Taman Endog Simbol/Siloka Penciptaan Alam Semesta


Ini hanya membahas apa yang Simbol atau Siloka yang terdapat dalam "Taman Endog" namun jarang ada yang membeberkannya secara jelas dan gamblang. Mungkin hanya sedikit saja yang tahu tentang simbol ~ siloka "Taman Endog" ini.


Taman Endog (Taman Telur) merupakan salah satu tempat yang dijadikan ruang terbuka hijau (RTH) dan tempat rileks bagi warga kota Sumedang. Taman Endog berada di tengah-tengah kota Sumedang. Dinamakan Taman Endog karena di tengah taman terdapat bangunan tugu berbentuk telur raksasa. Dibawahnya terdapat dua buah tangan sebagai penyangganya.

Taman Endog dibangun sekitar tahun 1990 oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang. Monumen Taman Endog berada dipertigaan jalan yang menuju kearah Kabuyutan Cipaku Darmaraja Sumedang.

Dibangunya Monumen Telur berasal wawacan Endog Sapatalang. Wawacan Endog Sapatalang berisi tentang zaman penciptaan. Zaman penciptaan tertulis dalam buku Cipaku wawacan Endog Sapatalang (yang berarti Cerita Telur Satu Rangkayan), buku itu menjelaskan tentang proses penciptaan alam Semesta, mulai dari Tuhan menciptakan dunia dari cahaya, membentuk asap tebal menggumpal sampai mengeras menjadi dunia. Kemudian dunia ibarat Telur yang pecah sebagian menjadi langit dan sebagian menjadi bumi, air nya disebut alam tirta, merahnya disebut alam Marcapada (yaitu alam dunia yang tampak), putih telurnya ibarat alam Mayapada (yaitu alam jin dan sejenisnya) selaput tipis pembungkus putih telur disebut alam wa’dah ghaib dan selaput paling tipis menempel ke kulit telur ibarat alam surya laya (atau alam Rahyang), dewa-dewi (alam malaikat versi islam), sedangkan telurnya ibarat alam hakekat yang tidak bisa diukur oleh akal pikiran manusia. Tuhan yang maha kuasa menciptakan alam semesta dari cahaya kemudian menjadi matahari, bulan, bintang, planet, galaxy dan dan yang lainnya. Setelah menciptakan alam semesta lalu menciptakan tumbuhan, hewan, dan manusia. Proses penciptaan alam semesta ini menurut wawacan Endog sapatalang dilakukan dalam waktu 15 hari 15 malam.


Dibangunnya taman Endog sebagai simbol/siloka atau tempat yang menjelaskan tentang wawacan Endog sapatalang yang didalamnya berisi tentang proses penciptaan alam semesta oleh Tuhan yang diibaratkan seperti Telur. Tahun 2009 Taman Endog melakukan renovasi dikarenakan kondisi fisik tugunya yang mulai rusak. Renovasi tersebut kira-kira menghabiskan biaya APBD sekitar Rp 50.000.000.

"Taman endog" Sumedang yang dekat rumah saya ada dalam  buk Kacipakuan Darmaraja.

Dalam filsafat Jawa Buhun pada intinya yaitu penciptaan langit dan bumi yang pastinya ada awal ada akhir, di dalam bible (kejadian) dan juga al Quran diterangkan lebih lanjut kejadiannya yang saya akan bahas selanjutnya, dalam filsafat Jawa kurang lebih isinya, yaitu :

Kepercayaan Jawa yang asli menyatakan bahwa Dzat Tuhan yang disebut dengan Sang Hyang Wisesa, Sang Hyang Widdhiwasa, Hyang Agung adalah "tan kena kinayangapa" artinya tidak bisa dibayangkan dengan akal, rasa, dan daya spiritual manusia. Namun ada dan menciptakan jagad seisinya dari antiga (telur, wiji/benih) di alam suwung. Penciptaannya dengan meremas (membanting/membuat) antiga tersebut hingga tercipta tiga hal:

1. Langit dan bumi (alam semesta).

2. Teja dan cahya, teja merupakan cahaya yang tidak bisa diindera sedangkan cahya merupakan cahaya yang bisa diindera.

3. Manikmaya, yaitu "Dzat Urip" atau "Sejatining Urip" (Kesejatian Hidup, Suksma, Roh).

Ketiganya masing-masing merupakan derivate (turunan, emanasi, pancaran, tajali, titah) Tuhan. Melingkupi seluruh semesta yang tiada batas ini.

