberitahukan beberapa bagian ilmu dan hal-hal yang masih tersembunyi. Akhirnya jelaslah bagi kaum berakal, bahwa ilmu gaib yang bersumber dari wahyu lebih kuat dan lebih sempurna dibandingkan ilmu yang diperoleh dengan penglihatan langsung.

Ilmu yang diperoleh melalui wahyu merupakan warisan dari hak para nabi. Namun mulai masa Kanjeng Nabi Muhammad pintu wahyu telah ditutup oleh Allah. Sebab Muhammad adalah penutup para nabi. Dia mewakili sosok paling berilmu dan paling fasih dikalangan manusia. Allah telah mendidiknya dengan budi pekertinya menjadi baik.

Ketahuilah anakku, Ilmu Rasul itu lebih sempurna, lebih mulia, dan kuat. Karena ilmu tersebut diperoleh langsung dari Sang Khalik. Beliau sama sekali tidak pernah menjalankan proses belajar-mengajar insani.


2. Ilmu Kasampurnaan yang Kedua
disampaikan sebagai ilham yaitu peringatan suksma sejati terhadap suksma manusia berdasarkan kadar kejernihan, penerimaan dan daya kesiapannya. Ilham boleh dikatakan mengiringi wahyu. Kalau wahyu merupakan penegasan perkara gaib, maka ilham merupakan penjelasannya. Ilmu yg diperoleh dengan wahyu itulah sejatinya ilmu kenabian, sedangkan yang diperoleh dengan ilham itulah sejatinya ilmu kewalian.

Ilmu kewalian diperoleh secara langsung, tanpa perantara antara suksma dan Sang Pencipta. Ilmu Kasampurnaan itu laksana secercah cahaya dari alam gaib, yang datang menerpa hati yang jernih, hampa dan lembut.

Semua ilmu merupakan produk pengetahuan yang diperoleh dari suksma sejati yang terdapat dalam inti sangkan paraning dumadi, dengan menisbatkan pada RASA SEJATI, seperti penisbatan Siti Hawa kepada Kanjeng Nabi Adam.

Ketahuilah anakku, rasa sejati lebih mulia, lebih sempurna dan lebih kuat dari disisi Allah dibandingkan suksma sejati. Sedangkan suksma sejati lebih terhormat, lebih lembut dan lebih mulia dibandingkan mahluk-mahluk lain.

Adapun ilham itu terlahir dari melimpahnya rasa sejati dan juga terlahir dari melimpahnya pancaran sinar suksma sejati. Jika wahyu menjadi perhiasan para nabi, maka ilham menjadi perhiasan para wali. Adapun ilmu yang diperoleh dari wahyu adalah sebagaimana suksma tanpa rasa atau wali tanpa nabi. Begitu pula ilham tanpa wahyu akan menjadi lemah. Ilmu akan menjadi kuat jika dinisbatkan kepada wahyu yang bersandar pada penglihatan ruhani. Itulah ilmu para nabi dan wali.

Ketahuilah, ilmu yg diperoleh dengan wahyu hanya khusus bagi para rasul, seperti diberikan kepada Adam, Musa, Ibrahim, Isa, Muhammad saw dan para rasul lain. Itulah yang membedakan antara risalah dengan nubuwwah.

Adapun nubuwwah adalah perolehan hakikat dari ilmu dan rasionalitas-rasionalitas oleh suksma yang suci kepada orang-orang yang mengambil manfaat. Barangkali perolehan semacam itu didapat salah satu suksma, tetapi ia tidak berkewajiban menyebarkannya karena suatu alasan dan oleh sebab-sebab tertentu.

Ilmu kasampurnaan menjadi milik seorang nabi dan wali, sebagaimana dimilki Khidir a.s. Hal itu terdapat pd dalil: “Dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS. Al-Kahfi:65).

Ingatlah ketika khalifah Ali berujar: “Kumasukan lisanku kemulutku, hingga terbukalah dihatiku seribu pintu ilmu, yg pada setiap pintu terdapat seribu pintu yg lain”. Dan ia berkata: “Andai kuletakkan bantal dan aku duduk diatasnya, niscaya aku akan mengambil putusan hukum bagi penganut Taurat berdasarkan Taurat mereka, bagi penganut Injil berdasarkan Injil mereka, dan bagi penganut al-Quran berdasarkan al-Quran mereka”.

Derajat seperti ini tidak bisa diterima dengan melalui ilmu kemanungsa semata yang hanya dari pembelajaran insani. Pastilah seseorang yang telah mencapai derajat tersebut, telah dikarunia ilmu kasampurnaan.

Jika Allah menghendaki kebaikan pada dirimu, Dia akan menyingkap tabir atau hijab yang menhalangi dirimu dengan suksma yang menjadi papan itu. Dengan demikian, sebagian rahasia dari apa-apa yang tersembunyi akan ditampakan padamu. segenap makna yang terkandung didalam rahasia tersebut akan terpahat pada suksmamu. Dan suksma itupun mengungkapkan sebagaimana engkau ingin karena dikehendakiNya.

Sejatinya, kearifan bisa lahir dari ilmu kasampurnaan. Selama engkau belum mencapai derajat atau tingkatan ini, engkau tidak akan menjadi seorang arif. Karena kearifan merupakan pemberian Hyang Widi.

