Catur Gunem Ciung Wanara Versi Darmaraja Sumedang
Ciung Wanara Versi Darmaraja Sumedang, Catur Gunem ieu sabenerna pikeun ngajelaskeun ngeunaan Prabu Ciung Wanara mangsa keur leutikna saeuncan jadi Raja di Galuh Pakuan. Caritaan Ciung Wanara/Si Pulungtimu versi Darmaraja baheula sok didonggengkeun ku kolotna ka turunananana, atawa mun ngariung mungkas ka Darmarajaan. Sebenerna pikeun urang Darmaraja atawa Situraja anu apal sajarah kaGaluhan ditatar Darmaraja moal bireuk deui ngeunaan caritaan Ciung Wanara manggsa keur orokna, da aya patula-patalina sareng Resi Aria Bimaraksa alias Aki Balagantrang anu nyalametkeun kulawargana mangsa prabu aji Putih.
Waktu Istana Galuh diserang ku pasukan Sandjaya dina peperangan dugi Prabu Purbasora pupus ku Sandjaya, dumeh ngarasa penguasa Galuh ti Bapana nyaeta Bratasenawa.
Sakedik ngupas caritaan Sajarahna Karajaan Galuh kirang langkung kieu, ku basa Indonesia.
Berdirinya kerajaan Tembong Agung sangat erat kaitannya dengan kerajaan Galuh Pakuan yang didirikan oleh Wretikandayun.
Prabu Wertikendayun penguasa kerajaan Galuh Purwa mempersunting Ratu Candraresmi melahirkan tiga putra yang bernama :
1. Sempakwaja, yang menjadi penguasa Saunggalah.
2. Jantaka, penguasa Denuh.
3. Mandiminyak yang menjadi penerus Galuh.
Mandiminyak mempunyai kesempurnaan dibandingkan saudaranya Sempakwaja dan Jantaka yang lahir dalam keadaan cacat fisik, Mandimiyak pemuda yang tampan rupawan, cerdas dan memiliki bakat kepemimpinan sehingga timbul kecemburuan saudara-saudaranya setelah mandiminyak menikah dengan putri cantik rupawan.
Untuk mengobati kecemburuan Sempakwaja dan Jantaka maka Prabu Wretikendayun menikahkan Sempakwaja dengan Pwah Rababu persembahan dari kerajaan Saunggalah dan setelah menikah sempakwaja bermukim di Galunggung dan melahirkan putra Purbasora
Sedangkan Jantaka dinikahkan dengan Dewi Sawitri. Setelah menikah Jantaka serta Dewi Sawitri mengikuti Sempakwaja bermukim di Galunggung karena merasa tidak layak tinggal di istana pindah ke Denuh dan melahirkan Bimaraksa alias Aki Balagantrang nama yang termashur ditatar Sunda.
Prabu Mandiminyak lengser keprabon kemudian menobatkan Bratasenawa (Sangsena) menjadi pemangku kerajaan Galuh, penobatan tersebut mendapat reaksi dari kalangan pengagung, karena Bratasenawa lahir tidak melalui perkawinan yang syah, tetapi hasil perselingkuhan Prabu Mandiminyak dengan Pwah Rababu istri Sempakwaja yang tidak lain kakak iparnya Prabu Mandiminyak sendiri.
Arya Bimaraksa dan Purbasora menyusun pasukan dengan merekrut rakyat limbangan dan sumedang bergabung dengan pasukan Purbasora lalu menyerbu istana Galuh
Sehingga terjadi perang saudara dan Purbasora berhasil merebut istana Galuh namun Bratasenawa berhasil meloloskan diri ke gunung Merapu sehingga selamat dari gempuran Pasukan Purbasora.