Menurut Mitologi Jawa, maka seluruh semesta seisinya adalah ciptaan Sang Hyang Wisesa di dalam haribaan-Nya sendiri. Artinya, Tuhan murba wasesa (melingkupi dan memuat serta menguasai dan mengatur) seluruh semesta yang luasnya tiada batas dan seluruh isinya.

Di dalam kesemestaan tersebut ada materi (bumi dan langit), ada sinar dan medan kosmis (teja dan cahya), dan ada Dzat Urip (Manikmaya, Sejatining Urip, Kesejatian Hidup) sebagai derivate (emanasi, pancaran, tajali) Dzat Tuhan.

Dalam Mitologi Jawa, Dzat Tuhan "tan kena kinayangapa", yang mampu dihampiri akal, rasa dan daya sepiritual (kebatinan) adalah Dzat Urip, yang kemudian disebut: Pangeran, Gusti, atau Ingsun. Keterangan tentang hal itu bisa disimak lewat wejangan pertama dalam "Wirid Wolung Pangkat" sebagai berikut :

Wejangan pituduh wahananing Pangeran:

Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhihin iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsun sajatining kang urip luwih suci, anartani warna, aran, lan pakartining-Sun (dzat, sipat, asma, afngal).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Ajaran petunjuk keberadaan Pangeran (Dzat Urip):

Sesungguhnya tidak ada apa-apa, sejak masih awang-uwung (suwung, alam hampa) belum ada suatu apapun, yang ada pertama kali adalah Ingsun, tidak ada Pangeran kecuali Aku (Ingsun) sejatinya hidup yang lebih suci, mewakili pancaran dzat, sifat, asma dan afngal-Ku (Ingsun).

Selanjutnya, marilah kita renungkan kesemestaan yang ada. Maka sungguh Maha Sempurna Tuhan yang telah menciptakan semesta ini. Luasnya tiada terhingga dan semuanya teratur, selaras, dan sempurna.

Disebut dalam mitologi Jawa, bahwa semesta tercipta dalam keadaan hayu (elok, indah, selaras dan sempurna).


Teologi Penciptaan Menurut Eskatologi Kristen (Bibel)
Teologi penciptaan adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan Kristen tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan manusia akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam Kejadian 1 dan 2 penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 2 diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”

Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah diajdikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja sampai sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari Allah mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering. Pada hari keempat, kelima, dan keenam, Allah menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua itu, Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui Firman-Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi. beberapa orang menekankan kesetiaan dari metode Allah secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata :
1. "Tuhan berkata"
2. "Jadilah"
3. "dan jadi"
4. yang khusus karya penciptaan
5. penamaan Tuhan atau berkat dari makhluk tersebut
6. Tuhan mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
7. "Jadilah petang dan pagi".

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1: 9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu baik. Makhluk hidup menerima berkat Tuhan. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang untuk manusia dan ciptan lain.

Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk bumi, sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). Manusia yang dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3 :31)

Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk. Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik Allah yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.

- Kejadian 1:1-2 = Pada mulanya
- Kejadian 1:3-5 = Hari Pertama: penciptaan terang
- Kejadian 1:6-8 = Hari Kedua: penciptaan cakrawala
- Kejadian 1:9-13 = Hari Ketiga: penciptaan laut, darat, tumbuh-tumbuhan
- Kejadian 1:14-19 = Hari Keempat: penciptaan benda-benda penerang pada cakrawala (matahari, bulan dan bintang-bintang)
- Kejadian 1:20-23 = Hari Kelima: penciptaan binatang-binatang laut dan binatang-binatang bersayap
- Kejadian 1:24-31 = Hari Keenam: penciptaan binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi dan manusia.
diteruskan ke pasal 2:
- Kejadian 2:1-4 = Hari Ketujuh: berhenti bekerja (Sabat)


Kejadian pasal 1 :
1:1 LAI Terjemahan Baru (TB), Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Hebrew,
בְּרֵאשִׁית בָּרָא אֱלֹהִים אֵת הַשָּׁמַיִם וְאֵת הָאָרֶץ׃
Translit Interlinear, BERE'SHIT {pada mulanya} BARA' {Dia menciptakan} 'ELOHIM {Allah} 'ET {pada} HASHAMAYIM {langit itu} VE'ET {dan} HA'ARETS {bumi itu}

