Situs Semar di Cipaku Darmaraja Sumedang
Situs SEMAR Keramat di Sirah Cipaku |
Cipaku, dalam Naskah Medang Kamulyan dari Darmaraja Sumedang, bahwa arti CIPAKU merupakan kepercayaan Sunda buhun, seperti berikut :
"...Bagenda
Syah Jeneng Ratu di Karajaan Medang Larangan, anu karatonna, dicipta
ku Sayyidina Sis alahis salam. Di Cai Paku satutasna surutna cai sagara
ngeueum alam medang kamulyan. Ari disebut Cai Paku ieu tempat mangrupa
pangeling-ngeling ieu tempat anu geus orot tina cai Sagara, loba tangkal
paku ku ayana prahara alam medang kamulyan ka keueum ku Cai Sagara".
Artinya:
Baginda Syah jadi Raja di Kerajaan Medang Larangan, yang
Singgasananya dibuat oleh Nabi Sis alaihis salam di Cipaku setelah air
laut surut menggenangi dunia. Yang di sebut Cipaku ini merupakan
peringatan tempat yang sudah surut dari air laut banyak pohon paku
karena prahara alam Dunia yang tergenang Air Laut.
Hampir semua di Pulau Jawa ada petilasan situs SEMAR baik, baik sejak peradaban sunda dahulu maupun dalam babad Jawa. Di Cipaku Darmaraja Sumedang terdapat Situs Keramat Semar di Sirah Cipaku di wilayah Kabuyutan Cipaku Darmaraja sebelum tergenang.
Menurut sesepuh PLB drs. Wisahya hanya mengatakan : "Situs purbakala lebih tua dari situs aji putih maupun situs resi putih (Arya Bimaraksa). Dan menurutnya Awal mulanya ada CIPAKU dari Buyut Semar ini, entah siapa yang menanamkan Batu Situs Semar tersebut tidak ada yang mengetahuinya"
Dari Buku
Dari Buku
Versi buhun masyarakat CIPAKU ada dualisme Haji Purwa Aji Putih Darmaraja yaitu yang beranggapan prabu aji putih telah menunaikan ibadah Haji ke Tanah suci Mekah seperti dalam blog kabuyutansunda.wordpress.com.
Namun ada pun menyangkal karena haji tersebut adalah Haji karena dalam adalah Haji Buhun Sunda.
Namun ada pun menyangkal karena haji tersebut adalah Haji karena dalam adalah Haji Buhun Sunda.
Selanjutnya menurut serat/riwayat kasumedangan, Darmaraja lainya, ada yang membuat tempat suci/tanah kehajian/tanah kewibawaan pada waktu itu. Kalau sekarang nabi Ibrahim alahis salaam (عليه السلام), yang membuat Mekah. Palsafah tersebut hampir sama dengan di Cirebon Girang, yang mempunyai falsafah haji purwa (mimiti - awal) peninggalan-peninggalan Prabu Cakra Buana (Walangsungsang).
Bila dikaitkan dengan Prabu Haji Purwa Aji putih, seperti Prabu aji putih yang menyandang haji ini menurut Bayu Kusumah Adinata bukan Haji yang berangkat ke tanah Suci.
"Kata haji disini bukan haji yang ziarah ketanah suci mekah, Lemah sagandu Cipaku merupakan tanah suci/tanah kehajian/tanah kewibawaan, haji disini mengandung arti kaji (diajarkann/diaji/diolah) untuk Dharma menjadi Raja sehingga digelarkan Haji Purwa di Dharmaraja atau Raja Pertama di Dharmaraja," Kata Bayu Kusumah Adinata.
Lalu kenapa ada situs SEMAR di Cipaku?
Prabu Tadji Malela atau Prabu Resi Agung "Cakra" Buana gelar tersebut dinobatkan Prabu Aji Putih, sewaktu yang telah memaknai ajaran Tarekat Kacipakuan dari ayahnya Prabu Aji Putih.
Prabu Tadji Malela adalah seorang Prabu, Raja yang sakti, tetapi yang menonjol adalah ia seorang yang mengingkari keberadaan dewa-dewa, oleh karena itulah ia digelarkan Prabu Resi Agung Cakra Buana, saat itu ia telah beragama Sunda Islam, secara maknawi Cakra berarti menolak dan Sanghyang berarti wafat tak meninggalkan jasad.
Kedalaman Spiritual Eyang Haji Aji Putih terpancar dalam Syahadat Cipaku sebagai berikut,
“Asyhadu syahadat cipaku, sang kuncung batara wenang, ku Alloh sira sanika langit ngait, jagat rampak. Tarima badan kaula sirna Adam, ku Allah, Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah.”