Setelah Istana Galuh dikuasai Purbasora menjadi pemangku kerajaan kemudian mengangkat Arya Bimaraksa menjadi Patih dan menikah dengan Dewi Komalasari dan hasil pernikahannya melahirkan :
1. Adji Putih
2. Usoro
3. Siti Putih
4. Sekar Kencana
Diawal kekuasaanya Purbasora mengikis habis pengikut Bratasenawa. Sementara Bratasenawa mendapa bantuan politik dari penguasa Kerajaan Kalingga utara,Kemudian Candraresmi menobatkan Bratasenawa menjadi Pemangku kerajaan Kalinggautara kemudian menikah dengan Sanaha melahirkan Raden Sanjaya, Kehadiran Sandjaya di Kalingga Utara membuat kekhawatiran Prabu Purbasora bahwa Sandjaya akan membalas dendam kekalahan ayahnya Bratasenawa sebagai penguasa sah Galuh.
Dugaan tersebut menjadi kenyataan Istana Galuh diserang oleh pasukan Sanjaya didalam pertempuran Prabu Purbasora diusia tuanya gugur ditangan Sandjaya.
Sedangkan Patih Bimaraksa beserta keluarganya berhasil meloloskan diri kedalam hutan belantara dan pasukan Sanjaya kehilangan jejak Patih Bimaraksa.
Patih Bimaraksa beserta keluarganya melakukan perjalanan yang sangat jauh kearah utara melintasi hutan lebat dan melintasi Gunung Penuh, Gunung Mandalasakti, Gunung Sangkanjaya/Gunung Nurmala dan berakhir dikampung Muhara Leuwi Hideung Darmaraja.
Disanalah Bimaraksa mendirikan Padepokan Tembong Agung sekaligus mendidik putranya Adji Putih yang dipersiapkan sebagai Pemimpin yang tangguh.
Berdirinyanya kerajaan Tembong Agung menarik simpati para resi tatar Sunda agar bisa mengatasi ambisi Prabu Sandjaya merebut dan menaklukan kerajaan-kerajaan berpengaruh ditatar Sunda.
Prabu Sanjaya berhasil menggabungkan kerajaan Medang Jati, kerajaan Indraprahasta dan kerajaan Galuh Pakuan. Kemudian mengangkat Patih Saunggalah (Kuningan) yaitu Wijaya Kusuma putra Prabu Purbasora menjadi pemangku kerajaan Galuh. Sementara Sanjaya pergi ke arah timur (Bhumi Mataram) dan mendirikan kerajaan (Wangsa Sanjaya).
Namun tidak berlangsung lama berkuasa kemudian Wijaya Kusuma digantikan oleh putranya yaitu Prabu Permadi Kusuma, yang berkedudukan di Galuh Pakuan Darmaraja Sumedang. Di awal kekuasanya mengangkat patih Agung Aria Bimaraksa dan mengangkat Tamperan Barmawijaya (putra Prabu Sanjaya) menjadi mentri muda kedudukanya sebagai strategis tempur/perang.
Hubungan Prabu Permana dikusuma dengan Patih Aria Bimaraksa bertambah dekat dan harmonis setelah menikahkan Dewi Naganingrum keturunan Prabu Purbasora untuk mengikis perseteruan saudara dimasa lalu.
Kehadiran Aria Bimaraksa di Istana Galuh Pakuan punya peranan cukup besar dalam perkembangan kerajaan Galuh Pakuan yang semakin besar besar pengaruh dan disegani kerajaan-kerajaan ditatar Sunda. Pasukan Sunda ingin menghilangkan sisa-sisa orang Galuh yang berpengaruh akibatnya terjadi pertempuran.
Ki Balagantrang (Aria Bimaraksa) berhasil meloloskan diri dari pasukan Sunda pada malam pembinasaan Prabu Purbasora oleh Rakean Sanjaya kemudian tinggal di Geger Sunten (sekarang kampung Sodong Desa Tambaksari Kecamatan Rancah, Ciamis).