1:2 LAI TB, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Hebrew,
וְהָאָרֶץ הָיְתָה תֹהוּ וָבֹהוּ וְחֹשֶׁךְ עַל־פְּנֵי תְהֹום וְרוּחַ אֱלֹהִים מְרַחֶפֶת עַל־פְּנֵי הַמָּיִם׃
Translit Interlinear, VEHA'ARETS {dan bumi itu} HAYETAH {ia menjadi} TOHU {tidak berbentuk} VAVOHU {dan kosong} VEKHOSHEKH {dan kegelapan} 'AL-PENEY {di atas permukaan, wajah} TEHOM {samudra} VERUAKH {dan Roh} 'ELOHIM {Allah} MERAKHEFET {Ia bergerak} 'AL-PENEY {di atas permukaan, wajah} HAMAYIM {air itu}

1:3 LAI TB, Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
Hebrew,
וַיֹּאמֶר אֱלֹהִים יְהִי אֹור וַיְהִי־אֹור׃
Translit Interlinear, VAYO'MER {dan Dia berfirman} 'ELOHIM {Allah} YEHI {hendaklah ia menjadi/ada} 'OR {terang} VAY'HI-'OR {dan ia menjadi/ada terang}

1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
Hebrew,
וַיַּרְא אֱלֹהִים אֶת־הָאֹור כִּי־טֹוב וַיַּבְדֵּל אֱלֹהִים בֵּין הָאֹור וּבֵין הַחֹשֶׁךְ׃
Translit Interlinear, VAYAR' {dan Dia melihat} 'ELOHIM {Allah} 'ET-HA'OR {terang itu} KI-TOV {bahwa baik} VAYAV'DEL {dan Dia memisahkan} 'ELOHIM {Allah} BEYN {antara} HA'OR {terang itu} UVEYN {dan antara} HAKHOSHEKH {kegelapan itu}

1:5 LAI TB, Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Hebrew,
וַיִּקְרָא אֱלֹהִים לָאֹור יֹום וְלַחֹשֶׁךְ קָרָא לָיְלָה וַיְהִי־עֶרֶב וַיְהִי־בֹקֶר יֹום אֶחָד׃ ף
Translit Interlinear, VAYIQ'RA' {dan Dia memanggil/menamakan} 'ELOHIM {Allah} LA'OR {kepada terang} YOM {hari/siang} VELAKHOSYEKH {dan kepada kegelapan} QARA' {Dia memanggil/menamakan} LAYELAH {malam} VAY'HI-'EREV {dan ia menjadi/ada petang} VAYHI-VOQER {dan ia menjadi/ada pagi} YOM {hari} 'EKHAD {Ahad/satu/pertama}

1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."
Hebrew,
וַיֹּאמֶר אֱלֹהִים יְהִי רָקִיעַ בְּתֹוךְ הַמָּיִם וִיהִי מַבְדִּיל בֵּין מַיִם לָמָיִם׃
Translit Interlinear, VAYO'MER {dan Dia berfirman} 'ELOHIM {Allah] YEHI {hendaklah ia menjadi/ada} RAQIA' {bentangan/cakrawala} BETOKH {di tengah} HAMAYIM {air itu} VIHI {dan hendaklah ia menjadi/ada} MAV'DIL {menyebabkan pemisahan} BEYN {antara} MAYIM {air} LAMAYIM {kepada air}

1:7 LAI TB, , Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
Hebrew,
וַיַּעַשׂ אֱלֹהִים אֶת־הָרָקִיעַ וַיַּבְדֵּל בֵּין הַמַּיִם אֲשֶׁר מִתַּחַת לָרָקִיעַ וּבֵין הַמַּיִם אֲשֶׁר מֵעַל לָרָקִיעַ וַיְהִי־כֵן׃
Translit Interlinear, VAYA'AS {dan Dia menjadikan} 'ELOHIM {Allah} 'ET-HARAQIA' {pada bentangan/cakrawala itu} VAYAV'DEL {dan Dia memisahkan} BEYN {antara} HAMAYIM {air itu} 'ASHER {yang} MITAKHAT {dari bawah} LARAQIA' {kepada bentangan/cakrawala} UVEYN {dan antara} HAMAYIM {air itu} 'ASHER {yang} ME'AL {dari atas} LARAQIA' {kepada bentangan/cakrawala} VAYHI-KHEN {dan ia menjadi/ada demikian}

