Uga Keuyeup Bodas dan Mithos Gempa di Jepang

Sehubungan dengan adanya pertanyaan apakah itu Uga dan apakah itu Keuyeup Bodas perkenankan kami untuk menjelaskan apa itu Uga dan apa itu Keuyeup Bodas. Uga dalam Bahasa Sunda disebut juga Cacandran atau pesan- pesan atau perkataan leluhur zaman dulu yang disampaikan dalam tradisi lisan secara turun temurun dari generasi ke generasi dari orang tua kepada anak cucu nya agar anak cucunya terhindar dari bahaya dan musibah selalu ada dalam keselamatan. Kata-katanya berisi bahasa simbolis atau kode yang harus dipecahkan dan dipahami dengan menggunakan logika akal sehat dan common sense. Budaya Sunda mengenal Sindir, Sampir, Silib, Siloka, Uga, Sasmita, tradisi Sastra Lisan Sunda ini sudah beredar secara turun temurun.

Lalu apa makna Uga Keuyeup Bodas Jatigede? Kami berusaha memahami Simbol-simbol dan Code- code yang disampaikan oleh Para Leluhur Kabuyutan Cipaku jaman dahulu diantaranya salah satu pesannya adalah “Jatigede dikeueum ngahudangkeun Keuyep Bodas nu bakal ngabobol bendungan”, artinya “Jatigede digenangi akan membangunkan Kepiting Putih yang akan menjebol bendungan. 


Tim Cipaku Code yang terdiri dari gabungan dari berbagai disiplin Ilmu diantaranya dari bidang keilmuan Geologi, Geodesi, dan Spiritualist dari UIN juga dari Kabuyutan Cipaku mencoba menerjemahkan apa arti Keuyeup Bodas tersebut, sebagian besar Tim Cipaku Code ini berasal dari DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Hidup Tatar Sunda). Tim Cipaku Code ternyata menemukan hubungan antara Simbol Keuyeup/ Kepiting dengan Gempa di hampir beberapa negara di Asia Pasifik terutama yang merupakan Daerah Gempa dan secara alami gempa disebabkan akibat dua hal pergerakan lempeng tektonik atau aktivitas vulkanik. 

Berikut ini Buku Karya Katsuo Matsumura dari Jepang yang meneliti Gempa berkaitan dengan Mithos Crab (Kepiting/ Keuyeup) dengan Eel (Belut Sidat atau Lubang atau Unagi) klik link berikut ini : 


Saat ini Tim Cipaku Code telah membuat Hipotesa bahwa Uga Keuyeup Bodas Jatigede ini kemungkinan berkaitan dengan Potensi Gempa karena lokasi Waduk Jatigede berada di Lempeng Tektonik Aktif Baribis dan Episentrum Gempa, seperti yang disampaikan oleh Ibu Dr. Emi Sukiyah MT, Dosen Geologi Unpad di Republika, berikut ini linknya : http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/07/nmfgvy-waduk-jatigede-dibangun-pada-daerah-episentrum-gempa

Berdasarkan Buku Katsuo Matsumura disampaikan bahwa Gempa terjadi akibat “kepiting” menyerang “sidat”, “sidat” yang kesakitan meronta- ronta dipicu oleh serangan “kepiting” yang kemudian menyebabkan gempa. Sekali lagi kepiting dan sidat hanyalah bahasa simbolis saja dan ternyata ditemukan relasi bahwa peta penyebaran ikan Sidat di seluruh dunia itu sama dengan peta penyebaran aktivitas gempa di seluruh dunia.

Peta Penyebaran Ikan Sidat Di Seluruh Dunia Ditandai Garis Hitam Tebal

Peta Penyebaran Gempa Ditandai Titik-titik Warna Hijau dan Kuning

Nah, menariknya ternyata penyebaran Ikan Sidat di Jawa Barat itu ada di Muara Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu Sukabumi dan secara alami Cimandiri kemudian digunakan nama satu Sesar atau Lempeng Tektonik Aktif yang membentang dari Laut Selatan Jawa Barat Sukabumi sampai ke Citatah Padalarang Bandung. Sesar Cimandiri ini bersinggungan dengan Sesar Baribis yang membentang dari Purwakarta, Subang, sampai Majalengka. Ditengah dua Sesar ini terdapat Sesar Lembang Bandung. Nama Sesar mungkin sudah familiar, kalau operasi melahirkan anak dengan cara membelah perut Ibu disebut operasi Sesar bukan? Nah istilah Sesar juga sama diaplikasikan untuk Perut Bumi, yaitu adanya belahan atau patahan atau sobekan atau sodetan di perut bumi yang menyebabkan magma bumi muncul kepermukaan dan membentuk seperti bukit muncul ke atas yang memanjang.