Namun terjadi pergantian kekuasaan oleh Prabu Tamperan Barmawijaya / Raja Bondan / Arya Kebonan putra Sanjaya, setelah membunuh Permaana Di Kusuma di Galuh Pakuan Darmaraja, yang kemudian memindahkan Galuh Pakuan Darmaraja ke Galuh Bondan atau Galuh Bojong Ciamis.
Aria Bimarkasa berserta pengikutnya berupaya menghimpun kekuatan untuk merebut kembali Galuh dari tangan keturunan Sanjaya. Sebagai patih kawakan dan cucu Prabu Wretikandayun, Aria Bimarkasa mudah memperoleh pengikut dan pendukung, akhirnya Aria Bimaraksa berhasil mendekati cicitnya Sang Manarah (Ciung Wanara) putra Permana Dikusuma, melalui tangan Manarah ini Aria Bimaraksa berhasil merebut Bojong Galuh / Galuh Bondan kembali, serangan dilakukan ketika diadakan "Acara Sabung Ayam" (panyawungan) kerajaan antara Ciung Wanara dan Tamperan Barmawijaya putra Sanjaya.
Ketika akan melangsungkan persiapkan serangan ke Galuh, putra Ki Balagantrang / Aria Bimaraksa yaitu Guru Aji Putih mendirikan kerajaan Tembong Agung di Sumedang dan menjadi kerajaan bawahan Galuh.
Dalam merebut kembali Karang kamulyaan atau Galuh Bojong atau Galuh Bondan Ciamis, Ciung Wanara dibantu oleh Pasukan Prabu Tajimalela dan pasukan Limbangan.
Dalam babad Cipaku antara umur Ciung Wanara dan Prabu Tajimalela tidak jauh beda dan pernah sama-sama diasuh Aria Bimaraksa waktu menetap di Bagala Asih Panyipuhan.
Setelah berhasil merebut Galuh, tahta kerajaan diserahkan kepada Ciung Wanara dan Ki Balagantrang/Aria Bimaraksa pensiun sebagai Patih Galuh. Dan menjadi Resi Batara Agung di Darmaraja Sumedang, yang kini situsnya telah tenggelam oleh Jatigede.
Waktu Istana Galuh diserang ku pasukan Sandjaya dina peperangan dugi Prabu Purbasora pupus ku Sandjaya, dumeh ngarasa penguasa Galuh ti Bapana nyaeta Bratasenawa.
Sakedik ngupas caritaan Sajarahna Karajaan Galuh kirang langkung kieu, ku basa Indonesia.
Berdirinya kerajaan Tembong Agung sangat erat kaitannya dengan kerajaan Galuh Pakuan yang didirikan oleh Wretikandayun.
Prabu Wertikendayun penguasa kerajaan Galuh Purwa mempersunting Ratu Candraresmi melahirkan tiga putra yang bernama :
1. Sempakwaja, yang menjadi penguasa Saunggalah.
2. Jantaka, penguasa Denuh.
3. Mandiminyak yang menjadi penerus Galuh.
Mandiminyak mempunyai kesempurnaan dibandingkan saudaranya Sempakwaja dan Jantaka yang lahir dalam keadaan cacat fisik, Mandimiyak pemuda yang tampan rupawan, cerdas dan memiliki bakat kepemimpinan sehingga timbul kecemburuan saudara-saudaranya setelah mandiminyak menikah dengan putri cantik rupawan.
Untuk mengobati kecemburuan Sempakwaja dan Jantaka maka Prabu Wretikendayun menikahkan Sempakwaja dengan Pwah Rababu persembahan dari kerajaan Saunggalah dan setelah menikah sempakwaja bermukim di Galunggung dan melahirkan putra Purbasora
Sedangkan Jantaka dinikahkan dengan Dewi Sawitri. Setelah menikah Jantaka serta Dewi Sawitri mengikuti Sempakwaja bermukim di Galunggung karena merasa tidak layak tinggal di istana pindah ke Denuh dan melahirkan Bimaraksa alias Aki Balagantrang nama yang termashur ditatar Sunda.