1:8 LAI TB, Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
Hebrew,
וַיִּקְרָא אֱלֹהִים לָרָקִיעַ שָׁמָיִם וַיְהִי־עֶרֶב וַיְהִי־בֹקֶר יֹום שֵׁנִי׃ ף
Translit Interlinear, VAYIQ'RA' {dan Dia memanggil/menamakan} 'ELOHIM {Allah} LARAQIA' {kepada bentangan/cakrawala} SHAMAYIM {langit} VAY'HI-'EREV {dan ia menjadi/ada petang} VAY'HI-VOQER {dan ia menjadi/ada pagi} YOM {hari} SHENI {Senin/kedua}

1: 9 LAI TB, Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
Hebrew,
וַיֹּאמֶר אֱלֹהִים יִקָּווּ הַמַּיִם מִתַּחַת הַשָּׁמַיִם אֶל־מָקֹום אֶחָד וְתֵרָאֶה הַיַּבָּשָׁה וַיְהִי־כֵן׃
Translit Interlinear, VAYO'MER {dan Dia berfirman} 'ELOHIM {Allah} YIQAVU {hendaklah mereka berkumpul} HAMAYIM {air itu} MITAKHAT {dari bawah} HASHAMAYIM {langit itu} 'EL-MAQOM {kepada tempat} 'EKHAD {satu} VETERA'EH {dan kelihatan} HAYABASHAH {yang kering itu} VAY'HI-KHEN {dan ia menjadi/ada demikian}

1:10 LAI TB, Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Hebrew,
וַיִּקְרָא אֱלֹהִים לַיַּבָּשָׁה אֶרֶץ וּלְמִקְוֵה הַמַּיִם קָרָא יַמִּים וַיַּרְא אֱלֹהִים כִּי־טֹוב׃
Translit Interlinear, VAYIQ'RA' {dan Dia memanggil/menamakan} 'ELOHIM {Allah} LAYABASHAH {kepada yang kering} 'ERETS {bumi/darat} ULEMIQ'VEH {dan kepada kumpulan} HAMAYIM {air itu} QARA' {Dia memanggil/menamakan} YAMIM {laut} VAYAR' {dan Dia melihat} 'ELOHIM {Allah} KI-TOV {bahwa baik}

1:11 LAI TB, Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.
Hebrew,
וַיֹּאמֶר אֱלֹהִים תַּדְשֵׁא הָאָרֶץ דֶּשֶׁא עֵשֶׂב מַזְרִיעַ זֶרַע עֵץ פְּרִי עֹשֶׂה פְּרִי לְמִינֹו אֲשֶׁר זַרְעֹו־בֹו עַל־הָאָרֶץ וַיְהִי־כֵן׃
Translit Interlinear, VAYO'MER {dan Dia berfirman} 'ELOHIM {Allah} TAD'SHE' {hendaklah ia mengeluarkan} HA'ARETS {bumi/tanah itu} DESHE' {tanaman muda} 'ESEV {tumbuh-tumbuhan} MAZ'RIA' {ia menabur} ZERA' {benih} 'ETS {pohon} PERI {buah} 'OSEH {ia menjadikan} PERI {buah} LEMINO {kepada jenisnya} 'ASHER {yang} ZAR'O-VO {buahnya datang} 'AL-HA'ARETS {di atas bumi itu} VAY'HI-KHEN {dan ia menjadi/ada demikian}

1:12 LAI TB, Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Hebrew,
וַתֹּוצֵא הָאָרֶץ דֶּשֶׁא עֵשֶׂב מַזְרִיעַ זֶרַע לְמִינֵהוּ וְעֵץ עֹשֶׂה־פְּרִי* אֲשֶׁר זַרְעֹו־בֹו לְמִינֵהוּ וַיַּרְא אֱלֹהִים כִּי־טֹוב׃
Translit Interlinear, VATOTSE' {dan ia mengeluarkan} HA'ARETS {bumi/tanah itu} DESHE' {tanaman muda} 'ESEV {tumbuh-tumbuhan} MAZ'RIA' {ia menabur} ZERA' {benih} LEMINEHU {kepada jenisnya} VE'ETS {dan pohon} 'OSEH-PERI {ia mengeluarkan buah} 'ASHER {yang} ZAR'O-VO {buahnya datang} LEMINEHU {kepada jenisnya} VAYAR' {dan Dia melihat} 'ELOHIM {Allah} KI-TOV {bahwa baik}