Maknanya adalah Mengaku dan menyaksikan atas tanah kelahiran Cipaku, sesuatu yang berdiri dengan menjulur ke langit. Atas kehendak dan kepandaian (Batara) Yang Maha Kuasa. Oleh Tuhan kamu sekalian membenarkan langit seperti menggantung, bumi rata. Terimalah badanku setelah Adam lenyap oleh Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah"
Adanya Situs Semar di Sirah Cai (Air Hulu) Cipaku sering dikaitkan dengan falsapah/ageman sunda wiwitan, yaitu Sanghyang Ismaya (Semar).
Berdasarkan Naskah Sewaka Darma Kabuyutan Ciburuy yang dibuat pada tahun
1405 Saka (1484 Masehi) dan mengacu kepada konsep Papat Kalima Pancer
maka di Tatar Sunda ada Lima Daerah Cipaku yang terdiri dari Satu Cipaku
sebagai pusatnya/Pancer dan Empat Cipaku lainnya tersebar sesuai arah
penjuru mata angin yaitu Cipaku Timur, Cipaku Barat, Cipaku Utara, dan
Cipaku Selatan.
~ Cipaku Timur (Purwa) Sumedang : Mandala Timur Sunda yang memiliki simbol warna PUTIH, dengan material perak tempat Hyang Iswara. Merupakan penanda pagi hari, namun sekaligus sebagai penanda awal peradaban manusia, jaman para leluhur bangsa.
~ Cipaku Selatan (Daksina) Garut : Mandala Selatan Sunda yang memiliki simbol warna MERAH dengan material tembaga atau api/Braja, tempat tinggal Hyang Brahma. Merupakan penanda siang hari, namun juga sebagai penanda jaman beradab atau masa kejayaan (kemakmuran).
~ Cipaku Barat (Pasima) Bogor : Mandala Barat Sunda yang memiliki simbol warna KUNING dengan material emas/bokor tempat tinggal Hyang Mahadewa, merupakan penanda senja hari (sore), tetapi juga sebagai penanda menurunnya masa kejayaan atau lunturnya jaman kemakmuran.
~ Cipaku Utara (Utara) Subang : Mandala Utara Sunda yang memiliki simbol warna HITAM dengan material besi/Tarum, tempat tinggal Hyang Wisnu. Merupakan penanda malam hari, yang juga menunjukan keruntuhan kejayaan manusia atau kehancuran peradaban manusia untuk menyelamatkan kehidupan mahluk-mahluk lain (non-manusia) di Bumi.
~ Cipaku Tengah (Madya) Bandung : Mandala Tengah Gunung Sunda Purba yang memiliki simbol SEGALA WARNA Cahaya di Pusat yang merupakan tempat tinggal tempat Hyang Siwa. adalah penanda penguasa waktu/era/jaman yang mengembalikan segala kehidupan di Bumi seperti pada mulanya, jaman sebelum manusia menguasai (merusak) planet Bumi.
~ Cipaku Selatan (Daksina) Garut : Mandala Selatan Sunda yang memiliki simbol warna MERAH dengan material tembaga atau api/Braja, tempat tinggal Hyang Brahma. Merupakan penanda siang hari, namun juga sebagai penanda jaman beradab atau masa kejayaan (kemakmuran).
~ Cipaku Barat (Pasima) Bogor : Mandala Barat Sunda yang memiliki simbol warna KUNING dengan material emas/bokor tempat tinggal Hyang Mahadewa, merupakan penanda senja hari (sore), tetapi juga sebagai penanda menurunnya masa kejayaan atau lunturnya jaman kemakmuran.
~ Cipaku Utara (Utara) Subang : Mandala Utara Sunda yang memiliki simbol warna HITAM dengan material besi/Tarum, tempat tinggal Hyang Wisnu. Merupakan penanda malam hari, yang juga menunjukan keruntuhan kejayaan manusia atau kehancuran peradaban manusia untuk menyelamatkan kehidupan mahluk-mahluk lain (non-manusia) di Bumi.
~ Cipaku Tengah (Madya) Bandung : Mandala Tengah Gunung Sunda Purba yang memiliki simbol SEGALA WARNA Cahaya di Pusat yang merupakan tempat tinggal tempat Hyang Siwa. adalah penanda penguasa waktu/era/jaman yang mengembalikan segala kehidupan di Bumi seperti pada mulanya, jaman sebelum manusia menguasai (merusak) planet Bumi.