Prabu Mandiminyak lengser keprabon kemudian menobatkan Bratasenawa (Sangsena) menjadi pemangku kerajaan Galuh, penobatan tersebut mendapat reaksi dari kalangan pengagung, karena Bratasenawa lahir tidak melalui perkawinan yang syah, tetapi hasil perselingkuhan Prabu Mandiminyak dengan Pwah Rababu istri Sempakwaja yang tidak lain kakak iparnya Prabu Mandiminyak sendiri.
Arya Bimaraksa dan Purbasora menyusun pasukan dengan merekrut rakyat limbangan dan sumedang bergabung dengan pasukan Purbasora lalu menyerbu istana Galuh
Sehingga terjadi perang saudara dan Purbasora berhasil merebut istana Galuh namun Bratasenawa berhasil meloloskan diri ke gunung Merapu sehingga selamat dari gempuran Pasukan Purbasora.
Setelah Istana Galuh dikuasai Purbasora menjadi pemangku kerajaan kemudian mengangkat Arya Bimaraksa menjadi Patih dan menikah dengan Dewi Komalasari dan hasil pernikahannya melahirkan :
1. Adji Putih
2. Usoro
3. Siti Putih
4. Sekar Kencana
Diawal kekuasaanya Purbasora mengikis habis pengikut Bratasenawa. Sementara Bratasenawa mendapa bantuan politik dari penguasa Kerajaan Kalingga utara,Kemudian Candraresmi menobatkan Bratasenawa menjadi Pemangku kerajaan Kalinggautara kemudian menikah dengan Sanaha melahirkan Raden Sanjaya, Kehadiran Sandjaya di Kalingga Utara membuat kekhawatiran Prabu Purbasora bahwa Sandjaya akan membalas dendam kekalahan ayahnya Bratasenawa sebagai penguasa sah Galuh.
Dugaan tersebut menjadi kenyataan Istana Galuh diserang oleh pasukan Sanjaya didalam pertempuran Prabu Purbasora diusia tuanya gugur ditangan Sandjaya.
Sedangkan Patih Bimaraksa beserta keluarganya berhasil meloloskan diri kedalam hutan belantara dan pasukan Sanjaya kehilangan jejak Patih Bimaraksa.
Patih Bimaraksa beserta keluarganya melakukan perjalanan yang sangat jauh kearah utara melintasi hutan lebat dan melintasi Gunung Penuh, Gunung Mandalasakti, Gunung Sangkanjaya/Gunung Nurmala dan berakhir dikampung Muhara Leuwi Hideung Darmaraja.
Disanalah Bimaraksa mendirikan Padepokan Tembong Agung sekaligus mendidik putranya Adji Putih yang dipersiapkan sebagai Pemimpin yang tangguh.
Berdirinyanya kerajaan Tembong Agung menarik simpati para resi tatar Sunda agar bisa mengatasi ambisi Prabu Sandjaya merebut dan menaklukan kerajaan-kerajaan berpengaruh ditatar Sunda.
Prabu Sanjaya berhasil menggabungkan kerajaan Medang Jati, kerajaan Indraprahasta dan kerajaan Galuh Pakuan. Kemudian mengangkat Patih Saunggalah (Kuningan) yaitu Wijaya Kusuma putra Prabu Purbasora menjadi pemangku kerajaan Galuh. Sementara Sanjaya pergi ke arah timur (Bhumi Mataram) dan mendirikan kerajaan (Wangsa Sanjaya).
Namun tidak berlangsung lama berkuasa kemudian Wijaya Kusuma digantikan oleh putranya yaitu Prabu Permadi Kusuma, yang berkedudukan di Galuh Pakuan Darmaraja Sumedang. Di awal kekuasanya mengangkat patih Agung Aria Bimaraksa dan mengangkat Tamperan Barmawijaya (putra Prabu Sanjaya) menjadi mentri muda kedudukanya sebagai strategis tempur/perang.