1:13 LAI TB, Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
Hebrew,
וַיְהִי־עֶרֶב וַיְהִי־בֹקֶר יֹום שְׁלִישִׁי׃ ף
Translit Interlinear, VAY'HI-'EREV {dan ia menjadi/ada petang} VAY'HI-VOQER {dan ia menjadi/ada pagi} YOM {hari} SHELISHI {Selasa/ketiga}


Bagaimana Allah Menciptakan Langit Dan Bumi?

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Jika kita melihat ciptaan Allah kita akan menemukan suatu keindahan yang luar biasa. Suatu keindahan dan keagungan yang menunjukan keagungan Dzat yang menciptakannya. Keteraturan, keharmonisan, dan keindahan alam semesta menunjukan akan adanya Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Langit dengan segala hiasannya. Bumi dengan lautan dan sungai sungai yang mengalir di dalamnya. Gunung gunung yang begitu kokoh menjulang tinggi. Hewan hewan dan tumbuhan dengan bermacam macam jenisnya. Semuanya diciptakan dengan begitu indah. Suatu karya luar biasa dari Sang Pencipta.

Berfikir dan ber-tadabbur terhadap ciptaan Allah akan menambahkan keimanan kita kepada Allah ta’ala. Yang karenanya Allah ta’la menyeru manusia untuk senantiasa merenungi ciptaan ciptaanya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?” “Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?” “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Qs. Al Ghosyihah : 17-20).

Allah ta’ala pun memuji Ulul Albab (orang yang berakal/cerdas) dan menjelaskan kebiasaan mereka mentadaburi ayat ayat Allah ta’ala berupa ciptaan Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Al Imron : 190-191).

Allah pun membantah orang orang Musyrikin yang mengingkari hari kebangkitan. Mereka dengan akal mereka menyangka bahwa jiwa yang telah mati tidak akan mungkin bisa dihidupkan kembali. Mereka mengatakan, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” (Qs. Yasin : 78). Maka Allah pun menjelaskan, bahwa membangkitkan manusia tidak apa apanya dibandingkan dengan penciptaan alam semesta. Jika saja alam semesta yang luar biasa besarnya Allah mampu membuatnya, bagaimana hanya dengan sekedar membangkitkan manusia?! tentu saja Allah lebih mampu. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. Ghofir : 57).


Bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi?
Dalam Al Qur’an Allah ta’ala menjelaskan proses penciptaan langit dan bumi dengan jelas dan rinci. Yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan ilmu pengetahuan modern. Al Qur’an lah –disamping juga Sunnah- satu satunya sumber otentik yang bisa dipercaya. Adapun teori-teori yang dicetuskan oleh ilmuan ilmuan barat, maka semuanya dikembalikan kepada Al Qur’an. Jika sesuai maka diambil, namun jika berbeda maka Al Qur’an lebih di dahulukan.

Allah menciptakan langit dan bumi selama enam hari. Dimulai dari hari ahad dan berakhir dengan hari jum’at. Dengan alasan inilah hari jum’at menjadi hari raya bagi umat Islam1. Di hari itu Allah ta’ala selesai menciptakan langit dan bumi. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy…” (Qs. As Sajadah : 3).

Meskipun para ulama berbeda pendapat mengenai enam hari masa penciptaan langit dan bumi. Mayoritas ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan enam hari adalah ukuran hari hari biasa. Adapun pendapat yang lain menyatakan bahwa enam hari disitu berbeda dengan hitungan hari hari biasa, melainkan setiap harinya seperti 1000 tahun hari hari biasa (2.

Penciptaan bumi di dahulukan sebelum penciptaan langit. Sebagaimana ditunjukan oleh firman Allah (yang artinya), Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu kemudian Dia naik ke atas dan menjadikan tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Baqoroh : 29)

Karena ibarat sebuah bangunan, pondasi atau asas dibuat terlebih dahulu sebelum atap. Maka bumi adalah asas atau pondasi dan langit adalah atapnya.3 Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap” (Qs. Ghofir : 64).