Dalilnya : ”Allah menganugrahkan al-hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang2 yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran ” (QS. Al-Baqarah:269).

Hal itu karena orang-orang yang berhasil mencapai ilmu kasampurnaan tidak perlu lagi banyak berusaha memahami ilmu secara induktif dan berpayah-payah belajar. Orang yg demikian sedikit belajar, banyak mengajar, sedikit capai, banyak istirahat.

Ketahuilah anakku, setelah wahyu terputus dan sesudah pintu risalah ditutup, umat manusia tidak lagi membutuhkan kehadiran rasul atau utusan. Mereka tidak lagi memerlukan penampakan dakwah setelah penyempurnaan agama. Bukanlah termasuk kearifan menampakan nilai lebih tidak berdasarkan kebutuhan.

Tapi ketahuilah anakku, pintu ilham itu tidak pernah ditutup. Pancaran cahaya suksma sejati tidak pernah terputus. Karena suksma terus membutuhkan arahan, pembaharuan dan peringatan. Umat manusia tidak memerlukan risalah dan dakwah, tetapi masih membutuhkan peringatan sebagai akibat dari tenggelamnya mereka pada rasa was-was dan terhanyut oleh gelombang syahwat.

Karena itu Allah menutup pintu wahyu sebagai pertanda bagi hamba-Nya dan membuka pintu ilham sebagai rahmat serta menyiapkan segala sesuatu menyusun tingkatan-tingkatan supaya mereka tahu bahwa Allah Maha Lembut kepada hamba-hambaNya, memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikendaki tanpa perhitungan. Selesai sudah nasehatku tentang kawruh kesejatian yang kubeberkan padamu. Hendaklah engkau bisa menggunakan sebaik mungkin.

Dengan sikap takzim, Raden Paku (Sunan Giri) menerawang ke depan membayangkan wajah ayahandanya mengucapkan sendiri kata-kata yang barusan dibacanya. Digengamnya erat-erat lembaran lontar itu, lalu didekapkan didada serasa hendak menggoreskan makna dalam hatinya. Suatu makna dari nasehat orang suci yang tak lain adalah ayahandanya sendiri Syeh Wali Lanang/Syeh Awallul Islam ( Maulana Ishak ), lelaki suci keturunan manusia utama.


MEDITASI SUFI

Sasaran dan maksud dari muraqabah/meditasi/rabithah syarif adalah untuk memperagakan kehadiran terus-menerus ke dalam realitas syekh. Semakin seseorang memelihara pelatihan ini, semakin terungkapkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-harinya sampai pada titik dia mencapai tataran fana dalam hadirat Syekh. Orang harus tahu betul bahwa syekh adalah jembatan antara ilusi dan realitas dan dia berada di dunia ini hanya untuk tujuan itu. Jadi syekh adalah seutas tali yang khas yang diulurkan kepada setiap orang yang mencari kebebasan (dari ilusi), karena hanya syekh yang dapat memberikan layanan sebagai penghubung antara seseorang yang masih terikat kepada dunia dengan Hadirat Ilahi. Agar menjadi fana di hadapan dan keberadaan syekh adalah menjadi fana dalam kenyataan, dalam Hadirat Ilahi, karena memang sesungguhnya di situlah dia berada.

Meditasi Sufi: Langkah 1
Bayangkan dirimu berada di hadapan syekh. Sampaikan salammu. Tutup matamu. Pandanglah melalui mata hatimu. Jangan mencari raut muka, melainkan hanya auranya saja, ruhaniah.

Sebagai awal murid dapat memulai praktik muraqabah ini untuk jangka waktu pendek, antara 5 sampai 15 menit, dan secara bertahap menjalaninya menuju jangka waktu yang lebih panjang, bahkan merentang hingga berjam-jam sekali sesi. Yang terpenting adalah bahwa seseorang mempertahankan sebuah praktik yang konsisten untuk mendapatkan manfaat dari praktik tersebut. Jauh lebih baik dan bijaksana untuk bertahap pada sesi yang pendek secara harian daripada disiplin dan praktik yang acak. Sebuah upaya kecil yang dilakukan secara konsisten akan menghasilkan kemajuan luar biasa dalam waktu yang singkat.
Ambillah wudhu dan shalat 2 rakaat (tahiyatul wudhu).
Ucapkan Kalimat Syahadat (3 kali) : Asy-hadu an laa ilaaha illa-llah wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rasuuluh
Istighfar (100-200 kali) : Astaghfirullah al `Azhiim wa atuubu ilayh
Surat al-Ikhlash (3 kali) : Qul huwa-llaahu ahad/ Allaahu Shamad/ Lam yalid wal lam yuulad/ wa lam yakul- lahuu kufuwan ahad
Surat al-Fatihah
Mencari dukungan dan kehadiran Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani k dengan mengucapkan: Madad ya Sayyidi, Madadul-Haqq
Minimal 200 kali mengulang kalimat dzikir, Madadul-Haqq, Madadul-Haqq.

Meditasi Sufi: Langkah 2
Mata tertutup, mohon izin untuk menyambung cahaya beliau kepada hatimu dan cahayamu kepada hati beliau. Bayangkan sebuah kontak dua arah dan kemudian, baca awrad pada langkah 1.