Perbukitan Lembang di utara Bandung itu disebut Sesar Lembang. Perbukitan di Jatigede yang memanjang dari Tanjakan Eba lalu ke Baros lalu ke Jatigede dan terus sampai ke Majalengka ini adalah bagian dari Sesar Baribis. Menariknya Fisik Bendungan Jatigede dibangun persis di atas Sesar Baribis silahkan diamati kalau berkunjung ke Waduk Jatigede, bendungan yang dibangun dengan mengurug batuan yang dihimpit oleh celah atau sodetan yang memotong perbukitan disana, di sodetan itu mengalir Sungai Cimanuk dan itu yang dibendung. Apakah ada korelasi antara Keuyeup Bodas sebagai simbol Sesar Baribis dan Ikan Sidat sebagai Simbol Sesar Cimandiri? Buku Katsuo Matsumura menyampaikan bahwa Keuyeup atau Kepiting atau Crab yang menyerang Sidat atau Eel yang akan menimbulkan Gempa. Apakah yang dimaksud adalah Sesar Baribis yang kemudian bergerak atau bangun dan kemudian menyerang atau menubruk atau menekan Sesar Cimandiri sehingga Sesar Cimandiri menjadi tertekan dan itulah yang menyebabkan Gempa?


Sampai saat ini Tim Cipaku Code masih terus melanjutkan penelitian untuk memahami Uga atau Code Jatigede tersebut agar tentu saja kita dapat mempersiapkan segala sesuatunya, karena dalam Uga tersebut Keuyep Bodas lah yang akan menjebol Bendungan.

Secara simbol bendungan itu ada dua yang pertama secara fisik tentu saja Bendungan = Waduk Jatigede atau Bendungan air dan secara non fisik adalah Bendungan Ilmu Pengetahuan, lalu apakah yang akan dijebolkan oleh Keuyeup Bodas? Semoga saja yang jebol adalah Ilmu Pengetahuan tentang Jatigede dan Kearifan Kabuyutan Cipaku. 

Namun apabila yang dimaksud oleh Uga tersebut adalah jebolnya Fisik Waduk Jatigede tentu kita sebagai manusia yang memiliki akal sehat harus menyiapkan Rencana Tanggap Daruratnya atau secara ilmiah disebut Mitigasi Resiko Jebolnya Waduk Jatigede.


Ketika membangun bangunan tinggi saja perencana membuat Mitigasi Resikonya atau Rencana Tanggap Darurat dimana resiko yang mungkin terjadi adalah Kebakaran atau Keruntuhan akibat gempa, maka para perencana bangunan tinggi mereka menyiapkan tangga darurat, deteksi dini kebakaran dan antisipasinya yaitu smoke detector, memasang sprinkler, fire extinghuiser, water hydrant, dan sistem alarm yang baik termasuk mereka juga menyiapkan rencana evakuasinya. 

Pesawat terbang saja menyiapkan perahu karet yang bisa mengembang setiap saat dan pelampung juga menginformasikannya setiap sebelum take off agar semua penumpang tahu apa yang dilakukan apabila terjadi misalnya pendaratan darurat di atas air. Begitu juga dengan Kapal Laut untuk Mitigasi Resiko mereka menyiapkan perahu sekoci, baju pelampung, dan lainnya.

Bangunan infrastruktur sebesar Waduk Jatigede dengan volume air 1 milyar m3 tentu saja seharusnya sudah menyiapkan Rencana Tanggap Darurat-nya, hanya sebagai bentuk kewaspadaan apalagi sudah ada Uga-nya berupa peringatan atau kode dari leluhur tentang Jebolnya Bendungan. Kita semua berharap bahwa semoga seja yang dimaksud oleh leluhur dengan Jebolnya Bendungan adalah Jebolnya Ilmu Pengetahuan Jatigede dalam hal ini Kearifan Lokal Aji Putih Kabuyutan Cipaku. 

Namun tentu disisi lain kita tidak mungkin menghiraukan bahwa ada kemungkinan lain yang dimaksud leluhur dengan Jebolnya Bendungan yaitu Jebolnya Fisik Bendungan Air Waduk Jatigede dan untuk mengantisipasinya Pemerintah harus memastikan, selalu mengecek, memonitor perkembangan fisik Waduk Jatigede jangan sampai lengah, dan tentunya harus menyiapkan Rencana Tanggap Darurat sehingga apabila yang terjadi adalah Jebolnya Fisik Waduk maka resiko yang terjadi dapat diminimalisir, semoga cepat diatasi, dan tidak ada korban jiwa.


Subhanallah jadi merinding, ternyata inter koneksi antara Cipaku Indonesia dengan ChiPaque Colombia adalah di Ring of Fire atau sama-sama terletak di Pacific Ring of Fire, sama-sama juga di area Tropis. Barangkali karena inilah Leluhur Cipaku dulu membuat Cacandran tentang "Lemah Sagandu Diganggu Balai Sadunya", Kabuyutan Cipaku Diganggu Bencana Sedunia. 





Dalam mithos Gempa Asia Pasifik yang diteliti oleh Katsuo Matsumura Jepang, ada kepercayaan bahwa Gempa yang terjadi akibag Belut atau Sidat yang meronta akibat dicapit kepiting/ keuyeup. Coba perhatikan bentuk Pacific Ring of Fire yang membentuk seperti belut, lalu dimanakah Keuyeup atau Kepiting yang menyapitnya? Dalam Cacandran Kabuyutan Cipaku disampaikan bahwa, "Keuyeup Bodas, Kepiting Putih yang akan menjebol bendungan Jatigede", apakah yang dimaksud Keuyeup disini adalah Sumber Gempa. Pencapit Belut yang menyebabkan merontanya/ bergoyangnya Pacific Ring of Fire? 

Wallahualam.


Baca Juga :

Tidak ada komentar