Langit diciptakan dengan tujuh lapisan. Begitu juga dengan bumi. Meskipun kata bumi selalu disebutkan dalam bentuk tunggal dalam Al Qur’an. Tidak sebagaimana langit yang seringkali disebutkan dalam lafadz jamak. Namun ada sebuah ayat yang menunjukan bahwa bumi pun tujuh lapis sebagaimana langit. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Qs. At Tholak : 12).

Dan dikuatkan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barangsiapa berbuat kezaliman (menyerobot tanah orang lain meski hanya) sejengkal tanah, maka Allah akan menimbunnya dengan tujuh lapis bumi” (4.

Kemudian Allah memisahkan antara langit dan bumi, sehingga angin pun bertiup, hujan pun turun, tumbuhlah berbagai macam tumbuhan, gunung gunung ditancapkan ditempatnya, Allah menjadikan makhluk ciptaan berpasang pasangan, diciptakan kehidupan dari air, diciptakannya matahari sebagai penerang, dan bintang bintang serta rembulan sebagai hiasan. Semua itu bukti kebesaran Allah ta’ala. (5.

Jarak antara langit dan bumi adalah lima ratus tahun perjalanan. Begitu juga antara satu lapisan langit dengan lapisan selanjutnya. Disebutkan dalam hadits riwayat Abbas bin Abdul Mutthalib Radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi? Kami berkata, “Allah dan RosulNya lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda, “Jarak keduanya adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara satu langit dengan langit selanjutnya perjalanan lima ratus tahun, dan tebal setiap langit adalah perjalanan lima ratus tahun, dan diantara langit ketujuh dengan arsy ada laut yang jarak antara dasar dan atasnya adalah seperti jarak antara langit dan bumi, dan Allah diatas itu semua, tidak tersembunyi baginya amalan manusia….” (6.

Prinsip penting yang perlu kita kedepankan ketika membahas masalah azali (kejadian masa silam) atau masalah ghaib secara umum adalah tidak memberikan rincian tanpa bukti dan dalil yang shahih. Sebatas teori, tidak bisa dijadikan acuan. Karena Allah tidak akan menanyakan masalah ghaib yang kita tidak tahu dan yang tidak disebutkan dalam dalil.

Karena Allah ta’ala mencela memberikan komentar tentang masalah ghaib, yang tidak memiliki bukti.

Diantaranya masalah proses penciptaan alam semesta. Dalam al-Quran, Allah hanya memberikan keterangan global dan tidak rinci. Hanya dengan mengetahui secara global, tanpa menggali yang lebih rinci, itu sudah cukup bagi seorang muslim.

Allah tegaskan dalam al-Quran,

مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ

Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri (QS. al-Kahfi: 51)

Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,

فأما الأيام الستة التي خلق الله فيها السموات والأرض فهي غيب لم يشهده أحد من البشر، ولا من خلق الله جميعاً

Rentang 6 hari yang Allah jadikan waktu penciptaan langit dan bumi, sifatnya ghaib. Tidak ada satupun manusia yang menyaksikannya, tidak pula makhluk Allah semuanya. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 190003)


Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran

Allah ta’ala menceritakan proses penciptaan alam semesta dalam al-Quran. Ada yang bersifat global dan ada yang lebih rinci.

Dalam penjelasan global, Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi selama 6 hari. Allah tegaskan hal ini di tujuh ayat dalam al-Quran. Diantaranya,

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy. (QS. al-A’raf: 54).

Allah juga berfirman di surat al-Furqan,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ

Sungguh Aku telah menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada diantara keduanya dalam 6 hari, dan Aku tidak merasa capek. (QS. Qaf: 38).

Keterangan lainnya Allah sebutkan di surat Yunus (ayat 3), Hud (ayat 7), al-Furqan (ayat 59), as-Sajdah (ayat 4), dan al-Hadid (ayat 4).

Disamping penjelasan global, Allah juga memberikan penjelasan lebih rincin, di surat Fushilat (ayat 9 sampai 12), Dia berfirman,

قُلْ أَإِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَاداً ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ*

Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. (9)

وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ*

Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (10)

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِين*

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” (11)

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (12).