Dahulu Kabuyutan Cipaku bernama Leuweung Larangan Cipeueut (Cipeueut)
sebelum Abad ke-7 Masehi setelah Prabu Guru Aji Putih (Eyang Haji Aji
Putih) yang merupakan Cucu dari Wretikandayun Raja Sunda Galuh keturunan
Tarumanagara dari sisi Ayahnya yaitu Resi Sanghyang Agung Arya
Bimaraksa Ki Balangantrang dan Cucu dari Resi Demunawan Saunggalah
Kuningan dari Sisi Ibunya Ratu Dewi Komara, berkontemplasi di Situs
Cipeueut.
Aria Bimaraksa sendiri adalah patih dari kerajaan Galuh lantas kenapa pindah ke Dharmaraja. Dugaan tersebut menjadi kenyataan Istana Galuh diserang oleh pasukan
Sandjaya didalam pertempuran Prabu Purbasora diusia tuanya gugur
ditangan Sandjaya, Sedangkan Patih Bimaraksa beserta keluarganya berhasil meloloskan diri
kedalam hutan belantara dan pasukan sondjaya kehilangan Jejak Patih
Bimaraksa, Patih Bimaraksa beserta keluarganya melakukan perjalanan yang sangat
jauh kearah utara untuk mencari tempat sesuai dengan papat kalima pancer yang dipercayai ageman Sunda Wiwitan, melintasi hutan lebat dan melintasi gunung penuh, Mandalasakti, Gunung Sangkan Jaya, Gunung Nurmala dan berakhir dikampung Muhara Leuwi Hideung Cipeueut Cipaku Darmaraja.
Di Cipeueut ia mulai ngababakan/membuat kampung dan diberi nama Cipaku. Disinilah Patih Arya Bimaraksa mendirikan Padepokan Tembong Agung dan tempat berkontemplasi sekaligus mendidik berbagai ilmu kebatinan dan kanurgan putranya Adji putih yang dipersiapkan sebagai Pemimpin yang tangguh. Karena Lemah Sagandu Cipaku merupakan tanah suci/tanah kehajian/tanah kewibawaan, aji disini mengandung arti aji (kaji batin/kanuragan) untuk menjadi Raja sehingga digelarkan Haji Purwa di Dharmaraja atau Raja Pertama di Dharmaraja.
Di Cipeueut ia mulai ngababakan/membuat kampung dan diberi nama Cipaku. Disinilah Patih Arya Bimaraksa mendirikan Padepokan Tembong Agung dan tempat berkontemplasi sekaligus mendidik berbagai ilmu kebatinan dan kanurgan putranya Adji putih yang dipersiapkan sebagai Pemimpin yang tangguh. Karena Lemah Sagandu Cipaku merupakan tanah suci/tanah kehajian/tanah kewibawaan, aji disini mengandung arti aji (kaji batin/kanuragan) untuk menjadi Raja sehingga digelarkan Haji Purwa di Dharmaraja atau Raja Pertama di Dharmaraja.
Kedalaman Spiritual Eyang Haji Aji Putih terpancar dalam Syahadat Cipaku
sebagai berikut,
“Asyhadu syahadat cipaku, sang kuncung batara wenang, ku Alloh sira sanika langit ngait, jagat rampak. Tarima badan kaula sirna Adam, ku Alloh, Ya Alloh, Alloh, Alloh.”
Maknanya adalah Mengaku dan menyaksikan atas tanah kelahiran Cipaku, sesuatu yang berdiri dengan menjulur ke langit. Atas kehendak dan kepandaian (Batara) Yang Maha Kuasa. Oleh Tuhan kamu sekalian membenarkan langit seperti menggantung, bumi rata. Terimalah badanku setelah Adam lenyap oleh Alloh, Ya Alloh.
Salah satu kearifan lokal Kabuyutan Cipaku, Syahadat Cipaku, tentang kedalaman spiritual tentang Ketauhidan, bagaimana leluhur dahulu berserah diri kepada Tuhan Yang maha Esa, Nu Kawasa, Nu Ngersakeun, Nu Maha Murbeng Alam.
Pelaksanaan Ilmu Cipaku, Ilmu Tauhid dalam kehidupan sehari- hari disebut sebagai Tukuh Cipaku, Tukuh Cipaku adalah konsistensi dan persistensi menjalankan Ilmu Cipaku bahwa seluruh kehidupan ini hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga Tukuh Cipaku dikenal dengan istilah CIcingan, PAgeuhkeun, dan KUkuhkeun (diamkan, kuatkan, dan kokohkan).
