Tanduran Gagang Yang Mana Yang Ditulis Dalam Naskah Waruga Jagat?

Penulis kurang mengetahui TANDURAN GAGANG, yang mana ada dalam Naskah ""Waruga Jagat" penulis juga menuliskannya dalam :

http://cipakudarmaraja.blogspot.co.id/2015/11/naskah-kitab-waruga-jagat.html, yang saya dapat Ki Dharmasetiawan Natapradja pupuhu Baraya SKKS, naskah aslinya ada di Musium YPS Sumedang.

Sejarah  di Ciamis saya tuliskan kronologinya dibawah ini :


Prabu Munding Surya Ageung (Raja Maja) menurut Sejarah Panjalu Ciamis, Prabu Munding Surya Ageung adalah ayah dari Rd. Ranggamantri / Parunggangsa (Raja Maja terakhir ). Rd. Ranggamantri selanjutnya menikah dengan Ratu Dewi Sunyalarang (Ratu Parung - 1500 M) putra Sunan Parung / Batara Sakawayana (Raja Talaga – 1450 M) dan akhirnya merangkap sebagai Raja Talaga terakhir. Diislamkan oleh Syarif Hidayatullah tahun 1529 M, Rd.Ranggamantri / Parunggangsa diberi julukan "Prabu Pucuk Umum". Rd. Ranggamantri (+ 1530 M) mempunyai 3 orang putra, diantara, yaitu : Prabu Haurkuning.

Raja Galuh Pangauban yang bernama Prabu Haur Kuning yang mendirikan kerajaan di Putrapinggan (Kalipucang) punya anak 3 orang yaitu :
1. Maha Raja Upama,
menjadi raja menggantikan ayahnya di Putrapinggan.
2. Maha Raja Cipta Sanghiang, menjadi raja di Galuh Salawe di daerah Cimaragas sekarang.
3. Sareusepan Agung, menjadi raja di Cijulang 

Maharaja Cipta Sanghiang punya anak 3 orang yaitu :

1. Cipta Permana,  mendirikan kerajaan Galuh kawasen di Banjarsari.
2. Sanghiang Permana, meneruskan pemerintahan ayahnya di Galuh Salawe (Cimaragas) dengan gelar Prabu Digaluh.  
3. Tanduran Ageung atau Tanduran Gagang,  beliau adalah isteri Pangeran Rangga Permana putra Prabu Geusan Ulun yang mendirikan Kerajaan Galuh Kertabumi (Raja Galuh Kertabumi 1585 – 1602 M). Menurut catatan Rd. Yusuf Suriadiputra (Bupati Ciamis 1954 – 1958 M) salah satu keturunan Rd. Wirasuta (Bupati Karawang pertama) bahwa Nyi Tanduran Ageung mendapatkan wilayah sebelah Timur alun-alun Ciamis sekarang meliputi Kec. Ciamis, Cijeungjing (Bojong), Rancah, distrik Banjar sampai ke sebelah Selatan.  

Pangeran Rangga Permana (Prabu di Muntur) dengan Nyi Tanduran Ageung berputrakan 2 orang yaitu :
A. Maraja Cipta (Adipati Kertabumi II), beliau adalah mertua Adipati Panaekan (Bupati Nagara Tengah).
B. Rd. Kanduruan Singaperbangsa (Adipati Kertabumi III), beliau yang menurunkan para Bupati Galuh Kertabumi / Ciancang, yaitu sbb :
1.  Rd. Adipati Singaperbangsa II atau Rd. Pagergunung dan disebut Adipati Kertabumi IV (1618 – 1641 M). Putra Adipati Kertabumi III.
2.  Kanduruan Singaperbangsa III (Adipati Kertabumi V) (1641– 1654 M).
3.  Rd. Wirasuta disebut Mas Galak atau Kanduruan Singaperbangsa IV (1654 – 1656 ), Bupati Galuh Kertabumi terakhir, kemudian pindah ke Karawang menjadi Bupati Karawang 1 dengan gelar Dalem Panatayuda I ( 1679 – 1721 ) putra 2
4.  Rd. Candramerta (1676 - 1681 M) putra 3
5.  Rd. Jayanagara (1681 – 1683 M) putra 4
6.  Rd. Puspanagara (1683 – 1685 M) putra 4
7.  Panembahan Wargamala (1685 – 1700 M)
8.  Dalem Candranagara (1700 – 1714 M) putra 4
9.  Nyi Rd. Ayu Rajakusumah (Bupati Istri) (1714 – 1718 M) putra 8
10. Dalem Kertayana / Dalem Wiramantri I (1718 – 1736) suami Nyi Rd. Ayu Rajakusumah.(menantu 8)
11. Dalem Wiramantri II (1736 – 1762 M) putra 10
12. Dalem Wiramantri III (1762 – 1787 M) putra 11
13. Dalem Wiramantri IV (1787 – 1803 M) putra 12 (Kabupaten Utama).
14. Rd. Demang Wirantaka (1803 – 1811 M) putra 13 Bupati terakhir.