Hubungan Prabu Permana dikusuma dengan Patih Aria Bimaraksa bertambah dekat dan harmonis setelah menikahkan Dewi Naganingrum keturunan Prabu Purbasora untuk mengikis perseteruan saudara dimasa lalu.
Kehadiran Aria Bimaraksa di Istana Galuh Pakuan punya peranan cukup besar dalam perkembangan kerajaan Galuh Pakuan yang semakin besar besar pengaruh dan disegani kerajaan-kerajaan ditatar Sunda. Pasukan Sunda ingin menghilangkan sisa-sisa orang Galuh yang berpengaruh akibatnya terjadi pertempuran.
Ki Balagantrang (Aria Bimaraksa) berhasil meloloskan diri dari pasukan Sunda pada malam pembinasaan Prabu Purbasora oleh Rakean Sanjaya kemudian tinggal di Geger Sunten (sekarang kampung Sodong Desa Tambaksari Kecamatan Rancah, Ciamis).
Namun terjadi pergantian kekuasaan oleh Prabu Tamperan Barmawijaya / Raja Bondan / Arya Kebonan putra Sanjaya, setelah membunuh Permaana Di Kusuma di Galuh Pakuan Darmaraja, yang kemudian memindahkan Galuh Pakuan Darmaraja ke Galuh Bondan atau Galuh Bojong Ciamis.
Aria Bimarkasa berserta pengikutnya berupaya menghimpun kekuatan untuk merebut kembali Galuh dari tangan keturunan Sanjaya. Sebagai patih kawakan dan cucu Prabu Wretikandayun, Aria Bimarkasa mudah memperoleh pengikut dan pendukung, akhirnya Aria Bimaraksa berhasil mendekati cicitnya Sang Manarah (Ciung Wanara) putra Permana Dikusuma, melalui tangan Manarah ini Aria Bimaraksa berhasil merebut Bojong Galuh / Galuh Bondan kembali, serangan dilakukan ketika diadakan "Acara Sabung Ayam" (panyawungan) kerajaan antara Ciung Wanara dan Tamperan Barmawijaya putra Sanjaya.
Ketika akan melangsungkan persiapkan serangan ke Galuh, putra Ki Balagantrang / Aria Bimaraksa yaitu Guru Aji Putih mendirikan kerajaan Tembong Agung di Sumedang dan menjadi kerajaan bawahan Galuh.
Dalam merebut kembali Karang kamulyaan atau Galuh Bojong atau Galuh Bondan Ciamis, Ciung Wanara dibantu oleh Pasukan Prabu Tajimalela dan pasukan Limbangan.
Dalam babad Cipaku antara umur Ciung Wanara dan Prabu Tajimalela tidak jauh beda dan pernah sama-sama diasuh Aria Bimaraksa waktu menetap di Bagala Asih Panyipuhan.
Setelah berhasil merebut Galuh, tahta kerajaan diserahkan kepada Ciung Wanara dan Ki Balagantrang/Aria Bimaraksa pensiun sebagai Patih Galuh. Dan menjadi Resi Batara Agung di Darmaraja Sumedang, yang kini situsnya telah tenggelam oleh Jatigede.
Catur Gunem Ciung Wanara Versi Darmaraja Sumedang
Catur Gunem Ka Hiji
Wisahya Drs : Rute dipalidkeunana Ciung Wanara kerajaan Galuh Pakuan Darmaraja, orok jeung endog anu diwadahan ku tingkem dipalidkeun di walungan dina kaayaan saat, laju eta walungan dicician cai saonje cai walungan ngagulidag satuluyna disebut Cihonje, orok palid tepi ka bojong muhara Cihonje, laju ditarima ku Cimanuk nyangsang dina badodon di bojong Galuh muhara Cipaku, orok dirorok di Cisema, anu hartina cai susu ema indung kukut.