“Asyhadu syahadat cipaku, sang kuncung batara wenang, ku Alloh sira sanika langit ngait, jagat rampak. Tarima badan kaula sirna Adam, ku Alloh, Ya Alloh, Alloh, Alloh.”
Maknanya adalah Mengaku dan menyaksikan atas tanah kelahiran Cipaku, sesuatu yang berdiri dengan menjulur ke langit. Atas kehendak dan kepandaian (Batara) Yang Maha Kuasa. Oleh Tuhan kamu sekalian membenarkan langit seperti menggantung, bumi rata. Terimalah badanku setelah Adam lenyap oleh Alloh, Ya Alloh.
Salah satu kearifan lokal Kabuyutan Cipaku, Syahadat Cipaku, tentang kedalaman spiritual tentang Ketauhidan, bagaimana leluhur dahulu berserah diri kepada Tuhan Yang maha Esa, Nu Kawasa, Nu Ngersakeun, Nu Maha Murbeng Alam.
Pelaksanaan Ilmu Cipaku, Ilmu Tauhid dalam kehidupan sehari- hari disebut sebagai Tukuh Cipaku, Tukuh Cipaku adalah konsistensi dan persistensi menjalankan Ilmu Cipaku bahwa seluruh kehidupan ini hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga Tukuh Cipaku dikenal dengan istilah CIcingan, PAgeuhkeun, dan KUkuhkeun (diamkan, kuatkan, dan kokohkan).
Prabu Aji Putih setelah menjadi Raja Pertama Sumedanglarang (aji Purwa Dharmaraja), membangun Kabuyutan Cipaku dan
membaginya kedalam tiga Daerah yaitu Tri Tangtu Di Buana (Tiga Penentu
Kebijakan Dunia) dimana masing-masing daerah bertugas sebagai berikut Kampung Cipaku sebagai kampung Karesian yang bertugas sebagai Pusat
Pendidikan Moral dan Spiritual, Kampung Paku Alam sebagai Karatuan yang
bertugas menjalankan roda pemerintahan, dan Kampung Karangpakuan yang
bertugas sebagai Karamaan yang menjaga kesejahteraan dan kemakmuran.
Lemah
Sagandu Kabuyutan Cipaku adalah, merupakan sebuah lembah diapit oleh
oleh bukit dan gunung diantaranya gunung Paregreg, bukit Pasiringkik,
gunung Jagat, dan gunung Penuh. Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku merupakan
tempat para raja berkontemplasi berdzikir memuja Yang Maha Kuasa, Hyang
Tunggal, Batara Tunggal, Nu Kawasa, Nu Ngersakeun, Nu Maha Murbeng Alam
untuk menjadi Raja/Pemimpin yang amanah, putih bersih hatinya, tidak
punya niat buruk, niatnya selalu bersih suci ingin memakmurkan rakyatnya
saja karena ber-dharma untuk Yang Maha Kuasa didasari niat berbakti ke
Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur alam semesta ini.
Seorang pemimpin yang baik dengan hati bersih tentunya akan dikenang
sepanjang masa, mengabadi, nama baiknya tidak pernah mati, selalu
dikenang dan disebut selalu. itulah maksud tidak akan bisa sakit dan
tidak akan bisa mati. Orang berhati suci bersih tidak akan pernah merasa
sakit hati semuanya berawal dari hati dan pikiran kalau tidak merasakan
rasa sakit bagaimana bisa sakit? Tidak bisa mati? Fisiknya mungkin mati
dan dikubur tapi Namanya tidak pernah mati . Seperti halnya Resi Guru
Aji Putih secara fisik sudah mati tapi secara nama dan ilmunya selalu
hidup di para cucu dan cicitnya yang masih mengenangnya, menuliskannya,
dan mengamalkan ilmunya.
Berita China tahun 132 mengungkap Pein sebagai nama raja dari
Kerajaan Ye-tiau yang meminjamkan Materai Mas dan Pita Ungu kepada
Maharaja Tiao-pien.
Menurut G.Ferrand Tiao-pien adalah Jawadwipa dan Rajanya adalah
Dewawarman yang menjadi raja di Kerajaan Salakanagara yang didirikan
pada tahun 52 Saka atau 130/131 Masehi (Krom, 1931).
Buku Geographike Hyphegesis disusun 150 M, Claudius Ptolemaeus
(Plato) menyebut nama tempat Argyre yang berlokasi di Ujung Barat
Labadiou. Kata Argyre mengandung makna logam PERAK. Plato Menulis
tentang The Lost Atlantis (Pusat Peradaban Manusia yang hilang ditelan
bencana).
