Sampurasun.
Mugia Rahayu Sagung Dumadi...
Hurip ning hurip kabeh. Inya nu ngayuga bayu sabda heda(p), cinta rasa pramana wisesa, hurip tu(ng)gal tapa, inya nu ngageugeu(h) hurip.
Dengan mengucapkan rasa syukur kami team Paguyuban Kecamatan Sumedang Utara sebagai langkah awal memasangkan dulu kain putih dimakam leluhur keturunan Sumedang, sebelum langkah selanjutnya memasang kembali batu nisannya makam Rd. Singamanggala Wadana (Singa Wadana), yang telah tak ada karena terhalang oleh akar-akar pohon beringin yang besar yang telah berumur ratusan tahun. Dan tak lupa juga kami haturkan terima kasih kepada hamba Allah yang ikhlas telah moril membantu niat kami.
Seperti kata pepatah karuhun sunda, mengatakan :
"Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna."
Artinya : Ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.
Tujuan team Paguyuban Kebudayaan Kecamatan Sumedang Utara bidang Situs dan Kesejarahan dengan memberi batas dengan kain putih adalah sebagai batas bagi yang berziarah atau bertawassul ke leluhur yaitu makam Rd. Singamanggala (Singa Wadana). Dan menghindari tujuan-tujuan dengan ziarah yang bermakna ke arah tujuan ziarah nagatif.
Tercatat Dalam Silsilah dan Sejarah Singa Wadana atau Rd. Singamanggala adalah putra no. 7 dari Pangeran Rangga Gede dari isterinya NR. Asidah putra Sutra Bandera (Satra Pura Kusumah), dan Singa Wadana (Rd, Singamangala) adalah adik dari Rd. Bagus Weruh (Rangga Gempol II), ayahnya Pangeran Panembahan, baca tulisan dibawah silsilahnya.
Sedikit sekali yang saya dapatkan mengenai Singa Wadana semasa hidupnya, namun dalam Buku Sejarah Sumedang (Sambungan VA 1935), karangan Raden Asik Natanagara dan Buku Sejarah Kabupaten I Bhumi Sumedang 1550 – 1950, karangan Bayu Surianingrat tahun 1983.
Rd. Singamanggala, Rd Bagus, Raden Tanusuta ditawan oleh Cilik Widara (ngabehi Sacaparana) dalam peristiwa penyerangan Mesjid Tegalkalong, dalam kutipan sebagai berikut :
.......Tiga bulan kemudian setalah pasukan Banten mundur, pada 8 September 1678 Kesultanan Banten mengirimkan pasukan sebanyak 10 kapal yang membawa 1000 prajurit untuk menyerang lagi Sumedang. Tanpa ada perlawanan pasukan Banten berhasil memasuki muara Ciparagi, Ciasem dan Pamanukan. Daerah-daerah itu dihancurkan. Bupati Pamanukan, Wangsatanu, terkepung. Bupati Ciasem, Rd. Imbawangsa, yang juga saudara sepupu Pangeran Panembahan, ditawan dan kemudian dibunuh. Untuk menuju Sumedang, pasukan Banten dibantu oleh pasukan dari Bali yang dipimpin oleh Cilikwidara dan Cakrayuda (Gagak Pranala), yang merupakan menantu Wiraangun-angun, bupati Bandung. Turut membantu Banten juga bupati Sukapura. Gabungan berbagai kekuatan itu mengepung Sumedang pada akhir bulan Ramadhan dan mereka menyerang Sumedang saat lebaran yang bertepatan pada hari Jumat, tepatnya tanggal 18 Nopember 1678. Rakyat dan pembesar Sumedang yang sedang berada di Masjid Tegalkalong banyak yang gugur.
Pembesar Sumedanglarang yang gugur di antaranya : Pangeran Tumenggung Tegalkalong, Jagatsatru Aria Santapura, Sacapati, Rd. Diipa, Mas Alom dan Nyi Mas Bajoen. Sebagian keluarga Pangeran Paenmbahan ditawan, yaitu : Rd. Singamanggala, Rd Bagus Weruh, Rd. Tanusuta; sedangkan Pangeran Panembahan sendiri berhasil lolos.
