Carios Wiwitan Raja-Raja di Pulo Jawa (Raja-Raja Galuh)

Sebuah naskah babad yang terdapat pada koleksi Bagian Naskah Museum Nasional, Jakarta. Naskah itu berasal dari koleksi C.M. Pleyte, peti 121, yang baru dibuka pada bulan Nopember 1974. Pada halaman depan (judul) naskah tertera sebuah cap yang berbunyi "C.M. Pleyte exlibris". Tebal naskah itu 81 halaman, berukuran 34 x 22 cm, ditulis dengan huruf Latin, dalam bentuk wawacan sepanjang 76 pada (bait pupuh).

Isi naskah ini menunjukkan kesamaan besar dengan "Wawacan Sajarah Galuh"". Pemberian judul Carios Wiwitan Raja-Raja di Pulo Jawa, kemungkinan disimpulkan dari isi bagian awal naskah ini yang menceritakan kerajaan pertama di Pulau Jawa, yang ibukotanya di Lakbok. Kerajaan itu didirikan oleh Ratu Galuh dan ia disebut Ratu Nusa Jawa. Beberapa peristiwa yang diceritakan dalam naskah "Sajarah Cijulang" dapat ditemukan pada naskah ini dalam rangkaian yang lebih utuh.

Fragmen dari teks naskah ini pernah diterbitkan, yaitu oleh C.M. Pleyte (1913) sebanyak 102 pada mengenai bagian-bagian yang mengungkapkan kerajaan Galuh dan Pajajaran, dan oleh Edi S. Ekadjati (1979) sebanyak 88 pada mengenai bagian-bagian yang menceritakan Dipati Ukur. Kemudian, Ekadjati (1981) menerbitkan teks naskah ini selengkapnya, dengan pembahasan dan ringkasan isi naskah dalam dua bahasa (Indonesia dan Francis), yang merupakan seri kedua program penerbitan Naskah dan Dokumentasi Nusantara. Judul yang digunakan adalah "Wawacan Sajarah Galuh", karena judul itu dipandangnya lebih tepat. 


Isi Naskah :
Cerita dimulai dari Nabi Adam dan Babu Hawa yang mempunyai 79 orang anak (40 laki-laki dan 39 perempuan). Merekalah yang kelak menurunkan semua bangsa di dunia.

Setelah mengalahkan penguasa makhluk halus, Ratu Galuh mendirikan negara di Lakbok, kemudian menguasai seiuruh Jawa. Pada masa Nabi Nuh memerintah Mesir, terjadi banjir besar yang merendam dunia. Peristiwa itu merupakan hukuman bagi Ratu Pusaka dengan sekutu-sekutunya yang tidak mau memeluk agama Nabi Nuh. Nabi Nuh sendiri bersama kaumnya selamat karena telah mempersiapkan kapal besar. Ratu Pusaka bersama pengikutnya menyelamatkan diri ke puncak Gunung Padang dan Gunung Galunggung yang diciptakannya. Karena segalanya musnah terendam, Ratu Pusaka mendirikan negara baru di Bojong Lopang yang kemudian disebut Galuh Bojong. Pemilihan itu berdasarkan petunjuk gaib.

Kerajaan Galuh Bojong mengalami masa kejayaan. Rajanya mempunyai sembilan orang istri, tetapi hanya dua orang dari bangsa manusia, yang masing-masing melahirkan seorang anak, diberi nama Hariang Banga dan Sangiang Maraja Sakti. Sedangkan tujuh orang lagi berupa makhluk halus.

Raja Galuh Bojong pergi bertapa. Takhta kerajaan diserahkan kepada patihnya yang bernama Ki Bondan. Berkat azimat sang raja yang berupa cincin, Patih Bondan tampak tiada bedanya dengan Raja Bojong Galuh, baik rupanya maupun gerak-geriknya. Setelah menduduki takhta, Raja Bondan memperistri Nyai Ujung Sekarjingga anak Empu Anjali.

Rakyat Galuh mendadak terkena serangan penyakit menular sehingga banyak yang meninggal. Hanya sebuah kampung yang terhindar dan serangan wabah itu karena penduduknya sangat taat mematuhi ajaran dan nasihat seorang pertapa di Gunung Padang.