Situs Cipeueut Aji Putih di Kabuyutan Cipaku, Darmaraja
Sumedang merupakan Hulu-nya Cirebon (Cirebon Girang) yang merupakan
perbatasan antara Jawa dan Sunda, yang dimaksud Ujung Barat Labdiou
adalah ujung barat Jawa, bukan ujung barat pulau jawa tapi Cirebon yang
merupakan ujung perbatasan Jawa dan Sunda.
Plato datang ke Pelabuhan Cirebon bersamaan dengan Kedatangan Pedagang
China yang datang ke Cirebon juga lalu Bertemu Resi Agung Aji Putih dan
mengetahui tentang Mandala Perak/Argyre yang subur makmur gemah ripah
loh jinawi, Kampung Buhun yang berlahan subur, memiliki hutan rimbun,
yang indah, damai, lestari, harmonis, dan agamis tatanan kehidupan
sosial budaya yang indah bak laksana di Surga.
Kalau melihat peta dunia Pedagang China secara alami akan lebih mudah
berlabuh di Cirebon dan sampai sekarang Pedagang China pun banyak yang
masih bermukim di Cirebon. Secara historis dari dahulu kala sampai
sekarang alur perdagangan melalui laut memang demikian.
Ismaya, Iswara, Semar, Mandala Cipaku Sumedang, Situs Cipeueut Aji
Putih adalah, menyeimbangkan alam semesta. Tempat para raja
bertapa/bersemedi/ berkontemplasi/berserah diri kepada Tuhan Semesta
Alam di kaki Gunung Tapa Domas (Tampomas) .
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra SangHyang Tunggal, ia
diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:
1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan
Kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau
kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar,
Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku,
Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk
menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasai
manusia di alam dunia.
Di Lemah Sagandu itulah para leluhur Sunda sumedanglarang melalui Situs-situs
kabuyutannya melakukan Tasyakur, Tafakur, dan Tadzakur lalu mengajarkan
kepada murid-muridnya tentang moral dan spiritual yang baik untuk
menjadi Pribadi yang Nyunda, Cageur, Bageur, Bener, Singer, dan
Pinter untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan alam semesta ini.
FILOSOFI SEMAR
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.
Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/peribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.
Kain semar Parangkusumorojo : perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.
Ciri sosok semar adalah :
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa, Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi :
Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma“, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.
Mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara (Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25). Ia merupakan tokoh asli Jawa yang paling berkuasa (Brandon dalam Suseno, 1988 : 188). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ”menjelma” (menjadi manusia) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan.
Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa (Poedjowijatno, 1975 : 49) Semar diyakini sebagai pamong dan dahyang pulau Jawa dan seluruh dunia (Geertz 1969 : 264). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya (Suseno 1988 : 190). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe, sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana, menjaga kedamaian dunia (Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193)
Dari segi etimologi, joinboll (dalam Mulyono 1978 : 28) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ”cahaya“, jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau penerangan, sehingga ia disebut juga SANG NURCAHYA atau SANG NURRASA (Mulyono 1978 : 18) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula (Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto (1969 : 31) berpendapat dan menggambarkan (dalam bentuk kaligrafi) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah.
Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ”pimpinan rahmani” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih (Timoer, tt : 13). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” (Timoer 1994 : 4), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta.
FILOSOFI SEMAR
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.
Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/peribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.
Kain semar Parangkusumorojo : perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.
Ciri sosok semar adalah :
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa, Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi :
Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma“, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.
Mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara (Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25). Ia merupakan tokoh asli Jawa yang paling berkuasa (Brandon dalam Suseno, 1988 : 188). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ”menjelma” (menjadi manusia) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan.
Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa (Poedjowijatno, 1975 : 49) Semar diyakini sebagai pamong dan dahyang pulau Jawa dan seluruh dunia (Geertz 1969 : 264). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya (Suseno 1988 : 190). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe, sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana, menjaga kedamaian dunia (Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193)
Dari segi etimologi, joinboll (dalam Mulyono 1978 : 28) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ”cahaya“, jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau penerangan, sehingga ia disebut juga SANG NURCAHYA atau SANG NURRASA (Mulyono 1978 : 18) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula (Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto (1969 : 31) berpendapat dan menggambarkan (dalam bentuk kaligrafi) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah.
Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ”pimpinan rahmani” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih (Timoer, tt : 13). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” (Timoer 1994 : 4), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta.
