Makam Kiyai Rangga Pati Salah Satu Putranya Prabu Geusan Ulun Di Desa Haurkuning Kecamatan Paseh
Sampurasun
Insun Medal Insun Madangan
Salam Rahayu, Waras Rahayu Waluya Jati Sampurna
Adalah kesukaan bagi saya dalam menyelusuri makam-makam leluhur Sumedang, selain memberikan informasi akan leluhurnya juga mengedukasi sejarah kepada masyarakat umum dan keturunannya.
Kiyai Aria Rangga Pati atau Raden Aria Rangga Pati atau Sunan Pager Barang makamnya berlokasi di Dusun Jelegong, Desa Haur Kuning, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang.
Untuk menuju letak lokasi makam Kiyai Aria Rangga Pati atau Raden Aria Rangga Pati alias Sunan Pager Barang, dari Sumedang Kota kita melintasi jalan Penghubung lintas antar Propinsi Sumedang-Cirebon dan di Desa Legok Kecamatan Paseh, kita belok kanan menuju Desa Haur Kuning Kecamatan Paseh. Lalu kita menyelusuri jalan penghubung lingkungan Sapurendeng sampai Jelegong di Desa Haur Kuning Kecamatan Paseh dan berhenti dipinggir jalan lingkungan yang ada pos gardu di titik lokasi yang dituju.
Dan sebelum menuju lokasi makam kita harus berjalan melewati areal perumahan dan pesawahan penduduk Desa Haur Kuning, lalu sampailah kita ke makamnya Kiyai Aria Rangga Pati atau Raden Aria Rangga Pati atau Sunan Pager Barang.
Menurut keterangan juru kunci makam Kiyai Aria Rangga Pati, Bapak Engkus dan seorang ibu tua, menyebutnya dengan nama makam Dalem Anom.
Kiyai Aria Rangga Pati ataw Raden Aria Rangga Pati ataw Sunan Pager Barang beliau adalah salah satu putranya Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Angka Wijaya Raja Sumedang antara 1578–1608 Masehi dari garwa padmi pertama yaitu Ratu Tjukang Gedeng Waru atau Nyimas Sari Hatin putrinya Sunan Pada atau Raden Hasata.
Dalam catatan Sejarah Galuh disebutkan bahwa Kiyai Aria Rangga Pati atau Raden Aria Rangga Pati atau Sunan Pager Barang memperisteri putri Haur Kuning putrinya Prabu Jayaningrat Raja Galuh yang beribukota di Galuh Salawe Pangauban di Cimaragas Ciamis antara 1423-1528 Masehi.
Sementara dalam Sejarah Sumedang dan Wawacan Parakan Muncang, Kiyai Aria Rangga Pati atau Raden Aria Rangga Pati atau Sunan Pager Barang yang menurunkan ke Haur Kuning Paseh dan diantara anaknya adalah Dalem Tumenggung atau Dalem Demang Kutamaya.
Dalem Tumenggung atau Dalem Demung Kutamaya mempunyai 2 orang anak, yaitu : anak pertama Ki Somahita ataw Tumenggung Ngabehi Somahita Parakan Muncang, dan anak ke dua perempuan atau dalem isteri yang diperisteri oleh Raden Anggawangsa anak dari Santowan Wirakusumah atau Dalem Pagaden Subang, putranya Pangeran Santri dan Nyimas Satyasih atau Ratu Pucuk Umun Sumedanglarang atau Ratu Inten Dewata.
Prabu Geusan Ulun putra pertama Pangeran Santri dan Nyimas Satyasih atau Ratu Pucuk Umun Sumedanglarang ataw Ratu Inten Dewata memiliki tiga orang garwa padmi : yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru, putrinya Sunan Pada; yang kedua Ratu Harisbaya putrinya Adipati Ketawengan keturunan kerajaan Pajang dan Kerajaan Arosbaya Plakaran Bangkalan Madura, dan yang ketiga Nyimas Pasarean putrinya Sunan Munding Saringsingan dari Pakuan Pajajaran.
Di antaranya putra Prabu Geusan Ulun yang mengembangkan ilmu keagamaannya ke daerah Kerajaan Galuh, yaitu Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang dan Kiyai Rangga Patra Kelasa.
Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang adalah anak Prabu Geusan Ulun keluaran dari pesantren yang mengembangkan ilmu keagamaannya yang telah didapatkannya di pesantren ke Kerajaan Galuh.
Setelah sampai di Kerajaan Galuh, Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang melamar ikut bekerja di Kerajaan Galuh meskipun menjadi seorang abdi kerajaan. Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang diterima sebagai abdi Dalam kerajaan Galuh dan memelihara kuda kepunyaan Raja Galuh Prabu Jaya Ningrat.
Setelah lama bekerja, Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang tidak terlepas dari perhatian Prabu Jaya Ningrat yang menurut penilaiannya ia termasuk orang yang pintar dan jujur, tak lepas pula puterinya Prabu Jaya Ningrat yaitu putri Haur kuning memperhatikan ketampanannya kepada Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang sampai pada akhirnya menaruh hati padanya.