Ketika seseorang duduk bermeditasi dan menutup matanya, dia memfokuskan pikirannya pada satu titik tunggal. Dalam hal ini titik itu biasanya adalah konsep dari mentor spiritualnya; dus dia memfokuskan seluruh kemampuan kesaksiannya memikirkan dengan konsentrasi penuh tentang guru spiritualnya agar mendapatkan gambaran atau citra mentornya pada layar mental, selama dia masih berada dalam status meditasi itu. Sifat, karakteristik dan potensi yang terkait dengan sebuah citra juga dipindahkan pada layar pikiran ketika citra itu terbentuk pada layar mental dan pikiran menerimanya sesuai dengan itu.

Sebagai contoh, seseorang sedang memperhatikan api. Ketika gambaran tantang api itu dipindahlan ke layar pikiran, suhu dan panas api itu terekam oleh pikiran. Seseorang yang hadir dalam sebuah taman menikmati kesegaran dan kesejukan pepohonan dan tanaman dalam taman itu untuk menciptakan gambaran itu semua pada layar pikirannya. Begitu juga ketika gambaran mentor spiritual dipindahkan pada layar pikiran, Ilmu yang Dihadirkan yang beroperasi dalam diri guru spiritual, juga ikut dipindahkan dengan gambaran itu dan pikiran murid secara bertahap menyerap hal yang sama.

Meditasi Sufi Langkah 3
Duduk bersimpuh, yang rapi, tetap bersimpuh, mata tertutup, tangan di tempat, mulut tertutup, lidah ditekuk ke atas, napas terkendali, telinga mendengar al-Quran, Shalawat atau suara sendu. Ruang gelap.

Meditasi, memikirkan tentang mentor spiritual, sebuah upaya untuk memfokuskan dengan konsentrasi pikiran kita kepada seseorang, sehingga citranya dapat dipantulkan secara berulang pada layar pikiran kita, (maka) kita terbebaskan dari keterbatasan indera. Makin sering sebutir pikiran di tayangkan pada layar mental, makin jelas pula formasi (pembentukan) sebuah pola dalam pikiran itu. Dan, pola pikiran demikian ini, dalam istilah spiritualitas disebut ‘pendekatan pikiran.

Ketika kita membayangkan mentor spiritual atau Syaikh, sebagai sebuah hal dari hukum eternal, ilmu Elohistic Attributes yang beroperasi dalam Syaikh dipantulkan pada pikiran kita dengan ulangan yang berkali-kali menghasilkan pencerahan pikiran dari murid dengan cahaya yang berfungsi dalam diri Syaikh dan dilimpahkan kepadanya. Pencerahan hati murid berusaha mencapai tataran atau tahap Syaikhnya. Dalam Sufisme, keadaan ini disebut ‘kedekatan,afinitas’ (nisbat). Cara terbaik dan telah teruji untuk menikmati kedekatan, menurut spiritualitas, adalah hasrat kerinduan dari cinta.

Pikiran Syaikh terus-menerus mentransfer kepada murid spiritualnya sesuai dengan kobaran cinta dan rindu akan Syaikh, yang mengalir di dalam diri murid dan datang suatu saat ketika cahaya beroperasi dalam diri Syaikh yang sesungguhnya adalah pantulan Tampilan Ilahiah yang Indah yang dipindahkan kepada murid spiritual itu. Hal ini memungkinkan murid spiritual untuk membiasakan diri dengan Cahaya Gemilang dan Tampilan Indah. Keadaan ini, dalam istilah sufisme disebut ‘Menyatu dengan Syaikh (Fana fi Shaykh).

Cahaya Syaikh dan Tampilan Indah gemilang yang beroperasi dalam diri Syaikh bukanlah ciri pribadi Syaikh. Sebagaimana halnya murid spiritual, yang dengan perhatian dan konsentrasi penuh dedikasi, menyerap (asimilasi) ilmu dan ciri khas Syaikhnya, maka Syaikh juga menyerap ilmu dan busana Nabi  dengan dedikasi pikiran dan konsentrasi penuh.

Langkah 3.a
Posisi duduk: Posisi Teratai (yoga Lotus), Wudhu adalah kunci sukses. Kapal Nabi Nuh as. melawan banjir kelalaian. Kebersihan adalah dekat dengan iman (ilahiah). Ingat bahwa bukanlah saya yang menghitung bahwa saya adalah bukan apa-apa, saya dan aku harus melebur kedalam dia. Syaikhku, Rasulku, menggiring kepada Robbku.

Dzikir dengan penolakan (laa ilaaha) dan pembenaran (illa Allah), dalam tradisi Masyaikh Naqsybandi?, mensyratkan bahwa murid (sang pejalan) menutup matanya, menutup mulutnya, menekan giginya, melekatkan lidahnya ke langit-langit mulutnya, dan menahan (mengatur) napasnya. Dia harus membaca dzikir itu melalui hatinya, dengan penolakan dan pembenaran, memulainya dengan kata LAA (“Tidak”). Dia mengangkat “Tidak” ini dari titik (dua jari) di bawah pusar kepada otaknya. Ketika mencapai otaknya kata “Tidak” mengeluarkan kata ILAAHA (“sesembahan”), bergerak dari otaknya ke bahu Kanan, dan kemudian ke bahu Kiri di mana dia menabrak hatinya dengan ILLALLAH (“kecuali Allah”). Ketika kata itu mengenai hatinya energi dan panasnya menjalar/memancar ke sekujur tubuhnya. Sang pejalan yang telah menyangkal semua yang berada di dunia ini dengan kata-kata LAA ILAAHA, membenarkan dengan kata-kata ILLALLAH bahwa semua yang ada telah dilenyapkan di Hadirat Ilahi.