Makna Kata “Hari”
Selanjutnya, kita akan memahami makna kata ‘hari’ yang disebutkan dalam berbagai ayat di atas.

Ar-Raghib al-Asfahani mengatakan,

اليوم -في لغة العرب- يعبر به عن وقت طلوع الشمس إلى غروبها، وقد يعبر به عن مدة من الزمان أي مدة كانت

Kata ‘hari’ – dalam bahasa arab –, bisa digunakan untuk menyebut rentang waktu antara terbit matahari hingga terbenamnya. Bisa juga untuk menyebut rentang waktu tertentu. (al-Mufradat, hlm. 553).

Karena itulah, ulama berbeda pendapat dalam memahami kata ‘hari’ terkait proses penciptaan alam semesta.

Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa anNihayah menyebutkan perbedaan pendapat ulama tentang makna ‘hari’ dalam ayat di atas. Beliau menyatakan ada dua pendapat ulama tentang makna kata ‘hari’ terkait penciptaan langit dan bumi,

Pendapat Pertama, maknanya sebagaimana makna hari yang dikenal manusia, dimulai sejak terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

Pendapat Kedua, bahwa satu hari dalam proses penciptaan alam semesta itu seperti 1000 tahun dalam perhitungan manusia. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, Mujahid, ad-Dhahak, Ka’b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad sebagaimana keteragan beliau dalam ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah. Pendapat ini pula yang dinilai kuat oleh Ibnu Jarir at-Thabari. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/15).

Diantara ulama yang berpendapat bahwa satu hari sama dengan seribu tahun adalah al-Qurthubi. Beliau mengatakan dalam tafsirnya,

في ستة أيام” أي من أيام الآخرة أي كل يوم ألف سنة لتفخيم خلق السماوات والأرض….

Dalam waktu 6 hari, maksudnya adalah hari di akhirat, bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun, karena besarnya penciptaan langit dan bumi. (Tafsir al-Qurthubi, 7/219)


Bumi atau Langit Dulu?
Ada dua hal yang perlu dibedakan terkait proses penciptaan langit dan bumi, pertama, mengawali penciptaan (Ibtida al-Khalqi) dan kedua, penyempurnaan penciptaan (Taswiyah al-Khlqi).

Di surat Fushilat ayat 9 hingga 12 di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu sebelum langit. Sehingga, secara Ibtida al-Khalqi, bumi lebih awal dibandingkan langit. Namun penyempurnaan bumi (Taswiyah al-Khlqi), baru dilakukan setelah Allah menciptakan langit.

Ketika menafsirkan surat Fushilat di atas, Ibnu Katsir mengatakan,

فذكر أنه خلق الأرض أولا لأنها كالأساس، والأصل أن يُبْدَأَ بالأساس، ثم بعده بالسقف، كما قال: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ

Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi ibarat pondasi. Dan pertama kali, harusnya dimulai dengan pondasi. Kemudian setelahnya adalah atap. Sebagaimana yang Allah firmankan,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia berkehendak (beristiwa) menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit (al-Baqarah: 29)

Ibnu Katsir melajutkan dengen menjelaskan firman Allah di surat an-Nazi’at,

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ

Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,  Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.  Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.  Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.  Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (QS. an-Nazi’at: 27 – 33)

ففي هذه الآية أن دَحْى الأرض كان بعد خلق السماء ، فالدَّحْيُ هو مفسر بقوله: { أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا } ، وكان هذا بعد خلق السماء، فأما خلق الأرض فقبل خلق السماء بالنص

Dalam ayat ini disebutkn bahwa Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan setelah menciptakan langit. Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, ini dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas). (Tafsir Ibnu Katsir, 7/165).

Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Abbas yang diriwayat Bukhari dalam Shahihnya.

Dari Said bin Jubair bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnu Abbas beberapa ayat yang menurutnya bertentangan, diantaranya firman Allah tentang penciptaan langit dan bumi.

Orang ini menanyakan,
Di surat an-Nazi’at (ayat 27 – 30), Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan langit sebelum menciptakan bumi. Sementara di surat Fushilat (ayat 9 – 12) Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi sebelum menciptakan langit.