Pada tahun 1811 Kabupaten Utama – Ciamis – Banagara disatukan menjadi satu Kabupaten Ciamis, sampai dengan sekarang.

Keterangan : *).Karena pada tahun 1679 M daerah Karawang dijadikan Kabupaten, maka beliau yang menjadi Bupati Karawang pertama (1679 – 1721 M ) dengan gelar Dalem Panatayuda I. Beliaulah yang menurunkan para Bupati Karawang sebagai berikut :

1. Dalem Panatayuda II (1721 – 1732 M).
2. Dalem Panatayuda III (1732 – 1752 M).
3. Rd. Apun Balon / Dalem Panatayuda IV (1752 – 1783 M).
4. Rd. Singasari / Dalem Panatayuda V (menantu 3) (1783 – 1809 M).
Dalem Panatayuda V pada tahun 1809 dipindahan menjadi Bupati Brebes dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I, putranya Rd. Sastrapraja ( Demang Karawang ) menjalankan pemerintahan Kab. Karawang sampai kekosongan Bupati diisi oleh Dalem Surialaga II (1811 – 1813 M) putra Dalem Surialaga I (Bupati Sumedang). Sejak tahun 1813 – 1821 M pemerintah tidak mengangkat Bupati di Karawang, dan daerah Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru ada tahun 1821 M Kabupaten Karawang didirikan kembali sampai dengan sekarang.


GALUH KERTABUMI
==================
1. Pangeran Rangga Permana / Prabu Dimuntur (mp. 1585-1602 M)
Menurut H. Djaja Sukardja, Maharaja Sanghyang Cipta mempunyai 3 orang putra yang bernama Tanduran Ageung (Tanduran Gagang), Cipta Permana dan Sanghyang Permana. Tanduran Ageung kemudian menikah dengan Rangga Permana, putra Prabu Geusan Ulun (Angkawijaya) pada tahun 1585 M. Wilayah Muntur pun diberikan oleh Maharaja Sanghyang Cipta sebagai hadiah perkawinan. Di wilayah tersebut kemudian berdiri Kerajaan Galuh Kertabumi  dan Rangga Permana diberi gelar Prabu Dimuntur. Raja ini memerintah dari tahun 1585 sampai 1602 M.

Adiknya Tanduran Ageung, yang bernama Cipta Permana diberi wilayah Kawasen (Banjarsari)  dan mendirikan kerajaan Galuh Kawasen. Sedangkan Sanghyang Permana mewarisi kerajaan ayahnya, memerintah di Galuh Salawe (Cimaragas) dengan gelar Prabu Digaluh. Masa berdirinya Kerajaan Galuh Kertabumi merupakan masa pengembangan agama Islam dari Cirebon dan Sumedang ke wilayah-wilayah kerajaan Galuh. Salah satu penyebarannya adalah dengan melangsungkan pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih menganut agama pra Islam dengan kerajaan yang sudah diislamkan oleh Cirebon.  
     