Atas kekalahan ini Pangeran Panembahan meloloskan diri dan meninggalkan Sumedang menuju ke Indramayu pada bulan Februari 1679. Sebagai konsekuensi atas kemenangannya, Sumedang dikuasai oleh Banten. Oleh Kesultanan Banten diangkat Cilikwidara sebagai wali pemerintahan di Sumedang dengan gelar Ngabehi Sacadiparana. Diangkat menjadi patihnya adalah Tumenggung Wiraangun-angun dengan gelar Aria Sacadiraja, dan menduduki Sumedang larang dimasa Keadipatian dibawah kesultanan Banten dan Mataram.
1. Pangeran Santri / Rd. Sholih / Ki Gedeng Sumedang (Koesoemahdinata I) menikah dengan NM. Ratu Inten Dewata atau NM. Ratu Satyasih (Ratu Pucuk Umun Sumedang), berputra :
1.1 Pangeran Geusan Ulun (Rd. Angka Wijaya)
Generasi ke-2
1.1 Pangeran Geusan Ulun / Rd. Angkawijaya (Koesoemahdinata II) menikah dengan NM. Cukang Gedeng Waru / Nyimas Cukang Gedeng Waru / Nyimas Sari Hatin, putranya Sunan Aria Pada (Rd. Hasata), berputra :
1.1.1 Pangeran Rangga Gede (Koesoemahdinata IV)
1.1.1 Pangeran Rangga Gede (Koesoemahdinata IV), berputra :
1.1.1.1 Dalem Aria Bandayuda
1.1.1.2 Dalem Djajoeda
1.1.1.3 Dalem Wargaita
1.1.1.4 Dalem Wangsa Soebaya
1.1.1.5 Dalem Rangga Gempol II / Rd. Bagus Weruh (Koesoemahdinata V)
1.1.1.6 Dalem Loerah
1.1.1.7 Rd. Singamanggala
1.1.1.8 Ki Wangsaparamadja
1.1.1.9 Ki Wiratama
1.1.1.10 Ki Wangsaparadja
1.1.1.11 Ki Djasinga
1.1.1.12 Ki Wangsasabadra
1.1.1.13 Kiyahi Anggatanoe
1.1.1.14 Ki Martabaja
1.1.1.15 NM. Anggadasta
1.1.1.16 NM. Nataparana
1.1.1.17 NM. Arjapawenang
1.1.1.18 NM. Martarana
1.1.1.19 NM. Djagasatroe
1.1.1.20 NM. Wargakarti
1.1.1.21 NM. Bajoen
1.1.1.22 NM. Wangsapatra
1.1.1.23 NM. Warga Komara
1.1.1.24 NM. Joedantaka
1.1.1.25 NM. Toean Soekadana
1.1.1.26 NM. Oetama
1.1.1.27 NM. Kawangsa
1.1.1.28 NM. Wirakarti
1.1.1.29 NR. Nalawangsa
Keterangan :
Isteri-Isteri Pangeran Rangga Gede
Dalam Buku Sarsilah tidak tercatat siapa saja isteri-isterinya Dipati Rangga Gede. Adapun isteri-isterinya Dipati Rangga Gede, adalah Nimas Romlah, Nimas Asidah dan Nimas Roro :
1. Nimas Romlah, putri dari Arasuda dan ngabehi Mertayuda, putra Ratu Cukang Gedeng Waru (Imas Sari Hatin) dan Prabu Geusan Ulun (Rd. Angka Wijaya).
Imas Romlah adalah putra dari Santowan Cikeruh dan Imas Sari (Buyut Sedet - Kampung Legok Cijambe Paseh), dan Nyimas Sari adalah putra dari Romlah Karomah dan Hosto Husma. Dan Romlah Karomah putra dari Rd. Meumeut dan Nyimas Mala Rokaya. Rd. Meumeut putra dari Prb. Siliwangi (Jaya Dewata) dan Ratu Raja Mantri.
2. Imas Asidah, adalah putra ke 4 dari Sutra Bandera (Sastra Pura Kusumah) dan Imas Hatimah.
Sutra Bandera (Sastra Pura Kusumah, adalah putra ke 4 dari Prabu Surya Kencana atau Panembahan Pulosari dari isterinya Imas Oo Imahu (Harom Muthida).
Imas Hatimah adalah adik dari Terong Peot dan Nangganan, putra dari Kusnaedi Kusumah dan Nyimas Harsari.