Jawab Ibnu Abbas,

خلق الأرض في يومين، ثم خلق السماء، ثم استوى إلى السماء، فسواهن في يومين آخرين، ثم دَحَى الأرض، ودَحْيُها: أن أخرج منها الماء والمرعى، وخلق الجبال والجماد والآكام وما بينهما في يومين آخرين، فذلك قوله: {دَحَاهَا} وقوله { خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ } فَخُلِقت الأرض وما فيها من شيء في أربعة أيام، وخلقت السماوات في يومين

Allah menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian Dia menciptakan langit. Kemudian dia beristiwa ke atas langit, lalu Allah sempurnakan langit dalam 2 hari yang lain. Kemudian Allah daha al-Ardha (menyempurnakan bumi). Bentuk penyempurnaan bumi adalah dengan Dia keluarkan dari bumi mata air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati, dataran tinggi, dan segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari. Itulah makna firman Allah, “Bumi dihamparkannya.” Sementara firman Allah, “Dia menciptakan bumi dalam 2 hari.” Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan semua langit dalam 2 hari. (HR. Bukhari secara Muallaq sampai al-Minhal, 16/85).

Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,

Allah menciptakan bumi 2 hari belum sempurna dan belum ada isinya. Kemudian menciptakan semua langit dalam 2 hari, dan terakhir Allah mengisi bumi dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari.

Keyakinan orang yahudi; Allah selesai menciptakan langit dan bumi di hari Jum’at dan beristirahat di hari Sabtu.

Orang Yahudi mencela Allah. Mereka mengatakan Allah ta’ala selesai menciptakan langit dan bumi di hari jum’at dan beristirahat di hari Sabtu 7. Mereka menyangka bahwa Allah ta’ala kelelahan setelah menciptakan langit dan bumi sehingga memerlukan istirahat, Maha Suci Allah atas apa yang mereka tuduhkan.

Allah pun membantah ucapan mereka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan” (Qs Qaf : 38).

Allah ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Allah berkehendak, bisa saja langit dan bumi diciptakan dengan sekejap. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (Qs. Yasin : 82).

Namun Allah memiliki Nama Al Hakim; Maha Bijaksana. Semua ketentuan Allah mengandung hikmah. Dengan proses penciptaan langit dan bumi Allah ingin menunjukan kepada makhluk Nya akan keagungan Allah. Dan mengajarkan bahwa segala sesuatu membutuhkan proses. Dengan ini manusia belajar bersabar.


Penciptaan lautan dan sungai-sungai
Diantara tanda tanda kekuasaan Allah di bumi adalah diciptakanannya lautan dan sungai sungai. Dengan lautan seseorang bisa berlayar mencari rizki. Disediakan ikan ikan yang segar untuk makanan manusia. Didalamnya terdapat berlian dan mutiara yang indah dan berharga. Semua itu diciptakan hanya untuk manusia.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung” “Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur” (As Syuro : 32-33).

”Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (Qs. Lukman : 31).

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Qs. An Nahl : 14).

Lautan dan sungai sungai adalah dua ciptaan yang menjadikan bumi semakin indah. Tidak heran ketika Allah menyebutkan syurga selalu dikaitkan dengan sungai sungai yang mengalir di bawahnya. Karena memang, tanpa sungai kehidupan akan terasa gersang. Dengan sungai dan lautan pula, udara menjadi bersih tidak tercemari oleh bangkai hewan. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika ditanya tentang bangkai ikan laut, beliau bersabda, “Dia (air laut) itu suci airnya dan halal bangkai (hewan) nya.” (8

Wallahu ‘Alam bis Shawab.


__________
Catatan kaki

1. Al bidayah wan nihayah (1/16)
2. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Dhohak, Mujahid (Lihat Al Bidayah Wan Nihayah, (1/16)
3. Al bidayah wan nihayah (1/17)
4. HR. Bukhori No. 2453 dan Muslim No. 1611
5. Lihat Al Bidayah wan Nihayah (1/17)
6. HR Abu Dawud (4723) Tirmidzi (3320) dan Ibnu Majah (193)
7. Lihat tafsir Ibnu Katsir atas ayat 38 dari surat Qof
8. Diriwayatkan oleh Malik dalam Muwatho’ (45) juga oleh Ashabus Sunan, dan disohihkan oleh Ibnu Khuzaimah (111).

Baca Juga :

Tidak ada komentar