Untuk mengetahui lebih dalam makna simbol yang terkandung daripada situs SEMAR ini yang merujuk saya jelaskan sebagai berikut :
Nabi Adam dan Nabi Syits
Beliau adalah Anak Adam, dari keturunan/Anak Tunggal Nabi Adam alayhissalam. Karena Anak Adam alaihissalam yang lainnya kembar semuanya, beliau itulah yang disebut-sebut nabi Syits alayhissalam, putra nabi Adam as, yang kondang kearifannya, dan paling kuat lelaku riyadhoh/tirakatnya
Yang mana menjadi Cikal bakalnya Filosofi Jawa, yang berbudi pekerti. Dikenal sebagai Tokoh Ma’rifat yang paling Sepuh/Tua pada Zamannya.
Generasi dari nabi Adam alayhissalam inilah yang paling disayang oleh Ayahandanya Sebab nabi Sis alayhisalam. (putra nabi Adam alayhissalam) patuh dan sangat rajin ibadahnya
Nabi Syits juga termasuk Guru Nabi Idris alayhisalam yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, Menjinakkan kuda dan lain-lain. Nabi Syits menerima 50 shohifah. Makna Syis adalah pemberian Allah. Syits itu putra nabi Adam alayhisalam. Yang paling bagus diantara putra-putranya, paling tampan, utama dan yang paling sregep dan paling mirip dengan bapaknya serta paling disayangi.
Allah menurunkan 30 shohifah kepada nabi Idris alayhisalam. Nabi Idris adalah termasuk deretan 25 nama-nama nabi yang wajib diketahui dan dipercayai. Beliau terkenal seorang nabi yang paling pintar, paling pandai dan cerdas, sehingga beliaulah yang mula-mula pandai menulis dengan kalam (pena). Kalau muridnya saja luar biasa, cerdik cendikianya, apalagi Gurunya.
Nabi idris alayhisalam adalah nabi pertama yang menjadi penduduk Langit dan telah mempusakai Surga, yang mana beliau pada zamannya itu seharusnya masih hidup didunia fana ini sebagai penduduk bumi, namun tak lagi berada di Alam fana ini.
Begitupun dengan Nabi Isa alayhisalam yang telah di Angkat ke surga! Oleh karena itu, semula Langit dan seisinya berbangga karena disana Sudah Ada dua orang Nabi, sehingga konon kemudian Bumi mayapada inipun memohon pada Illahi Rabb, agar ditinggali Dua orang Nabi juga yang mana seharusnya Beliau itupun sudah menjadi Penduduk Langit, tetapi Kemudian keduanya masih hidup sampai sekarang, yang mana keduanya termasuk golongan al Munzharin yaitu yang ditangguhkan kematiannya. Oleh karena Adanya sifat Maha Welas Asih, serta Maha Adil Allah swt maka akhirnya,. permohonan tersebut dikabulkanNya, Supaya adil, disisakan Nabi Ilyas alayhissalam yang menjaga wilayah daratan Bumi dan juga beserta Nabi Khidir alayhissalam yang menjaga Air, keduanya masih hidup sampai sekarang, konon bisa ditemui Oleh Manusia tertentu yang terpilih diantara yang terpilih! Fa insha Allah maka dari itu, harusnya penduduk bumi berbangga, turut Bergembira ria, atas semua anugerah ini, sungguh luar biasa yang bisa dipertemukan.
Disamping Nabi Idris alayhissalam itu beliau banyak memperoleh ilmu-ilmu yang pada zaman itu belum ada (muncul) seperti : merandak kuda, ilmu binatang, ilmu berhitung, menggunting pakaian dan menjahitnya. Beliau dinamakan Idris karena beliau seorang ahli membaca dan mempelajari kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Adam alayhisalam dan Syits alayhisalam. Nabi Idris alayhisalam yang keturunan dari Nabi Syits dan nabi Adam juga menjadi kakak bapak nabi Nuh alayhisalam.
Telah diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kepada manusia untuk beriman dan mempercayai Allah Tuhan sekalian alam, karena pada zamannya banyak manusia yang senang berbuat durhaka, melakukan kekejian dan kedhaliman baik terhadap keluarga maupun terhadap lingkungan masyarakat, sehingga beliau tidak segan-segan melakukan tindakan dengan memerangi orang-orang yang berbuat dholim ataupun durhaka kepada Allah SWT. Dengan keberanian dan kekuatan yang dimiliki Nabi Idris untuk memerangi orang-orang yang berbuat durhaka kepada Allah, maka Nabi Idris alayhisalam mendapatkan derajat yang sangat tinggi disisi Allah SWT dan kepadanya diberikan gelar” Asadul-Usud” (artinya : Singa dari segala singa).