Langkah 3.b
Posisi Mulut dan Lidah.....Menutup matanya,.....Menutup mulutnya,
Menekan giginya,'''''Melekatkan lidahnya pada langit-langit mulutnya, dan menahan napas. (Secara perlahan-lahan memperlambat napas dan getaran jantungnya).

Tangan membawa rahasia yang dahsyat, mereka itu seperti antena parabolamu, pastikan bahwa mereka itu bersih dan berada dalam posisi yang semestinya. Jadi ketika kamu memulai dengan tangnmu itu, menggosok-gosoknya, ketika mencucinya dan menggosok gosoknya untuk mengaktifkan mereka, itu adalah tanda dari (angka) 1 dan 0, dan kamu sedang mengaktifkan proses kode yang diberikan LA ILAHA ILA ALLAH melalui tangan itu. Kamu mengaktifkan mereka.

Mereka memiliki titik sembilan peluru yang terdiri dari keseluruhan sistem, seluruh tubuh. Ketika kamu menggosok jari-jari itu, sesungguhnya kamu mengaktifkan 99 Asma-ul husna LA ILAHA ILA ALLAH.

Dengan mengaktifkan mereka, kamu mengaktifkan 9 titik dalam tubuhmu. Dan ketika mengaktifkan mereka, itu adalah seperti menghidupkan receiver (pada radio/tv), energi mengalir masuk, itu mulai berfungsi untuk dapat menerima, memecahnya dalam bentuk kode digital yang dipancarkan keluar seperti gambar atau suara sebagaimana kita kenal di zaman ini (radio dan tv). Demikian juga halnya dengan tangan yang saling mengelilingi, itulah mengapa ketika kita menggosok-gosokkan dan membuka mereka, mereka mulai bertindak seperti lingkaran satu terhadap lainnya, menampung apapun energi yang datang, dan mereka ini mengelolanya. Lihatlah pada bagian Rahasia Tangan.

Meditasi Sufi: Langkah 4
Posisi Tangan:
Jempol dan telunjuk memperagakan posisi “ALLAH HU” untuk kuasa/kekuatan terbesar. Tangan diberi kode dengan kode angka, tangan kanan “18″, tangan kiri “81″ masing-masing dijumlahkan keduanya menjadi 9 dan dua 9 menjadi 99. Tangan diberi karakter dengan Asma-ul husna Allah. Dan nama ke-99 dari Rasul adalah Mustafa......(lebih banyak lagi di depan)...
Bernapas dengan Sadar (“Hosh dar dam”)

Hosh artinya “pikiran” Dar artinya “dalam” Dam artinya “Napas” Itu artinya, menurut Mawlana Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q), bahwa “Misi paling penting bagi pejalan dalam thariqat ini adalah menjaga napasnya, dan dia yang tidak dapat menjaga napasnya, akan dikatakan tentang orang itu, ‘dia telah tersesat/kehilangan dirinya.’”

Syah Naqsyband k berkata, “Thariqat ini dibangun di atas (dengan pondasi) napas. Jadi adalah sebuah keharusan untuk semua orang menjaga napasnya di kala menghirup dan membuang napas, dan selanjutnya untuk menjaga napasnya dalam jangka waktu antara menghirup dan membuang napasnya.”

“Dzikir mengalir dalam tubuh setiap makhluk hidup oleh keharusan (kebutuhan) napas mereka bahkan tanpa kehendak sebagai sebuah tanda/peragaan ketaatan, yang adalah bagian dari penciptaan mereka. Melalui napas mereka, bunyi huruf “Ha” dari Nama Ilahiah Allah dibuat setiap kali membuang dan menghirup napas dan itu adalah sebuah tanda dari Jati Diri (Dzat) Gaib yang berfungsi untuk menekankan Kekhasan Allahu Shamad. Maka adalah penting untuk hadir dengan napas seperti itu, agar supaya menyadari (merasakan) Jati Diri (Dzat) Maha Pencipta.”

Nama ‘Allah’ yang meliputi sembilan puluh sembilan Asma-ul husna terdiri atas empat huruf: Alif, Lam, Lam dan Ha yang sama dengan suara napas – (LA ILAHA ILA ALLAH). Kaum Sufisme mengatakan bahwa Dzat LA ILAHA ILA ALLAH yang paling gaib mutlak dinyatakan oleh huruf terakhir itu yang dibunyikan dengan vokal Alif, “Ha”. Ini mewakili Gaib Absolut Dzat-Nya Allah.

Memelihara napasmu dari kelalaian akan membawa mu kepada Hadirat sempurna, dan Hadirat sempurna akan membawamu kepada Penampakan (Visi) sempurna, dan Penampakan sempurna akan membawamu kepada Hadirat (Manifestasi) Asma-ul husna LA ILAHA ILA ALLAH yang sempurna. LA ILAHA ILA ALLAH membimbingmu kepada Hadirat Asma-ul husna-Nya, karena dikatakan bahwa, “Asma LA ILAHA ILA ALLAH adalah sebanyak napas makhluk”.