Dedie Kusmayadi : Tah saha kang indung Kukutna? Nini Balangtrang sareng Ki Balangtrang anu saur versi sajarah mah taya sanes Patih Aria Bimaraksa.
Wisahya Drs : Akur lebah dinya na mah.
Wisahya Drs : Ngajentrekeun asal kecap Cisema nyaeta cai susu ema, ieu katerangan ti alm abah komar taun 2007.
Wisahya Drs : Tapi lamun dilibetkeun tokoh eta asa pajeujeut, cobi mang koko baranyai baranyai mang AT Dendusri Putra, mang kaby, mang pangawung Rangga mang Andri Sandul Mulyadi, mang Jaka Supriatna, nyi Away Nur Kurnia
Koko Baranyai Baranyai : Nya eyang Buyut Maja sareng Aki Balagantrang (Aria Bimarkasa) anu aya situsna di Cisema.
Wisahya Drs : Tah lamun nyangkutkeun ka tokoh nu ieu mah teu overlapping (tumpang tindih).
Wisahya Drs : Jaba posisi aya di Cisema.
Wisahya Drs : Kadang urang sok dibingungkeun informasi anu pengakuan tokoh tertentu padahal beda jaman.
Wisahya Drs : Lamun Aki Balangantrang diakukeun Bimaraksa bakal pajeujeut jeung hikayat anu beda jaman jeung beda lalakon.
Wisahya Drs : Jaba lokasi beda Cisema jeung Cipaku.
Catur Gunem Ka Dua
Wisahya Drs : Lapak ngadu hayam Ciung Wanara karajaan Galuh Pakuan Darmaraja, saparantosna dewasa tur parantos gaduh jenengan Ciung Wanara angkat ti Cisema ngiring ngadu hayam di alun-alun karajaan Galuh perenahna kalereun Cihonje tilas orok dipalidkeun lebah Buah Gede, Cisema ka Buah Gede ampir lempeng, lamun ditarik garis lurus, sedengkeun ruteu dipalidkeuna ngelendong, ngabentuk busur.
Koko Baranyai Baranyai : Mangga guar ah Bah Wi!!! ngareugeupkeun.
Wisahya Drs : Ngadu hayam di tengah alun-alun perenahna alun-alun antara Cihonje Cileuweung.
Wisahya Drs : Alun alun kiduleun karaton
Catur Gunem Ka Tilu
Wisahya Drs : Versi sejen Ciungwanara Darmaraja di Cikeusi, dipalidkeun di leuwi sipahunan Cihonje Sangkanjaya nyangsang di muhara Cipaku Cimanuk dirorok di Cisema ngadu hayam di Kalanganyar jeneng raja resi gunung padang dimakamkeun di baju rombeng Gunung Aseupan kuloneun Gunung Padang paeunteung- eunteung jeung Gunung Sangkanjaya (Nurmala) tempat asal dipalidkeun, sakitu.
Wisahya Drs : Gunung Aseupan Cikeusi Kidul.
Lodongdobol : cik kumaha gunung Aseupan teh bah, di wewengkon uing ge aya Gunung Haseupan, tapi katelah ku urang dinya mah da angker keneh dumeh diwacanakeunnana tempat keur munjung, tapi munjungna munjung ngawadalkeun versi jaman edan, ayana di lembur nu jauh kaditu- kadieu, kampung bau lisung jauh ka kota, tapi deukeut ka leuweung tutupan.
Wisahya Drs : Gunung Aseupan disebut oge Pasir Kidul urang Cikeusi, eta gunung teu mangrupa Aseupan, ngujur ngetan tepung jeung gunung Cupu atawa Gunung Padang nu aya situs di Darmaraja Sumedang.
Wisahya Drs : Kiduleun gunung Aseupan teh Gunung Sangkanjaya (Nurmala) sanggeus meuntas Cihonje.