Atas ijin dari Prabhu Jayaningrat Raja Galuh yang beribukota di Galuh Salawe Pangauban di Cimaragas Ciamis antara 1423-1528 Masehi., lalu Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang dinikahkan dengan puterinya yang bernama Haur Kuning. Setelah menikah Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang ditugaskan untuk mengembangkan agama Islam ke daerah timur dari Kerajaan Galuh, yaitu ke daerah Panglanjan, daerah tersebut sekarang di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis
Kiyai Aria Rangga Pati ataw Raden Aria Rangga Pati ataw Sunan Pager Barang di masa tuanya beliau kembali lagi ke Sumedang Larang lalu menempati daerah Haur Kuning Sumedang Larang dan sampai akhir hayatnya dimakamkan di Dusun Jelegong, Desa Haur Kuning, Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.
Putra Prabu Geusan Ulun yang lainnya yaitu Kiyai Rangga Patra Kelasa atau Kiyai Rangga Kelana pada tahun 1585 masehi mendirikan Kerajaan Galuh Kertabumi. Kerajaan Galuh Kertabumi ini adalah hadiah pernikahannya dengan Nyi Tanduran Ageung putrinya Prabu Haur Kuning dari Walangsuji Talaga, Raja Galuh Pangauban Salawe Nagara Ciamis antara 1540-1579 masehi, maka oleh mertuanya Pangeran Rangga Patra Kelasa diberi daerah Muntur yang selanjutnya diberi nama Galuh Kertabumi, dan diberi gelar Prabu Dimuntur yang memerintah dari 1585-1602 masehi.
Ini adalah suatu politik Sumedang Larang dan Cirebon yang sudah masuk Islam untuk mengembangkan Islam di daerah Galuh. Dalam politik pemerintahannya berorientasi ke Sumedang. Dengan cara pernikahan pulalah raja-raja Galuh mulai masuk Islam. Dan jejak Nyi Tanduran Ageung diikuti oleh adiknya yaitu Cipta Permana yang menikahi putri Raja Kawali yang sudah Islam. Tokoh yang mengislamkan Kawali saat itu adalah Adipati Singacala dari Cirebon, yang makamnya di Astana Gede Kawali. Sejak saat itulah pengaruh Islam semakin kuat di wilayah Galuh Pangauban dan Galuh Kertabumi.
Karena kita telah sampai di lokasi pemakaman, Ilaa Jami'i arwahi ahlil kubur, minal muslimin wal muslimat ghofarallohu lahumul Faatihah. Areal makam Kiyai Aria Rangga Pati ataw Raden Aria Rangga Pati ataw Sunan Pager Barang dinamai juga makam Buyut Dalem Anom dan oleh masyarakat Haur Kuning ditanami dengan tanaman Bambu Haur Kuning sebagai ciri lokasi makamnya.
Di lokasi areal makam ini ada sebuah pohon besar yang berumur ratusan tahun, adapun jirat dan nisan makamnya sudah tidak terlihat lagi, dan ada satu nisan dari batu kali yang berada dalam akar pohon. Nampak makamnya telah mengalami pemugaran ala kadarnya terlihat ada tembokan plesteran semen dan batu Bata. Menurut keterangan Bapak Eungkus Juru kunci makamnya, dilokasi tersebut ada tiga buah makam yang diduga makam isterinya Kiyai Rangga Pati, yaitu Nyimas Haur Kuning atau Nyimas Raraswati dan salah seorang anaknya.
Makam-makam tersebut tidak terawat sama sekali, menurut Bapak Eungkus Juru Kunci makam Kiyai Rangga Pati atau Sunan Pager Barang atau Dalem Anom, mengatakan bahwa makam tersebut akan direnovasi, namun saat ini belum terealisasi.
Sejarah Kiyai Rangga Pati ataw Sunan Pager Barang tertulis dalam naskah wawacan Parakan Muncang, dan diterangkan sebagai berikut : Keluarga bangsawan Parakanmuncang muncul sejak Dalem Ki Somahita memerintah Kabupaten Parakanmuncang. Ia putera Tumenggung Demung Kutamaya, cucu Sunan Pager Barang.
Sementara itu, Dalem ki Somahita digantikan oleh saudaranya yang bernama Dalem Dipati Tanoebaya yang dimakamkan di Bujil. beliau berputera Dalem Tanoebaya yang dimakamkan di Karacak, Galunggung, berputera Dalem Tanubaya yang dimakamkan di Girilaya, Parakanmuncang; berputera Dalem Tanoebaya yang menjadi Bupati Sumedang dan dimakamkan di Cibodas Parakanmuncang; berputera Dalem Patrakusumah yang menjadi bupati di Sumedang dan dimakamkan di Jakarta; sebagai bupati Parakanmuncang diganti oleh menantunya bernama Dalem Soeria Natakoesoemah; berputera wanita Raden Riyakusumah; berputera Raden Ahmad yang menjadi patih Parakanmuncang; berputera Raden Jayuda; berputera Raden Haji Ahmad Kanapiyah yang menjadi wedana pensiun Cicalengka dan dimakamkan di Cipeutak, Cicalengka.
Itulah sekilas sejarah Kiyai Aria Rangga Pati atau Sunan Pager Barang yang oleh masyarakat sekitar Haur Kuning disebut juga Dalem Anom
Akhir kata, sebagaimana tidak ada gading yang tidak retak, apa yang saya sampaikan tadi juga pasti tidak luput dari kekurangan dan kesalahan dan dari kutipan pernyataan Imam Syafi'i bahwa Ada orang yang telah meninggal, namun namanya tetap hidup. Sebaliknya banyak orang yang masih hidup namun hadirnya tidak memberikan makna kepada orang lain.
Wassalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokatuh.
Ditulis oleh :
Dedi Kusmayadi Soerialaga, Kamantren Sejarah Keraton Sumedanglarang
Post a Comment