Hendaknya diketahui oleh semua orang bahwa melindungi napas terhadap kelalaian sungguh sukar bagi para pejalan. Maka mereka harus menjaganya dengan memohon ampunan (istighfar) karena memohon ampunan akan membersihkannya dan mensucikannya dan mempersiapkan sang pejalan untuk (menjumpai) Hadirat Benar (Haqq) Allah I di setiap tempat.


Meditasi Sufi: Langkah 5
Bernapas, Menghirup melalui hidung – Dzikir = “HU ALLAH”, bayangkan cahaya putih memasuki tubuh melalui perut.

Menghembus melalui hidung – Dzikir= “Hu”, bayangkan hitamnya karbon monoksida, semua perbuatan dosamu dikuras/didorong keluar dari dirimu.

“Pejalan yang bijak harus menjaga napasnya dari kelalaian, seiring dengan masuk dan keluarnya napas, dengan demikian menjaga hatinya selalu dalam Hadirat Ilahi; dan dia harus menghidupkan napasnya dengan ibadah dan pengabdian dan mempersembahkankan pengabdiannya itu kepada Rabbnya dengan segenap hidupnya, karena setiap napas yang dihisap dan dihembuskan dengan Hadirat adalah hidup dan tersambung dengan Hadirat Ilahi. Setiap napas yang dihirup dan dihembuskan dengan kelalaian adalah mati dan terputus dari Hadirat Ilahi.”

Untuk mendaki gunung, sang pejalan harus melintas dari dunia Bawah menuju Hadirat Ilahi. Dia harus melintas dari dunia ego keberadaan sensual (sensasi) menuju kesadaran jiwa terhadap Al Haqq.

“Pada akhir Perjalanan Pencarian dan Level Ketertarikan datanglah Level Perendahan Diri dan Penihilan. Sasaran ini adalah untuk segenap ummat manusia sebagaimana disebut Allah I dalam al-Qur’an, ‘Aku tidak menciptakan Jinn dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.’ Beribadah di sini berarti Ilmu Sempurna (Ma`rifat).”

Meditasi Sufi: Langkah 6
Mengenakan busana Syaikh:
3 tahap perjuangan yang berkesinambungan: Memelihara Cintanya (Muhabbat), Memelihara Kehadirannya (Hudur), Melaksanakan Kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).

Kita memiliki cinta kepadanya, jadi kini kenakanlah Cahayanya dan selanjutnya bayangkan segala sesuatunya dari titik (sudut) ini, dengan busana yang kita kenakan itu. Ini adalah penopang hidup kita. Kamu tidak boleh makan, minum, shalat, dzikir atau melakukan apapun tanpa membayangkan bayangan Syaikh pada kita. Cinta ini aakan menyatu dengan Hadirat Ilahi, dan ini akan membuka pintu Penihilan ke dalam-Nya.

Hu tarik napas dari dada/hati ke ubun-ubun lalu Allah dari ubun-ubun ke hati...(kalimah HU) dari baithul muhharam (metode tarikat naqsyabandy dari puser) ke baithul ma'mur ... hembus nafas (kalimah Allah) dari baithul ma'mur ke baithul muhharam.

Semakin seseorang menjaga ingatan untuk mengenakan busana dengan dia (Syaikh) semakin meningkatlah proses penihilan itu berlangsung. Kemudian penuntun itu akan meninggalkan dirimu di hadirat Rasul Allah Sayyidina Muhammad ?. Di mana sekali lagi kamu akan menjaga cinta kepada Rasul? (Muhabbat), menjaga Hadiratnya (Hudur). Laksanakan kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).

Fana fi Syaikh?, Rasulullah?, Allah?.

Penihilan Fana
Dalam keadaan spirit murid menyatu dengan spirit Syaikhnya, kemampuan Syaikh akan diaktifkan dalam diri muridnya, karena itu Syaikh menikmati kedekatan Nabi?. Dalam situasi ini, dalam istilah sufisme disebut Penyatuan dengan Rasul? (Fana fi Rasul). Ini adalah pernyataan Nabi?, “Aku seorang manusia seperti kamu, namun aku menerima wahyu’. Jika pernyataan ini dicermati, kita melihat bahwa kemuliaan Nabi? terakhir ini adalah bahwa beliau menerima wahyu dari Allah?, yang mencerminkan Ilmu-ladduni, ilmu yang diilhamkan langsung oleh Allah?, Pandangan yang Indah dari Allah? dan Cahaya Gemilang ke dalam hati Nabi?

Untuk membuat kemajuan dalam perjalanan ini, sang pejalan harus membawa gambaran Syaikhnya (tasawwur) ke dalam hatinya karena itu adalah cara paling kuat untuk melepaskan diri dari cengkeraman sensualnya. Dalam hatinya Syaikh menjadi cermin dari Dzat Absolut. Jika dia berhasil, kondisi penisbian diri (ghayba) atau “absensi” dari dunia sensasi muncul dalam dirinya. Sampai kepada tahap bahwa keadaan ini menguat dalam dirinya dan keterikatannya kepada dunia sensasi melemah dan menghilang, dan fajar dari Level Hilang Mutlak- Tidak Merasa -  Selain Allah,  mulai menyinari dirinya.