Andri Sandoel Mulyadi : Gunung Asepan anu di Cikeusi mah masih parawan keneh bah, saur mang asep mah...da' geuman keneh.
Lodongdobol : tahhhhh, geueuman na mah mirip, cenah sok aya oray hideung badag tapi buntet.
Wisahya Drs : Disebut oge baju rombeng cik sugan nu apal naon "Baju Rombeng" teh?
Lodongdobol : tah eusina diantarana eta bah.
Wisahya Drs : Numawi teh da ngujur ngetan.
Dedie Kusmayadi : Muhun da nu aya dinu buk oge kieu kang nuju janten orok di Ciseuma jeuneunganana si Pulungtimu/Ciung Wanara, janten Raja di Padjajaran jeuneunganana Ratu Agung Ciung Wanara.
Dedie Kusmayadi : Dinu babad Cipaku : waktos bade janten Raja di Galuh Ciamis prabu Ciungwanara teh dibantosanana ku wadya Balad Prabu Tadjimalela.
Dedie Kusmayadi : Ngadu hayamna harita mah masih keneh sareng warga darmaraja janten kasohor hayamna Kumargi Hayamna sohor nya diulem ka Ciamis ngadu Hayamna diadukeun sareng Hayam Kagungan Raja Prabu Hariang Banga, rupina mah kang Wisahya Drs, teu acan ngaben hayam di Nagara Pakuan Galuh.
Wisahya Drs : Muhun nembe ka galuh
Dedie Kusmayadi : Numutkeun katerangan anu sumare di Punclak Damar teh nyaeta :
1. Prabu Gajah Agung.
Kacarioskeun Prabu Tajimalela kagungan Putra 2 anu janten Raja nyaeta :
a. Prabu Gajah Agung
Raja Sumedanglarang ngawitan anu ngadegkeun karajaan Sumedanglarang di Ciguling Kacamatan Sumedang Selatan.
b. Prabu Lembu Agung
Upami Prabu Lembu Agung atanapi Eyang Lembu Ananah atanapi Eyang Lembu Ananih atanapi Prabu Gantang Putih tetep tumetep di Darmaraja janten Raja Tembong Agung neraskeun kalungguhan ramana Prabu Tajimalela anu sumare di Astana Gede. Wallahu a'lam biroomudih.
2. Eyang Entol Agung Praja.
3. Eyang Suta.
4. Eyang Maja
Akses Jalan ke Puncak Damar sekarang telah diaspal |
Dedie Kusmayadi :
Situs Puncak Damar
Situs Puncak Damar terletak di Kampung Cisema Desa Paku Alam Kecamatan Darmaraja. Situs ini berupa kompleks pemakaman, yang di dalamnya terdapat tiga buah makam keramat. Makam keramat yang ada di Situs Puncak Damar ini adalah makam Buyut Maja, makam Embah Entol (Tatang Jalak) dan makam Suta Direpa. Makam tersebut terletak di dataran tinggi sebuah punggung bukit.
Situs dibatasi dengan benteng alam berupa lerengan. Sisi sebelah utara dan timur memiliki kemiringan kurang lebih 60 derajat, sedangkan sisi sebelah selatan agak landai dengan kemiringan kurang lebih 15 derajat. Sisi ini digunakan sebagai jalur masuk ke kompleks Situs Puncak Damar. Sisi sebelah barat berupa lerengan dengan kemiringan kurang lebih 10 derajat.
Makam Embah Entol berbentuk persegi panjang dengan susunan batu alam berbentuk persegi. Bangunanannya berorientasi utara ke selatan. Makam ini berukuran 180 x 100 cm dan tidak memiliki nisan. Tokoh ini dipercaya sebagai pendiri Desa Paku Alam.
Tah geuning aya sakedik katerangan ngeunaan eyang Maja anu sumare di Punclak Damar teh ti Kang Koko Baranyai Baranyai, moal boa kitu Aria Bimaraksa (Ki Balangtrang) tea? Atanapi landihan kanggo Ciung Wanara?
