Situs Pasir Reungit di Kel. Cipameungpeuk Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang

Sampurasun 🌹🙏🌹
 

Lokasi Petilasan Pasir Reungit bekas Sumedang Larang ini, berada di Puncak Pasir Reungit Kelurahan Cipameungpeuk, Sumedang Selatan. Dan Lahan Pasir Reungit ini merupakan tanah wakaf yang dikelola oleh Yayasan Pangeran Sumedang (YPS), namun sekarang dikelola oleh Yayasan Nadzir Wakaf Pangeran Sumedang.

Areal Pasir Reungit ini merupakan daerah tegalan yang ditanami dengan jenis-jenis tanaman pohon keras dan bambu, sebagian lahannya oleh masyarakat setempat digarap dan dimanfaatkan untuk peladangan yang ditanami tanaman singkong, umbi-umbian dan jagung. Di sini ada juga sumber mata air yang lokasinya sebelah bawah Pasir Reungit.

Petilasan Pasir Reungit tersebut belum teridentifikasi dan kami duga kuat merupakan Situs kabuyutan peninggalan di zaman Prabu Gajah Agung dan zaman Prabu Siliwangi  yang kami cari, berdasarkan cerita foklore dan keterangan masyarakat, Babon Sumedang, naskah Bujangga Manik yang menerangkan bahwa Prabu Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi pernah menetap di Cipameungpeuk Sumedang kemudian menikah dengan Ratu Raja Mantri atau Ratu Ratnasih penguasa Sumedang Larang yang menggantikan ayahnya Prabu Tirtakusuma yang beribukota di Ciguling Pesanggrahan antara 1437-1462 masehi.

Berdasarkan naskah sekunder naskah Carita Ratu Pakuan yang ditulis oleh Kai Raga, kropak 410 di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Museum Sri Baduga Bandung.  Ratu Pakuan Ratu Raja Mantri tidak lama berkuasa dikarenakan diboyong ke Pakuan Bogor oleh Prabu Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran 1482–1521 masehi, sebagai salah satu garwa padminya.
 
Demikian juga dari pembendaharaan Sejarah Kerajaan Sumedang Larang daerah Cipameungpeuk pernah terjamah oleh Prabu Gajah  Agung atau Atma Brata, ketika disuruh oleh ayahnya Prabu Tajimalela atau Brata Kusuma untuk mencari lokasi Kerajaan,  namun tidak lama kemudian Prabu Gajah Agung pindah ke daerah Geger Sunten yang sekarang disebut Geger Hanjuang di Ciguling Kelurahan Pasanggrahan dan daerah tersebut menjadi ibukota kerajaan Sumedang Larang yang pertama kalinya, dan setelah itu Prabu Gajah Agung kembali lagi ke Kerajaan Tembong Agung untuk membantu saudaranya Prabu Lembu Agung.
 
Kerajaan Sumedang Larang lalu diteruskan oleh putranya Prabu Gajah Agung yaitu Prabu Manggala Wirajaya atau Sunan Pagulingan Raja Sumedang Larang yang memerintah antara 1380-1437 masehi.

Dalam Naskah Bujangga Manik disebutkan juga bahwa Pasir Reungit merupakan Purasaba Sumedang.

Selama pencarian untuk menemukan situs peninggalan Prabu Siliwang di daerah Cipameungpeuk ini lokasi situs tersebut sebelumnya tertutup oleh rimbunnya alang-alang dan areal tersebut oleh masyarakat setempat dianggap keramat sehingga tidak ada orang yang berani masuk ke area itu, dan alhamdulillah berhasil ditemukan dan kami merasa yakin di tempat inilah situs atau petilasan yang dimaksud berada.

Hasil pencarian di Area puncak bukit Pasir Reungit ada batu situs petilasan Dewi Sekarwangi yang diperisteri oleh Prabu Siliwangi. Dari Sejarah Sumedang kita tahu bahwa Prabu Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan Raja Sumedang Larang antara 1437-1462 masehi dari permaisurinya Ratu Nurcahya atau Banon Puspita Sari putrinya Surya Jaya Kusuma dan Puspita Kancana asal Limbangan, mempunyai 3 orang anak, yaitu :  
- Anak pertama yaitu Ratu Raja Mantri yang diperisteri oleh Prabu Jaya Dewata ataw Prabu Siliwangi dan diboyong ke Pakuan Pajajaran Bogor.
- Anak kedua yaitu Ratu Sintawati atau Ratu Patuwakan, Ratu Kerajaan Sumedang Larang antara 1462-1530 yang diperisteri oleh Raden Santajaya atau Sunan Tjorendra kakaknya Raden Rangga Mantri ataw Sunan Parunggangsa Talaga, putra-putranya Raden Jaka Puspa atau Prabu Mundingwangi atau Prabu Munding Sari Ageung.
- Anak ketiga yaitu Sari Kencana ataw Ratu Ayu Kembang Buana ataw Dewi Rengganis ataw eyang Pananding.

Tidak jaun dari area lokasi Situs Sekar Wangi dan Situs Jagabaya atau Maung Pincang, terdapat struktur situs berupa punden berundak, terdapat batu batu ampar pancalikan dan menhir.  

Batu Pangcalikan adalah batu tempat duduk yang bentuknya empat persegi panjang ditumpukan dengan batu-batu kecil kecil, dengan maksud melindungi artefak Petilasan batu Pancalikan jaman Sumedang Larang yang mungkin digunakan untuk beristirahatnya Prabu Gajah Agung, Prabu Siliwangi, Ratu Raja Mantri dan Sari Kencana atau Ratu Ayu Kembang Buana atau Dewi Rengganis , ketika naik ke puncak Pasir Reungit atau mungkin juga tempat bersinergi dengan alam.

Salam Santun
Shema Pun Nihawah


Salam Santun
Shema Pun Nihawah
 🌹🙏🌹






Baca Juga :

Tidak ada komentar