Derajat tertinggi dari maqam ini disebut fana’. Demikianlah Syah Naqsyband k berkata, “Jalan terpendek kepada sasaran kita, yaitu Allah I mengangkat tabir dari Dzat Wajah-Nya Yang Ahad yang berada dalam semua makhluk ciptaan-Nya. Dia melakukan itu dengan (melalui) maqam ghayba dan fana’, sampai Dzat Agung (Majestic Essence) menyelimutinya dan melenyapkan kesadarannya akan segala sesuatu selain Dia. Inilah akhir perjalanan untuk mencari Allah I dan awal dari perjalanan lainnya.”

Dalam keadaan ‘Penyatuan dengan Nabi ?’ seorang murid karena emosinya, kerinduannya dan cintanya secara sedikit demi sedikit, langkah demi langkah, berasimilasi dan mengenali ilmu Nabi Suci ?. Kemudian datanglah saat paling berharga, saat yang ditunggu-tunggu, ketika ilmu dan pelajaran ditransfer dari Nabi Suci ??kepadanya sesuai dengan kapasitasnya.

Murid itu menyerap karakter Nabi Suci ? sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya dan karena kedekatannya dengan Nabi Suci ??dan dukungannya dia dapat mencapai keadaan ketika dia mengenali Rabbil Alamin, ketika Dia menguraikan dalam al-Quran, Ya, sesungguhnya Engkau adalah Rabbi! Kedekatan ini, dalam sufisme disebut Penyatuan dengan Allah ?’ (Fana fi-llah) atau singkatnya wahdat. Setelah itu, jika seseorang dikaruniai dengan kemampuan, dia akan membuat eksplorasi di daerah yang tentangnya cerita (narasi) tidak lagi memiliki kata-kata untuk menjelaskannya, karena kepekaan dan kehalusan situasinya.


Meditasi Sufi: Langkah 7

Menjadi sesuatu yang tidak ada, kendaraan sebening kristal untuk siapa pun yang ingin mengisi keberadaanmu dari Allah swt. Malikul Mulk.

Dalam keadaan ‘Penyatuan dengan Nabi Suci saw. seorang murid karena emosinya, kerinduannya dan cintanya secara bertahap, langkah demi langkah, berasimilasi dan mengenali ilmu dari Nabi Suci saw.

Kupandang Cahaya sehingga Aku menjadi Cahaya

In the name of Thy Lord The most Gracious
The most Merciful All praised is due to Allah
The Lord of the World May Salvation and Peace be
For all time Sayyidina Muhammad SAW

Seiring dengan berputarnya roda waktu dan kehidupan, maka seiring itu juga seorang yang fakir ini selalu mendapatkan sejuta bahkan semiliar petunjuk, kenikmatan, serta kesempatan untuk terus hidup di bumi-Nya yang begitu hiruk pikuk dan penuh huru-hara.

Berangkat dari pengalaman-pengalaman yang telah ditempuh dan dilaluinya di berbagai belahan dunia ini, seperti Australia, Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, dan sebagainya, tebersit niat untuk mewujudkan satu rangkaian cerita yang mudah-mudahan dari semua itu bisa menyumbangkan setetes sumbangan moral dan pengetahuan bagi kalangan yang sedang dilanda kerisauan dan kegelisahan sebagai imbas dari kehidupan yang terasa begitu berat pada saat ini.

Banyak dari kita yang mengalami “sakit,” baik fisik, spirit, maupun keduanya sekaligus dan perlu mendapatkan pertolongan penyembuhan secepatnya. Semua tempat mendapatkan jatahnya masing-masing untuk kedatangan tamu istimewa yang bertitelkan malapetaka, musibah, wabah, dan penyakit. Lalu, tercetuslah pemikiran bahwa dari 10 jiwa yang hidup harus ada 1 orang yang bisa menangani, bahkan menyembuhkan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Malangnya lagi, sebagian besar dari kita sangat miskin untuk mendatangi tempat-tempat yang penuh keberkahan itu. Jika sudah begitu… apakah kita mau gigit jari saja sambil menunggu keberuntungan yang datang dari langit? Kemudian penyakit itu dapat disembuhkan dengan sendirinya?

Kembali kepada wacana pembicaraan di atas, si fakir hendak berbagi cerita dan pengalaman. Dari sini, diharapkan bisa memberikan suatu pencerahan dan pengertian yang otentik tentang syarat-syarat yang harus ditempuh bagi seseorang yang ingin menjadi penyembuh agar menjadi cahaya dan berkah untuk lingkungannya sendiri karena sebenarnya tidaklah begitu sulit untuk menjadi penyembuh itu. Syaratnya sangat mudah, yaitu kalau kita mau dan bersungguh-sungguh untuk menyelaminya, mudahkan?.

Everyone can be a healer! Syaratnya hanya satu, berniat dan bersungguh-sungguh di dalamnya... Ok.