Hal tersebut dilakukan oleh Rangga Permana dengan Tanduran Ageung. Dan jejak Tanduran Ageung diikuti oleh Cipta Permana yang menikahi Putri Maharaja Kawali yang sudah Islam. Tokoh yang mengislamkan Kawali saat itu adalah Adipati Singacala dari Cirebon (makamnya di Astana Gede Kawali). Sejak saat itulah pengaruh Islam semakin kuat di Kerajaan-kerajaan Galuh sampai jaman sekarang.

Menurut riwayat dari wilayah Talaga, Prabu Haur Kuning  ternyata merupakan generasi ke empat Prabu Siliwangi. Ayah dari Prabu Haur Kuning bernama Rangga Mantri atau Sunan Parung Gangsa (Prabu Pucuk Umum Talaga) yang menikah dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang / Wulansari).  Sedangkan ayah Rangga Mantri adalah salah seorang putra Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Munding Surya Ageung.  Rangga Mantri yang awalnya beragama Budha masuk Islam setelah ditaklukan Cirebon tahun 1530 M.

Dalam Riwayat lain, disebutkan pula tokoh Anggalarang sebagai salah satu putra Prabu Haur Kuning. Anggalarang adalah suami dari Dewi Siti  Samboja yang kelak menciptakan Ronggeng Gunung. Menurut H. Djaja Sukardja, tokoh Anggalarang diduga kuat adalah nama lain dari Maharaja Upama sebelum menjadi raja. Sebagai pembanding, keterangan lainya menyebutkan di wilayah Pangandaran juga terdapat kerajaan Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung dan beribu-kota Bagolo yang jauh sebelumnya pernah dikunjungi Bujangga Manik.

Menurut Babad Imbanagara yang disusun  Ir. R Gumiwa Partakusumah, Raja Bagolo adalah Sawung Galing yang menikahi Dewi Siti Samboja yang menjadi janda setelah suaminya yaitu Raden Anggalarang meninggal terbunuh bajo. Sawung Galing dalam sejarah Ronggeng Gunung adalah patih yang diutus oleh Prabu Haur Kuning untuk membantu Dewi Samboja dalam membalaskan kematian suaminya yaitu Anggalarang.

Di beberapa daerah (Talaga, Majalengka, Sumedang dan Ciamis) adanya kesamaan nama beberapa tokoh sejarah ternyata saling memperkuat keberadaannya. walau terkadang  sedikit berbeda, baik jujutan tahun keberadaanya, garis silsilah, riwayat hidup, maupun nama kerajaannya.Namun  semuanya rata-rata bersumber atau berasal dari keturunan yang sama, yaitu seuweu-siwi Prabu Siliwangi, penguasa agung Kerajaan Pajajaran. 



Meluruskan Silsilah
==============
Mengenai silsilah Rangga Permana atau Prabu Dimuntur ternyata ada perbedaan antara "Buku Patilasan Kerajaan Galuh Kertabumi (PKGK)", karya H. Djaja Sukardja dengan Sumber sejarah dari Sumedanglarang.

Sumber Sejarah Sumedang menyebutkan bahwa Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang istri, yaitu :


- Yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru putrinya Sunan Arya Pada,
- Kedua yaitu Ratu Harisbaya dari Cirebon, ketiga Nyi Mas Pasarean.
- Dari ketiga istrinya tersebut Geusan Ulun dikaruniai 15 orang putra. 

Lebih jelasnya baca juga disini : http://cipakudarmaraja.blogspot.co.id/2016/07/sekilas-prabu-geusan-ulun-raja-terakhir.html

Kiyai Rangga Patra Kelana / Kalasa / Pangeran Rangga Permana adalah salah satu putra dari Prabu Geusan Ulun  (Rd. Angka Wijaya / Pangeran Kusumadinata II),  dan cucu dari Pangeran Santri (Rd. Sholih), pernikahannya dengan Ratu Cukang Gedeng Waru putri Sunan Arya Pada (Prabu Seda). Silsilahnya lihat dibawah ini : 


Prabu Prabu Geusan Ulun / Pangeran Kusumadinata II / Pangeran Angkawijaya  Raja Sumedang Larang ke 9 (Mp 1578 - 1610) 

