Nerangkeun Harti Kabuyutan

Kang Rangga nerangkeun harti kabuyutan :

Kabuyutan asalna tina kecap uyut tawa puyut ngandung harti eta tempat ku jaman baheulana dianggap tempat anu aya patalina jeung luluhurna, boh tempat paranti tatapa makam jeung upacara upacara ritual jaman baheula.

Contona : Kabuyutan Cipaku (Sumedang), kabuyutan Ciburuy (Garut), Kabuyutan Linggahiang (Tasik), Kabuyutan Kanekes (Banten) jrrd, anu kalobaan di tanah Sunda.

Kabuyutan teh mangrupa tempat anu d anggap tempat suci atawa dimuliakeun, teu beda jeung candi candi anu aya di Jawa Tengah atawa Jawa Timur. Candi jeung kabuyutan saenyana anu ngandung harti nu sarua nyaeta mangrupa sesebutan pikeun tempat suci kaagaman atawa keperyaan jaman baheulana.

Mung aya bedana antara kabuyutan sareng Candi mah, kabuyutan skopena langkung luas teu sabatas kapercayaan agama jaman baheula.

Ada kalanya kabuyutan berfungsi sebagai kata sifat. Kata ini mengandung konotasi pada pertautan antargenerasi, bentangan waktu yang panjang, dan hal-ihwal yang dianggap keramat atau suci. Benda-benda tertentu, peninggalan para leluhur kerap dianggap kabuyutan, misalnya goong kabuyutan. Adapun satru kabuyutan alias musuh kabuyutan berarti musuh yang turun-temurun, dan sukar berakhir.

Kata ini juga bisa berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, arti kabuyutan merujuk pada tempat-tempat tertentu yang dianggap sakral. Wujudnya bisa berupa bangunan, tapi bisa juga berupa lahan terbuka yang ditumbuhi pepohonan.

Sebagai kata benda, kabuyutan punya arti yang lebih spesifik, yakni tempat pendeta atau pujangga dahulu kala bekerja, atau tempat kegiatan religius. Di kabuyutanlah orang-orang terpelajar itu menulis naskah, mengajarkan ilmu agama, atau memanjatkan doa.

Sebagai tempat kegiatan religius, kabuyutan kiranya memperlihatkan salah satu jejak kebudayaan Sundayana di tatar Parahyangan. Kadang-kadang tempat tersebut disebut pula mandala.

Kang Aji Guna nerangkeun : asalna tina basa Sunda nyaeta kecap Buyut, mun basa arabna Pahing atawa teu meunang atawa Larangan (Arab: Haram), KABUYUTAN mangrupa kawasan anu dianggap Suci dipager luweung Larangan, eusina Situs Suci pamujan (cara / tempat /media sinembah Karuhun baheula dina jamanna), kaasup makam / patilasan Karuhun anu dianggap Papatih Hurip mun maot / tilem / moksa, sok dipendem atawa sok ditetepkeun di Kabuyutan, sumawonna upama tilem / moksana di dinya.

Mang Kaby nerangkeun harti Kabuyutan :

Kabuyutan dalam Kosmologi Masyarakat Sunda dahulu merupakan tempat pendidikan moral dan spiritual yang alami (harmonis/menyatu dengan alam). Kabuyutan dalam konteks modern dapat disamakan dengan Sekolah Alam atau Pesantren Alam. Kabuyutan memiliki peran sangat penting dalam Tri Tangtu Masyarakat Sunda (Tiga Penentu Kebijakan Dunia) yang urutannya adalah Resi (Guru Pendidik), Ratu (Pemimpin Pemerintahan), dan Rama (Orang Tua Tokoh Masyarakat).