Raja Bondan memanggil pertapa itu. Pendeta dari Gunung Padang itu pun datang setelah lehih dulu mengirimkan beberapa macam makanan dan bunga-hungaan ke istana. Di sana ia disuruh menerka bayi yang bakal dilahirkan oleh Nyai Ujung Sekarjingga. Istri Raja Bondan itu sesungguhnya hanya herpura-pura mengandung, dengan jalan menyelipkan sebuah kuali di balik kainnya. Pendeta itu mengatakan hahwa istri raja akan segera melahirkan seorang bayi laki-laki. Ketika Raja Bondan hendak memhuktikan bahwa ramalan pendeta itu bohong, ia sangat terkejut melihat kuali itu tidak ada lagi di perut istrinya. Kuali itu sesungguhnya secara gaib telah dilemparkan oleh sang pendeta ke kampung Selapanjang sehingga namanya kelak berubah menjadi Kawali. Nyai Ujung Sekarjingga melahirkan bayi laki-laki. Bersamaan dengan itu, Raja Bondan mendengar suara gaib yang mengatakan bahwa barangsiapa yang sink akan memperoleh pembalasan yang lebih menyakitkan. la menafsirkan bahwa bayi itulah yang akan membawa malapetaka. Karena itu, Ia menyuruh patih untuk membunuhnya.

Bayi yang baru lahir itu dihanyutkan ke Sungai Citaduy dalam sebuah kandaga 'peti emas'. Di dalamnya disertakan sebutir telur dan sebutir kelapa. Peti itu tersangkut pada saapan 'bubu' Aki Balangantrang sehingga bayi itu dapat ditemukan, yang kemudian dipelihra oleh kakek itu. Manakala anak itu hertanyakan bapaknya, Aki Balangantrang membawanya kepada Empu Anjali. Dalam perjalanan, anak itu diberi nama Ciung Wanara karena dilihatnya seekor ciung 'tiung' dan seekor wanara 'kera'.

Setelah berangkat besar, Ciung Wanara pergi ke kerajaan Galuh Bojong. Di sana ia membuat keributan sampai akhirnya ia dipanggil oleh sang raja, lalu diangkat menjadi tukang besi. Dengan sebuah tipu muslihat, Ciung Wanara dapat memenjarakan Raja Bondan. Peristiwa itu menyebabkan timbulnya perkelahian antara Ciung Wanara dengan Hariang Bnga. Keduanya lalu berpisah, Hariang Banga menjadi raja Majapahit, sedangkan Ciung Wanara menjadi raja Pajajaran.

Selanjutnya, diceritakan tentang Sangkala Bujangga Anom yang menjadi Raja Demak; Ratu Rebutan yang selalu mencari keuntungan dalam perselisihan yang terjadi antara raja-raja di Pulau Jawa sehingga ia akhirnya menguasai Pulau Jawa selama 60 tahun; Sang Ratu Kalawijangga yang pemerintahannya mengalami kejayaan karena memperoleh azimat bunga saruni dari Pendeta Gunung Padang; 

Raja Bojong Galuh yang kemudian menikah dengan keturunan di Pajajaran sehingga menimbulkan kekacauan negeri dan yang kemudian menghilang karena ancaman Sinuhun Gunung Jati; peperangan antara Ratu Rebutan dengan Sultan Cirebon; silsilah keturunan Ciung Wanara sampai Prabu Siliwangi; Kian Santang; Nyi Sekar Mandapa yang beroleh anak perempuan dari Ajar Sukarsa, bernama Nyi Tanduran Gagang; kisah Tanduran Gagang yang berganti-ganti suami; perjuangan Dipati Ukur sampai terjadi pemberontakannya terhadap Sultan Mataram; pergantian raja-raja di Mataram.

Cerita yang panjang tentang Kerajaan Galuh muncul kembali secara lebih terperinci, terutama tentang nama-nama keturunan raja serta wilayah kekuasaannya.

Baca Juga :

Tidak ada komentar