Dari Isteri Ke 1 ♀ Nyi Mas Cukang Gedeng Waru bin Sunan Arya Pada (Prabu Seda), berputra :
1. ♂ Pangeran Rangga Gede / Kusumadinata IV 
2. ♂ Raden Aria Wirareja I
3. ♂ Kiyai Kadu Rangga Gede
4. ♂ Kiyai Rangga Patra Kelana / Kalasa / Pangeran Rangga Permana
5. ♂ Kyai Aria Rangga Pati
6. ♂ Kyai Ngabehi Watang
7. ♀ Nyi Mas Demang Cipaku
8. ♀ Nyi Mas Ngabehi Martayuda
9. ♂ Nyi Mas Rangga Wiratama
10. ♀ Nyi Mas Rangga Pamade
11. ♀ Nyi Mas Dipati Oekoer

Dari Isteri Ke 2 ♀ Harisbaya, berputra :
1. ♂ Pangeran Rangga Gempol I / Kusumadinata III / Pangeran Aria Soeriadiwangsa
2. ♂ Pangeran Tumenggung Tegalkalong

Dari Isteri ke 3 ♀ Nyi Mas Pasarean, berputra :
1. ♂ Kiyai Demang Cipaku 


Setelah menikah dengan Nyi Tanduran Ageung, Kiyai Rangga Patra Kelana / Kalasa / Pangeran Rangga Permana adalah Raja Galuh Kertabumi Ke 1 (1585 – 1602 M), Leluhur Galuh dan Karawang.

Jadi kalau dilihat dari Silsilah keturunan Sumedanglarang Rangga Permana (Prabu Dimuntur) adalah benar putra dari Prabu Angka Wijaya / Prabu Geusan Ulun.

Sang Raja Cita, salah seorang putra Prabu Dimuntur, menjadi penguasa Kertabumi berikutnya dengan pangkat Adipati, bergelar Kertabumi I (1602 - 1608 M). Sedangkan pada waktu itu kekuasaan Prabu Geusan Ulun di Sumedanglarang
(Mp 1578 - 1610), meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis) dengan Kutamaya sebagai ibukota kerajaannya. Ini membuktikan bahwa Prabu Geusan Ulun seorang raja ahli strategi kenagaraan Kerajaan dalam pembentukan "KERAJAAN PAJAJARAN ANYAR", yang berpusat di Sumedang antara tahun 1579 - 1601. 



Baca di sini : http://cipakudarmaraja.blogspot.co.id/2017/01/sumedanglarang-masa-kekuasaan-prabu.html

Putri Raja Cita bernama Natabumi diperistri oleh Dipati Panaekan, pada saat itu  pengaruh Mataram Islam dibawah pemerintahan Mas Jolang yang bergelar Sultan Hanyokrowati (1601-1613) mulai masuk ke wilayah Galuh. Sedangkan putra kedua Raja Cita yang bernama Wiraperbangsa kelak menggantikan kedudukan ayahnya dengan gelar Adipati Singaperbangsa I (1608-1618). Raja Cita dimakamkan di Kampung Buner, Desa Bojongmengger.

H. Djaja Sukardja merasa yakin bahwa riwayat Kota Banjar yang dimulai dari Galuh Kertabumi semakin natrat ketika Singaperbangsa I memindahkan pusat Kerajaan Galuh Kertabumi dari Gunung Susuru ke Banjar Patroman (Desa Banjar Kolot). Penyebab perpindahan tersebut, akibat terjadinnya perselisihan faham antara Singaperbangsa I dengan Adipat iPanaekan (kakak iparnya) dalam rencana penyerangan terhadap Belanda di Batavia.

Adipati Panaekan condong kepada rencana Dipati Ukur untuk menyerang secepatnya ke Batavia sebelum kekuatan Belanda makin besar. Sedangkan Singaperbangsa I lebih sependapat dengan Rangga Gempol yang merencanakan membangun kekuatan dengan mempersatukan wilayah Priangan. Rangga Gempol 2 adalah penguasa Sumedanglarang (1620 M) dan berada dibawah pengaruh Sultan Agung Mataram.