Hal tersebut juga tercermin dalam peribahasa yang beredar secara turun temurun di masyarakat Sunda yaitu Guru, Ratu, Wong Atua Karo. Guru ditempatkan ditempat yang paling penting (utama) karena masyarakat dahulu menyadari pentingnya pendidikan terutama pendidikan budi pekerti/ moral dan spiritual bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Teori modern dari dunia barat pun sangat menyadari pentingnya peranan Sumber Daya Manusia dan Pendidikan yang akan menentukan kemajuan suatu bangsa/ negara.

Negara Skandinavia di Eropa contohnya sangat memperhatikan sistem pendidikannya bahkan masyarakat digratiskan dalam memperoleh pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Begitu hal-nya dengan Jepang Pasca Pengemboman Hiroshima dan Nagasaki pertama kali yang diselamatkan adalah para guru karena merekalah kelak yang akan memberikan pendidikan kepada anak- anak dan generasi muda Jepang.

Kabuyutan jaman dahulu sifatnya gratis/sukarela bagi para pesertanya namun untuk menjalankan operasional Kabuyutan tersebut Raja/Pemimpin Pemerintahan menjamin segala kebutuhan Kabuyutan untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas. Salah satu Raja yang sangat menghormati dan melindungi Kabuyutan adalah Purnawarman, Maharaja Tarumanagara (memerintah 395 - 434 M).

Ketika Purnawarman berhasil melakukan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km), ia mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana (guru). Keterangan lain yang menunjukan bahwa Leluhur Sunda sangat menghargai Kabuyutan dapat dilihat dari Amanat Galunggung yang dibuat oleh Prabu Resi Guru Darmasiksa, Raja Sunda Galuh (memerintah 1175 – 1297 M, ia naik tahta 16 tahun pasca Prabu Jayabaya 1135 – 1159 M) dalam Amanat Galunggung terjemahannya: “Raja/ anak bangsa yang tidak bisa mempertahankan kabuyutan di wilayah kekuasaannya ia lebih hina ketimbang kulit musang yang tercampak di tempat sampah”. Ancaman dari Raja Sri Jayabupati (Raja Sunda, memerintah tahun 1030 M atau semasa dengan pemerintahan Raja Airlangga di Jawa Timur) dalam Prasasti Sanghyang Tapak (juga dikenal sebagai Prasasti Jayabupati atau Prasasti Cicatih), lebih berat lagi, "Hukuman mati bagi peruksak Kabuyutan". Hal tersebut menunjukan bahwa sangat pentingnya Pendidikan Moral dan Sp

itual bagi masyarakat Sunda waktu itu. Leluhur Sunda telah membangun banyak Situs-situs Kabuyutan di berbagai daerah di seluruh wilayah Tatar Sunda biasanya ditempatkan di lokasi yang sangat penting dan menjadi sumber kehidupan manusia diantaranya di sumber mata air, gunung, hutan, pinggir sungai (daerah aliran sungai), bukit, lembah, situ/ embung, telaga, dan tempat-tempat penting lainnya. Leluhur Sunda sangat cerdas dalam menentukan lokasi-lokasi tempat Kabuyutan itu dibangun oleh karenanya keberadaannya terus dilestarikan oleh masyarakat kampung yang menyadari pentingnya menjaga kabuyutan tersebut sesuai pikukuh/ pepatah leluhur yaitu "gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak, dan buyut teu meunang dirempak" artinya gunung sebagai sumber resapan air dan energi (geothermal) tidak boleh dihancurkan, daerah aliran sungai sebagai sarana irigasi untuk tanaman pangan tidak boleh dirusak, dan aturan moral spiritual tidak boleh dilanggar.


Ari nu apal mah mung laguna "KABUYUTAN" geuning kang kieu :

Geber...geber hihid aing, hihid aing kabuyutan...
Kerejet bangun wangunan SD/SMPna anu kalibas ku Jatigede.

Geber...geber hihid aing, hihid aing kabuyutan...
Kerejet tuntaskeun fasilitas Umum jeung fasilitas Sosial warga OTD Jatigede


Salam Santun

Baca Juga :

Tidak ada komentar