Karena pada hakikatnya, Dia-lah yang menyembuhkan. Bukan si A ataupun si B. Isyfii wa anta syaafii, laa syifaa'an illaa syifaauk “ Wahai yang menyembuhkan, Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu.” Sebagai manusia, kita hanya diperintahkan untuk berikhtiar. Setelah itu, Dia-lah yang akan menentukan serta membalas sebesar apa hasil jerih upaya kita.

Perlu kita ketahui juga bahwa ada orang-orang yang telah dikaruniai-Nya kekuatan-kekuatan supranatural sejak lahir yang bisa termanfaatkan ke dalam hal-hal spiritual; di antaranya pengobatan. Entah dia seorang Muslim, Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu, ataupun Majusi. Bahkan, orang yang sudah terang-terangan mengingkari adanya Tuhan Sang Pencipta pun bisa memiliki kelebihan-kelebihan itu. Hal ini disebabkan kemampuan/kelebihan pada bidang spiritual itu hanyalah suatu kelebihan/kepandaian biasa. Sama halnya dengan orang yang telah dikaruniai-Nya kelebihan pada otaknya sehingga dia bisa menjadi seorang ilmuwan, kelebihan pada ototnya sehingga dia bisa menjadi seorang atlit yang kuat, kelebihan pada hartanya sehingga dia bisa menjadi seorang hartawan atau kelebihan pada kulit dan tubuhnya sehingga dia bisa menjadi orang yang rupawan. Semua hal itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan iman dan amal soleh seseorang.

Sebagai contoh kasus, saya pernah tinggal di Sydney, Australia walau tidak lama. Suatu waktu, saya mendapatkan perintah dari guru Spiritual saya yang menguasai seluruh kekuatan spiritual di Benua Australia (insya Allah Wali Qutubnya Australia) untuk melakukan dakwah kepada orang-orang nonmuslim dengan menggunakan bahasa/ucapan di dalam hati saja. Semula, saya merasa aneh dengan perintah itu. Namun, saya harus patuh kepada seseorang yang telah membawa saya terbang bebas secara spiritual ke dimensi alam lain. Kemudian, guru spiritual saya memerintahkan saya berjalan-jalan di sepanjang jalan di kota Sydney. Dengan memakai pakaian kebesaran dan pakaian keseharian saya (sorban, jubah, dan tongkat), saya pun mulai menelusuri jalan-jalan di kota Sydney sambil berusaha untuk memahami makna dari perintah itu. Hari-hari terus berlalu, bahkan ber-minggu 2x pun telah saya lalui. Namun, tidak ada jawaban yang pasti dari perintah ini (berdakwah dengan bahasa hati), melainkan hanyalah cemoohan serta ejekan dari bule-bule Australia yang melihat saya sedang berjalan. Akan tetapi, ada juga orang-orang bule yang memberikan rasa hormat kepada saya, meskipun saya berpenampilan seperti ini. Saya hampir putus asa dan hampir tidak mematuhi perintahnya.

Pada saat yang sama, saya pun sangat rindu untuk bisa bertemu lagi dengan guru spiritualku itu yang tinggalnya entah di mana. Melalui dirinya terpancar kekuatan spiritual yang sangat dahsyat. Dia hanya datang dan pergi begitu saja. Saya hanya bisa menemuinya lagi dengan satu syarat, jika saya sudah mendapatkan jawaban rahasia dari perintahnya itu. Saya hanya memanggil namanya. Kalau dia berkenan memenuhi panggilan saya, tiba-tiba dia akan muncul di sekitarku dengan senyumannya yang khas.

Siang itu, setelah salat zuhur di daerah Auburn, ketika saya sedang berjalan sambil berdakwah di dalam hatiku dengan mengucapkan, Yaa ayyuhannaas Quuluu Laa ilaaha Illallaah Tuflihuun Wahai umat manusia, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah engkau akan mendapatkan kesuksesan. Tiba-tiba, seorang pemuda bule yang tidak berbaju dengan rambut dipikok dan memakai celana gantung setengah lutut datang menghampiri saya dari arah belakang sambil berkata, “Hey mate! You want to convert all the people by the way of speaking through your heart using the Power of your Spirituality?” Lalu, dia menatap saya dan tersenyum kepada saya. Saya pun menjawabnya, “Yes of course! I want all the People embrace to Islam.” Lalu, orang itu pergi meninggalkan saya.

Kejadian itu terasa seperti hujan yang turun dari surga menyirami saya. Begitu puas, saya menjadi mengerti akan segala rahasia dari makna perintahnya. Saya merasa sangat kecil dan merasa sangatlah tidak pantas untuk menyombongkan diri dengan hafalan 30 juz Al-Quran saya, seluruh kehidupan zuhud saya, dan semua kemampuan-kemampuan saya di dalam hal spiritual. Tidak lama dari itu, Guru Spiritual saya muncul dan hadir di hadapan saya sambil menatap saya. Tatapannya penuh makna dan hanya bisa diterjemahkan melalui bahasa hati. Lalu, dia berkata, “My Son, my duty to you is over until here.” Kemudian, dia memeluk saya dan meninggalkan saya.

Dari cerita di atas, kita bisa mengambil satu pelajaran bahwa kekuatan-kekuatan spiritual itu pun telah dimiliki oleh pemuda Australia tadi. Padahal, pemuda itu belum tahu apakah agama dan kebiasaan-kebiasaan dari perbuatannya. Sehingga dia bisa mendengarkan kata-kata yang diucapkan di dalam hati. Padahal, kemampuan seperti itu hanya bisa dimiliki oleh ahli-ahli ibadah yang telah dengan sukses beribadah kepada-Nya secara ikhlas dan istiqamah selama minimal 40 tahun tanpa pernah gagal sekalipun di dalamnya.