Akibat perselisihan tersebut membuat Adipati Panaekan terbunuh. Jasadnya dihanyutkan ke Sungai Cimuntur kemudian  dimakamkan di Karangkamulyan. Akibat peristiwa tragis itu membuat Singaperbangsa I tidak genah tinggal di Gunung Susuru, sehingga akhirnya pindah ke Banjar Patroman.

2. Sang Raja Cita (mp. 1602-1608 M)
Sang maha raja cita/adipati kertabumi I, putra Prabu Dimuntur.punya adik dua yaitu bernama Demang Singadireja Dan Demang Singarate. Pada waktu itu sekitar tahun 1606 M pengaruh mataram mulai masuk diwilayah galuh, malahan banyak penduduk wonosobo sengaja dikirim ke galuh, oleh Mas Jolang. Putri sulungnya bernama Natabumi diperistri oleh Dipati Panaekan dan putra kedua bernama Wiraperbangsa kelak menggantikan kedudukanya sebagai bupati kertabumi berikutnya dengan gelar Rd. Adi Pati Singaperbangsa I. Setelah wafat Raja Cita dimakamkan di Buner desa Bojongmengger.

3. Dalem Wiraperbangsa Rd. Ad. Singaperbangsa I (mp. 1608-1618 M)
Adipati Kertabumi II atau disebut Singaperbangsa I, menggantikan ayahnya memerintah pada tahun (1608-1618 M). Karena pengaruh mataram ditatar galuh maka ia memindahkan pusat pemerintahan dari Muntur kepataruman Banjar. Dalam perselisihan paham dengan kakak iparnya(Dipati Panaekan) dalam menghadapi politik pengerangan ke batavia dimana pendirian panekan sejalan dengan pendirian dipati ukur yaitu harus secepatnya meyerang ke batavia dengan alasan kalau diperlambat kekuatan belanda makin besar sedangkan Singa Perbangsa I condong ke Pangeran Rangga Gempol II, Bupati sumedang yaitu sebelum penyerangan bupati di Priangan bersatu dulu supaya lebih kuat, jangan sampai gagal karena kekuatan tidak seimbang dan akhirnya perselisihan itu terbunuhlah Dipati Panaekan. Setelah wafat Rd. Adipati Singa Perbangsa I dimakamkan  di Kedung Astana Cikadu Banjar.

4. Rd. Ad. Singaperbangsa II Dalem Tambakbaya (mp. 1630-1641 M)
Mendapat gelar dalem Tambakbaya karena berjasa dan membuat tambak sebagai pusat pertanian didaerah baru yaitu liunggunung. Singaperbangsa II adalah putra Adipati Kertabumi II atau Rd. Ad. Singaperbangsa I, menikah dengan Nyi Mas Raja, putri Dalem Wiramantri dari Rajadesa, berputra empat orang yaitu Singa Perbangsa III, Ny. Ajeng Kirtanaya,Singarate dan Singabaya. Setelah wafat dimakamkan di Kokoplak Banjar.

5. Rd. Ad. Singaperbangsa III Dalem Pagergunung (mp. 1641-1654 M)
Dalem Pagergunung/Kenduruan Singaperbangsa III, puta sulung Dalem Tambakbaya, menikah dengan Ny. Ajeng Sukaresmi. Pada waktu ayahnya memerintah diliunggunung, beliau diangkat umbul(wedana) ditanjungpura karawang. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari banjar ke bojonglopang.

6. Rd. Ad. Singaperbangsa IV rd. Ad. Panatayuda I (mp. 1654-1656 M)
Dalem Wirasuta/Mas Galak/Kanduruan Singperbangsa IV Dipati Panatayuda I(1654-1656 M), putra kedua Dalem Pagergunung sebelumnya ia pernah pula menjadi umbul ditanjung pura karawang sewaktu ayahnya memerintah dibojonglopang. Menikah dengan Ny.Rd. Ajeg Galuh puteri dari Rd. Adipati Aria Panji Jaya Negara(Bupati Imbanegara ke I). Ia memindahkan pusat pemerintahan dari bojonglopang ke Ciancang disebelah Barat Kertabumi.




Salam Santun.

Baca Juga :

Tidak ada komentar