Wisahya Drs : Lapak ngadu hayamna Ciung Wanara teh di Buah Gede atawa Kalanganyar?
Wisahya Drs : Harita ukur saliwat ngobrolna teu pati ditengetan da puguh bari ngobrol biasa teu khusus.
Wisahya Drs : Di cikeusi wetan caket madrasah Ibtidaiyah aya ema paraji istrina abah irob kanggo ngagali medalna orok ditaksir eta ma paraji teh turunan paraji buhun
Wisahya Drs : Kamari ieu tos ngobrol sareng si nunung incuna ma paraji kandeng di palebah gunung kidul anu sanget, teu bisaeun ngajelaskeun bade naroskeun heula ka nini cenah
Wisahya Drs : Tah aya mang koko baranyai baranyai
Dedie Kusmayadi : Upami Aki Baju Rombengna saha dina caritaan Kadarmarajaan Ciung Wanara teh? mang Koko Baranyai Baranyai...teu jelas..
Koko Baranyai Baranyai : Eyang Buyut Maja
Koko Baranyai Baranyai : anjeun na mah jago sareung jalmina ageung pisan bedas, dimitoskeun ayeuna sok sepertos maung Karuhun.
Koko Baranyai Baranyai : Pami Eyang Suta direpa palih landeuh (handap). Anu di luhur (tonggoh) Uyut Maja sareung pangawalna Prabu.
Dedie Kusmayadi : oh kitu kang Koko Baranyai Baranyai, beuki kabuka atuh ku kecapna bedas eta oge jalmi linuhung ku Aji jaman baheula nu janten Patih Galuh Pakuan Padjajaran tea panginten.
Dedie Kusmayadi : Paingan atuh sateuacan ka tonggoh anu dipertiluan ka Cipaku sareng ka Punclak Damar, aya Eyang Suta atawa Situs Sarongge anu saur wargi palih dinya mah ti Padjajaran, rupina ti Galuh Pakwan Padjajaran da ninggal motif batu balayna katinggal buhun pisan sanes ti padjajaran jaman prabu Siliwangi, tapi jaman padjajaran Galuh Pakuan. Gambar dihandap.
Wisahya Drs : Di gunung Aseupan aya dua makam asana mah sesebutan di tempat eta sok kembar Ciung Wanara Baju Rombeng.
Dedie Kusmayadi : Muhun kang Abdi ngadanggu ti kuncen Gunung Padang Darmaraja, waktos sareng kang Fahmi Leonidas, Kang Fajar Kurnia, Ceu Away Nurkurnia, kitu deui waktos sareng kang M Zakaria, sareng Kianom Sumedang.
Dedie Kusmayadi : Ngeunaan silsilah katurunan/nasab/dzuriat Karajaan Galuh kenging kang Agus Wirabudiman ti Kabuyutan Galunggung Tasik aya di handap ieu :
Cag ah ieu caritaan manawi sinkron antawis sajarah sareng caritaan kadarmarajaan ti Sumedanglarang ngeunaan Prabu Ciung Wanara anu janten Raja di Galuh Pakuan anu sajaman mangsa Prabu Tajimalela anu sok dicaritakeun ku kolot baheula, dina naskah atawa dongengan. Da kuring oge sok sering dipangdongengkeun mangsa keur leutik ku kolot ngeunaan Prabu Ciung wanara mangsa keur orok nepi ka jadi Rajana di Nagara Galuh Pakuan.
==============
Katerangan nu ngabahas catur Gunem
1. Drs. Wisahya sesepuh anu apal sajarah kacipakuan Darmarja linggihna di Darmaraja
2. Koko Baranyai, ti Ciseuma Puncak Damar raina Ceu Away sareng kuncen Puncak Damar.
3. Simkuring salaku penulis.
Post a Comment