Ibukota Sumedang Larang Pernah 11 Kali Berpindah Tempat

 

Sejarah ibu kota Kerajaan Sumedang Larang sejak didirikan tahun 721 Masehi oleh Prabu Tajdjimalela, putra dari Prabu Aji Putih, putra dari Prabu Bimaraksa, putra dari Jantaka putra dari Prabu Sang Wreti Kandayun Maha Raja Kerajaan Sunda Galuh Pertama, sempat mengalami perpindahan ibu kota hingga 11 kali pindah.

Adapun fenomena perpindahan itu disesuaikan dengan kondisi alam dan peristiwa sosial politik zaman yang terjadi pada saat itu.

Seperti diungkapkan salah satu keturunan Raja Sumedang Larang dari garis keturunan Pangeran Soegih, yang kini menjadi Ketua Yayasan Nazir Wakaf Pangeran Sumedang (YNWPS), juga menjadi Radya Anom Keraton Sumedang Larang, Rd. Luky Djohari Soemawilaga, bila sebelas kali perpindahan itu memang disesuaikan dengan kondisi saat itu,

”Perpindahan ibu kota Kerajaan Sumedang Larang hingga sebelas kali pindah itu disesuaikan dengan perkembangan zaman kondisi alam dan keadaan sosial politik saat itu termasuk juga alasan keamanan, seperti perpindahan ibu kota masa Prabu Geusan Ulun dari daerah Kutamaya ke Dayeuh Luhur saat itu faktor utamanya segi keamanan untuk menghindari serangan kerajaan Cirebon saat peristiwa Harisbaya “, ujar Luky dijumpai di Keraton Sumedang Larang.


Dikatakan Luky ke 11 lokasi itu diantaranya, diawali dari petilasan Prabu Guru Aji Putih di Citembong Girang, Ganeas.

Dan selanjutnya era ibu Kota Sumedang Larang, yaitu :
1. Tembong Agung – Darmaraja (721 – 980), masa Prabu Guru Aji Putih, Prabu Tajimalela dan Prabu Lembu Agung.
2. Ciguling – Sumedang Selatan (980 – 1529), masa Prabu Gajah Agung s/d Ratu Nyi Mas Patuakan
3. Kutamaya – Sumedang Selatan (1529 – 1585), masa Ratu Pucuk Umun dan Prabu Geusan Ulun
4. Dayeuhluhur – Ganeas (1585 – 1610), masa Prabu Geusan Ulun
5. Tegal Kalong – Sumedang Utara (1610 – 1625), masa Pangeran Aria Soeriadiwangsa atau Pangeran Rangga Gempol I
6. Canukur - Situraja (1625 – 1633), masa Pangeran Rangga Gede
7. Parumasan - Paseh (1633), masa Pangeran Rangga Gede
8. Tenjo Laut – Conggeang (1633-1656), masa Pangeran Rangga Gempol II
9. Sulambitan - Regol Wetan (1656), masa Pangeran Panembahan atau Pangeran Rangga Gempol III
10. Tegal Kalong – Sumedang Utara (1656 1706) masa Pangeran Panembahan atau Pangeran Rangga Gempol III
11. Srimanganti , Regol Wetan- Sumedang Selatan (1706) Dibangun oleh Pangeran Panembahan dan diteruskan oleh putranya yakni Tanumadja dan seterusnya

”Itulah ke 11 nama lokasi perpindahan Ibu Kota Kerajaan Sumedang Larang”, tandas Luky.

Pada saat perpindahan ibu kota ke 3 kali yakni saat di Kutamaya, lanjut Luky, disitulah terjadinya peristiwa penyerahan Mahkota Kerajaan Padjajaran, Bino Kasih Syanghyang Pake , ke Raja Sumedang Larang (saat itu) yakni Prabu Geusan Ulun pada tahun 1578 yang diantarkan dari Padjajaran diantaranya 4 Kandaga Lante. Ke 4 Kandaga Lante itu yaitu bernama Sanghyang Hawu atau Jaya Perkosa, Bayara Dipati Wiradidjaya ( Nangganan), Sanghyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot.

Ke 4 nya diutus Prabu Seda Mulya Surya Kancana Raja Padjajaran terakhir untuk menyerahkan Mahkota Binokasih yang dibuat pada masa Prabu Bunisora Raja Galuh pada tahun 1375 – 1371 dan seluruh atribut kebesaran kerajaan pada Kerajaan Sumedang Larang.

Kerajaan Padjajaran pada saat itu mengalami desakan yang hebat dari serangan pasukan gabungan Banten, Cirebon, dan Demak dan sebelum terjadi puncak perang saudara, Padjajaran memutuskan ” burak” dan memasrahkan kekuasaan penuh ke Sumedang Larang dengan diserahkannya Mahkota Kerajaan Sunda Binokasih sebagai simbol legitimasi kekuasaan.

”Dan untuk Pangeran Angkawijaya atau dikenal Prabu Geusan Ulun itu sendiri merupakan putra dari Pangeran Soleh Abdurahman atau Pangeran Santri yang menikah dengan Ratu Pucuk Umum ratu Sumedang Larang . Sementara Pangeran Santri sendiri merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW ke 26 dari silsilah garis keturunan ayahnya bernama Pangeran Muhammad atau Pangeran Pamelekaran , putera dari Pangeran Panjunan putra dari Syech Nurjati Cirebon atau Datuk Kahfi dan Syech Nurjati sendiri merupakan keturunan Nabi Muhammad ke 23 “, pungkas Luky.


Baca Juga :

Tidak ada komentar