Nabi Sis alayhisalam adalah penerus dari Nabi Adam alayhisalam yang diberikan wasiat oleh Adam alayhisalam untuk senantiasa beribadah siang dan malam. Ibnul Atsir menyebutkan bahwa : Syts senantiasa melakukan haji dan umroh hingga ajal menjemputnya dan beliau juga mengumpulkan lembaran-lembaran yang diturunkan kepadanya dan juga kepada Adam alayhisalam, lalu mengamalkan isinya. Disamping itu, beliau itupun telah membangun ka’bah dengan batu dan tanah. (Al Kamil Fii at Tarikh, juz I hal. 17).
SILSILAH LELUHUR MENURUT JAWA DWIPA
Sebenarnya pohon silsilah itu ada 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Sejarah Silsilah Manusia
2. Sejarah Silsilah Jan yang sama sekali tidak di ketahui Manusia
3. Sejarah Silsilah Campuran (Manusia dan Banu Jan), inipun tidak banyak di ketahui kecuali dari Nabi SIS alahis salam saja
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
1. NABI ADAM AS (SANGHYANG JANMAWALIJAYA/SYANGHYANG ADHAMA) USIA 960 TH
a. PERTAMA KALI SEMBA-HYANG/SHOLAT SUBUH 2 ROKAAT DISYAREATKAN KEPADA NABI ADAM ALAHIS SALAM
b. MENIKAH DENGAN SITI HAWA (SYANG DEWI JANMAWANUJAYA/SANG DEWI KAWAHNYA)
c. Puncak solatul ilmi nabi Adam. as (memberikan ASMA kepada semua binatang, tumbuhan dsb)
2. NABI SIS AS (SANGHYANG SYTA)
a. PUTRA KE 6 NABI ADAM AS
b. KELAHIRANNYA TIDAK MELALUI RAHIM SITI HAWA
Menurut sebuah riwayat (hadist hudsi) nabi adam berdebat dengan siti hawa masalah rebutan anak dan ALLAH swt bersabda : Wahai kalian berdua keluarkanlah benih kalian masing-masing, keduanya lalu menaruh benihnya (sperma dan sel telur) terpisah di dalam cawan, hari demi hari benih (sperma) nabi Adam alahis salaam hidup dan disemaikan oleh kandungan alam semesta. (planit sempurna yaitu bumi yang subur) dan tumbuhlah benih itu menjadi seorang bayi yang dinamakan SIS (sanghyang Sita/sanghyang esis). Sedangkan benih hawa membusuk tidak jadi orang bayi benih itu, lalu diambil pleh azazil, kemudian di beri daya hidup, dipuja azajil memohon kepada ALLAH SWT, agar benih hawa itu menjadi seorang anak doa azajil di abulkan ALLAH SWT dan jadilah bayi perempuan yang menjadi putri dari azazil dan putri itu diberi nama, Dewi Dlajah, yang dikemudian hari menjadi istri nabi sis alahis salaam, yang melahirkan sayid anwar yang menurunkan para dewa, demikian penjelasan tersebut. waullahu alam bisawab.
c. MENERIMA 50 SUHUF/SHOHIFAH/MUSHAF
d. IA MEMBANTU KABIL DALAM MEMERANGI BANI QOBIL
e. USIA 900 TAHUN NABI SISI WAFAT
3. SALAH SATU PUTRANYA SAYID ANWAR (SANGHYANG NUR CAHYA) YANG MELAHIRKAN PARA DEWA, MENIKAH DEWI NURINI BINTI PRABU NURHADI BIN PRABU RAWANGIN BIN PRABU SANGHYANG MALIJA BIN SANGHYANG BABAR BUANA BIN AZAJIL
Sebenarnya pohon silsilah itu ada 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Sejarah Silsilah Manusia
2. Sejarah Silsilah Jan yang sama sekali tidak di ketahui Manusia
3. Sejarah Silsilah Campuran (Manusia dan Banu Jan), inipun tidak banyak di ketahui kecuali dari Nabi SIS alahis salam saja
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