Selain pengalaman itu, saya juga sering mengalami tekanan-tekanan/serangan-serangan dari orang-orang yang mempunyai kekuatan-kekuatan spiritual itu, baik di kereta api, bis, jalan-jalan dan di mana pun. Pernah ada seorang pemuda tampan berkebangsaan Prancis menatap saya di dalam sebuah kereta sambil memancarkan tenaga-tenaga spiritualnya seraya berkata, “I am stronger than you!”

Kejadian itu terasa seperti hujan yang turun dari surga menyirami saya. Begitu puas, saya menjadi mengerti akan segala rahasia dari makna perintahnya. Saya merasa sangat kecil dan merasa sangatlah tidak pantas untuk menyombongkan diri dengan hafalan 30 juz Al-Quran saya, seluruh kehidupan zuhud saya, dan semua kemampuan-kemampuan saya di dalam hal spiritual. Tidak lama dari itu, Guru Spiritual saya muncul dan hadir di hadapan saya sambil menatap saya. Tatapannya penuh makna dan hanya bisa diterjemahkan melalui bahasa hati. Lalu, dia berkata, “My Son, my duty to you is over until here.” Kemudian, dia memeluk saya dan meninggalkan saya.

Dari cerita di atas, kita bisa mengambil satu pelajaran bahwa kekuatan-kekuatan spiritual itu pun telah dimiliki oleh pemuda Australia tadi. Padahal, pemuda itu belum tahu apakah agama dan kebiasaan-kebiasaan dari perbuatannya. Sehingga dia bisa mendengarkan kata-kata yang diucapkan di dalam hati. Padahal, kemampuan seperti itu hanya bisa dimiliki oleh ahli-ahli ibadah yang telah dengan sukses beribadah kepada-Nya secara ikhlas dan istiqamah selama minimal 40 tahun tanpa pernah gagal sekalipun di dalamnya.

Selain pengalaman itu, saya juga sering mengalami tekanan-tekanan/serangan-serangan dari orang-orang yang mempunyai kekuatan-kekuatan spiritual itu, baik di kereta api, bis, jalan-jalan dan di mana pun. Pernah ada seorang pemuda tampan berkebangsaan Prancis menatap saya di dalam sebuah kereta sambil memancarkan tenaga-tenaga spiritualnya seraya berkata, “I am stronger than you!”

Oleh karena itu, kita jangan terlalu mudah terpesona dengan kemampuan seseorang di dalam meramal, melihat hal-hal gaib, menyembuhkan, ataupun melakukan hal-hal yang di luar jangkauan dan kemampuan manusia biasa pada umumnya. Hendaknya, kita bisa sedikit kritis terhadap sumber ilmu yang telah dipelajari dan dimiliki orang itu supaya kita mendapatkan kesembuhan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Mulailah segera dari sekarang dengan bersungguh-sungguh agar Anda bisa menjadi cahaya pelita bagi keluarga, tetangga, teman-teman, serta sanak famili Anda.

Jika Anda masih kosong melompong, dengan beramal secara serius dan ikhlas insya Allah, akan mulai tumbuh bibit-bibit kekuatan. Seiring berjalannya waktu kekuatan-kekuatan itu akan semakin besar dan dashyat. Hal ini akan membuat Anda dipersilakan untuk melakukan praktik-praktik pengobatan. Apalagi jika Anda telah memiliki kekuatan-kekuatan spiritual itu sejak lahir. Dengan sedikit pengetahuan dan polesan dari buku ini, serta niat yang sungguh-sungguh, insya Allah Anda mampu memberikan manfaat-manfaat serta pertolongan-pertolongan kepada mereka yang sangat membutuhkan uluran tangan dari orang-orang yang telah diciprati sedikit kekuatan dari kemaha besaran-Nya. Sehingga Anda akan menjadi cahaya di atas cahaya, sehingga orang-orang yang ada di sekitar Anda pun akan menjadi cahaya karena pengaruh pandangan yang terbiaskan dari pancaran keagungan serta kesejukan cahaya Anda. Mereka akan mengatakan setulus hati mereka; kupandang cahaya sehingga ku menjadi cahaya.

Secercah harap atas asa, cita dan rasa…
Terbalut dingin, kabut malam selimut langit…
Terbakar panas, bara dendam nyanyian ombak…
Tergulung sepi, buaian mimpi ….
Terhempas badai, angkara-murka meraja…
Terkaram ombak, rindu menggema…
Tergilas roda putaran zaman….
Terkikis angin pusara waktu….
Terlindung dalam diam…
Terduduk tawadhu’…
Terpuruk dalam kesahajaan.

Tepat pukul 03.01 aku mohon diri sebenarnya ingin terus namun karena ada tugas saya mohon diri ada salah mohon maaf .... Selamat ber-istirahat...

salam penuh kasihku yang tulus sampai besok malam kan kuteruskan jalan spiritualku.

Salam kasih. Wass.

Baca Juga :

Tidak ada komentar