Sutra Bandera (Sastra Pura Kusumah) menikah dengan Nyimas Hatimah berputra :
1. Sutrra Mulut
2. Mara Suda
3. Rohim
4. Imas Asidah.
Dari Istrinya Imas Asidah, Pangeran Rangga Gede berputra salah satunya yaitu Raden Bagus Weruh atau digelari Rangga Gempol 2 (1633 - 1656).
3. Imas Kokom Ruhada (Buyut Lidah) atau Imas Roro, putra no. 5 dari Prabu Surya Kencana (Panembahan Pulosari) dari garwa Padmi Imas Oo Imahu (Harom Muthida).
Makam Nimas Roro di Kampung Cijambe Legok Paseh Sumedang.
Keterangan dibawah ini :
Prabu Surya Kencana / Panembahan Pulosari (1567 - 1579) menikah dengan Imas Oo Imahu (Harom Muthida), berputra :
1. Sari Atuhu (Buyut Eres) diperisteri oleh Pangeran Bungsu (Santoaan Awi luar) - makamnya Nyimas Sari Atuhu di Parugpug Paseh Legok.
2. Sastra Pura Kusumah (Sutra Bandera) - makamnya di Tajur Cipancar Sumedang Selatan.
3. Pangeran Sunan Umbar / Sutra Umbar (Embah Ucing) - makamnya di Tajur Cipancar Sumedang Selatan.
4. Harim Hotimah, makamnya di Bogor.
5. Kokom Ruhada atau Buyut Lidah - makamnya di Kampung Cijambe Legok Paseh Sumedang
6. Suniasih - Makamnya di Tajur Cipancar Sumedang.
Generasi ke-4
1.1.1.7 Rd. Singamanggala (Dalem Singa Wadana), berputra :
1.1.1.7.1 Rd. Singamanggala II
1.1.1.7.2 Kiai Singadiwangsa
1.1.1.7.3 Kiai Kertamanggala
1.1.1.7.4 Kiai Paranamanggala
1.1.1.7.5 Kiai Wangsakerta
1.1.1.7.6 NM. Adjeng
1.1.1.7.7 NM. Ante
1.1.1.7.8 NM. Baros
1.1.1.7.9 Kiai Abdoel Moetolib
Generasi ke-5
1.1.1.7.1 Rd. Singamanggala II, berputra :
1.1.1.7.1.1 Rd. Singamanggala III
1.1.1.7.1.2 Mas Djajakoesoemah
1.1.1.7.1.3 Kiai Wangsamerta
1.1.1.7.1.4 Kiai Singamerta
1.1.1.7.1.5 Kiai Bagoes
1.1.1.7.1.6 Kiai Wangsakerta
1.1.1.7.2 Kiai Singadiwangsa, berputra :
1.1.1.7.2.1 Rd. H. Adnan
1.1.1.7.2.2 Sarpijem
1.1.1.7.2.3 Hj. Darmi
1.1.1.7.2.4 Dinyep
1.1.1.7.4 Kiai Paranamanggala (Tidak terdata keturunannya)
1.1.1.7.6 NM. Adjeng, berputra :
1.1.1.7.6.1 RA. Sariamanggala
1.1.1.7.7 NM. Ante, berputra :
1.1.1.7.7.1 NM. Ratna
1.1.1.7.7.2 NM. Radja
1.1.1.7.7.3 NM. Boender
1.1.1.7.7.4 NM. Moelja
1.1.1.7.7.5 Mas Tjandramanggala
1.1.1.7.7.6 Kiai Soerabaja
1.1.1.7.7.7 Kiai Soemadipa
1.1.1.7.7.8 Kiai Moehamad Sajid
1.1.1.7.7.9 Kiai Poeradiredja
1.1.1.7.7.10 NM. Sampan
1.1.1.7.7.11 NM. Moernata
1.1.1.7.7.12 NM. Ander
1.1.1.7.7.13 NM. Taroem
1.1.1.7.7.14 NM. Gender
1.1.1.7.8 NM. Baros (tidak terdata keturunannya).
1.1.1.7.9 Kiai Abdoel Moetolib
1.1.1.7.9.1 Mas Tjandradipa
Tidak ada komentar
Posting Komentar