1. NABI ADAM AS (SANGHYANG JANMAWALIJAYA/SYANGHYANG ADHAMA) USIA 960 TH
a. PERTAMA KALI SEMBA-HYANG/SHOLAT SUBUH 2 ROKAAT DISYAREATKAN KEPADA NABI ADAM ALAHIS SALAM
b. MENIKAH DENGAN SITI HAWA (SYANG DEWI JANMAWANUJAYA/SANG DEWI KAWAHNYA)
c. Puncak solatul ilmi nabi Adam. as (memberikan ASMA kepada semua binatang, tumbuhan dsb)
2. NABI SIS AS (SANGHYANG SYTA)
a. PUTRA KE 6 NABI ADAM AS
b. KELAHIRANNYA TIDAK MELALUI RAHIM SITI HAWA
Menurut sebuah riwayat (hadist hudsi) nabi adam berdebat dengan siti hawa masalah rebutan anak dan ALLAH swt bersabda : Wahai kalian berdua keluarkanlah benih kalian masing-masing, keduanya lalu menaruh benihnya (sperma dan sel telur) terpisah di dalam cawan, hari demi hari benih (sperma) nabi Adam alahis salaam hidup dan disemaikan oleh kandungan alam semesta. (planit sempurna yaitu bumi yang subur) dan tumbuhlah benih itu menjadi seorang bayi yang dinamakan SIS (sanghyang Sita/sanghyang esis). Sedangkan benih hawa membusuk tidak jadi orang bayi benih itu, lalu diambil pleh azazil, kemudian di beri daya hidup, dipuja azajil memohon kepada ALLAH SWT, agar benih hawa itu menjadi seorang anak doa azajil di abulkan ALLAH SWT dan jadilah bayi perempuan yang menjadi putri dari azazil dan putri itu diberi nama, Dewi Dlajah, yang dikemudian hari menjadi istri nabi sis alahis salaam, yang melahirkan sayid anwar yang menurunkan para dewa, demikian penjelasan tersebut. waullahu alam bisawab.
c. MENERIMA 50 SUHUF/SHOHIFAH/MUSHAF
d. IA MEMBANTU KABIL DALAM MEMERANGI BANI QOBIL
e. USIA 900 TAHUN NABI SISI WAFAT
3. SALAH SATU PUTRANYA SAYID ANWAR (SANGHYANG NUR CAHYA) YANG MELAHIRKAN PARA DEWA, MENIKAH DEWI NURINI BINTI PRABU NURHADI BIN PRABU RAWANGIN BIN PRABU SANGHYANG MALIJA BIN SANGHYANG BABAR BUANA BIN AZAJIL
4. SANGHYANG NURASA
a. MENIKAH DENGAN DEWI SARWATI BINTI PRABU RAWANGIN BIN PRABU SANGHYANG MALIJA BIN SANGHYANG BABAR BUANA BIN IDAJIL
b. MEMPUNYAI TIGA ANAK
a. SANG HYANG WENANG
b. SANG HYANG WENING/DARMAJAKA (MENDIRIKAN KERAJAAN DI SRI LANKA)
c. SANG HYANG TAYA
5. SANG HYANG WENANG (SANGHYANG WISESA)
a. MENIKAH DENGAN DEWI SAOTI BINTI PRABU HARI (RAJA KELING INDIA) SANGHYANG KALINGGA PATI
6. SANGHYANG TUNGGAL PUNYA DUA ISTRI
a. ISTRI PERTAMA DEWI RAKTI BINTI SANGHYANG SUYUD (RAJA JIN), MEMPUNYAI 3 ORANG ANAK, YAITU :
2. SANGHYANG ANTAGA (TOGOG)
3. SANGHYANG MANIK MAYA (BETARA GURU)
b. ISTRI KEDUA DEWI DARMANI BINTI SANG HYANG DARMAJAKA BIN SANG HYANG NURASA, MEMPUNYAI 3 ORANG ANAK, YAITU :
1. SANGHYANG DARMA DEWA
2. SANGHYANG DARMASTUTI
3. SANGHYANG DEWANJALI
7. SANGHYANG MANIKMAYA (BETARA GURU) PUNYA 10 ORANG ANAK DARI TIGA ISTRI
a. ISTRI KESATU DEWI UMA MEMPUNYAI 5 ORANG ANAK, YAITU :
1. BATARA SAMBU
2. BATARA BRAHMA
3. BATARA INDRA
4. BATARA BAYU
5. BATARA WHISNU
1. SANGHYANG GANESA
2. SANGHYANG KUMARA/SANGHYANG MAHADEWA
3. SANGHYANG ASMARA
c. ISTRI KETIGA DEWI ANJANI
1. SANG HANUMAN (KERA PUTIH YANG SAKTI)
2. PUTRA YANG LAIN ADALAH BETARA KALA
8. BATARA BRAHMA/SRIMAHAPUNGGUNG/DEWA BRAMA MENIKAH DENGAN DEWI SARASWATI
Post a Comment