Makam Santowan Cikeruh Di Belakang Jatos Kecamatan Cikeruh

Lokasi makam Santowan Cikeruh berada dilokasi pemakaman Umum Embah Dalem Santoa'an yang dipagari dengan pondasi tembok, ketika akan memasuki pemakaman Santowan Cikeruh. 



Sewaktu akan memasuki lokasi makam Santowan Cikeruh diluar komplek pemakaman kita akan membaca plang makam yang terbuat dari pipa besi dan tertulis dipapan plat besinya, "Makam Karomah Leluhur Sumedang Embah Dalem Santoa'an, dengan moto Cikeruh Kaharjaan Karuhun, Kalahiran, Tepungna Jeung Urang Dina Sagala Karoyalan Dunya". 

Jika yang belum tahu tentu akan kesulitan menemukan makamnya Santowan Cikeruh apalagi tidak dibarengi dengan juru kunci makam, karena diplang pengumuman nya hanya tertulis makam Embah Santoa'an dan nisan makamnya berada di dekat pohon besar yang ditumpuki batu-batu kali dengan kondisi tidak terbenahi dan terurus. 

Konon di sinilah Santowan Cikeruh salah satu putranya pangeran Santri dan Ratu Setyasih alias Ratu Inten Dewata alias Ratu Pucuk Umun Sumedang Larang dimakamkan di belakang Jatos  Jatinangor, Dusun Ciawi, Desa Cikeruh, Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, miris sekali makamnya tidak terawat padahal beliau adalah seorang Santowan atau Sang Toha'an, pemimpin pertama di Cikeruh, meliputi Parakanmuncang dan Tanjungsari pada jaman Prabu Geusan Ulun.  Gelar Toha'an sebenarnya bukan hal yang baru dalam sejarah jaman kerajaan Sunda dan Pajajaran karena dalam naskah Carita Parahyangan telah mencatat nama Toha'an di Sunda.   

Di makam Santowan Cikeruh, kita tidak akan mendapati dimana makamnya isterinya yaitu Imas Sari alias Buyut Sedet, karena makam isterinya yaitu Imas Sari atau Buyut Sedet makamnya berada di Dusun Parugpug Desa Cijambe Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang


SEKILAS SEKARAH KERAJAAN SUMEDANG LARANG
Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja antara 839-990 masehi, maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling, beliau dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Selanjutnya Prabu Kerajaan Sumedang Larang digantikan oleh putranya Prabu Pagulingan alias Prabu Manggala Wirajaya alias Prabu Jagabaya, Raja Sumedang Larang antara 998-1114 masehi dan menikah dengan Miramaya putranya Surya Kanta dan Siti Mujenar alias Maya Sari, Surya Kanta adalah cicit dari Sunan Ulun dan Lenggangsari di Galuh Pakuan Limbangan. 

Prabu Pagulingan alias Prabu Manggala Wirajaya atau Prabu Jagabaya, mempunyai dua orang anak, yaitu :
Anak ke 1, Prabu Mertalaya alias Sunan Guling yang mengantikan menjadi Raja Sumedanglarang.
Anak ke 2, Siti Sarifah Sondari atau Mbah Sohapah, lalu ke Pajajaran.

Kemudian Raja Sumedanglarang berikutnya yaitu Prabu Merlaya alias Sunan Guling Raja Sumedang Larang antara 1114-1237 masehi, yang menikah dengan Mutia Sari, putra Prabu Lingga Hiang alias Dalem Haji Kusuma dan isterinya Amah Suriyamah atau Dalem Isteri dari Sunda Pakuan dan Limbangan mempunyai anak, yaitu : Jaya Dinata  alias Tanding Kusuma, Jaya Diningrat Kusuma alias Pandita Sakti dan Tirta Kusuma alias Sunan Tuakan

Setelah Prabu Mertalaya alias Sunan Guling lengser dari keprabuan yang memerintah kerajaan Sumedang Larang antara 1114-1237 masehi, kemudian Kerajaan Sumedang Larang diestafetkan kepada putra-putranya, yaitu Jaya Dinata  alias Tanding Kusuma, Jaya Diningrat Kusuma alias Pandita Sakti dan Tirta Kusuma alias Sunan Tuakan, Raja-Raja Kerajaan Sumedang Larang antara 1237-1462 masehi.  

Prabu Tirta Kusuma atau Sunan Tuakan menikah dengan Banon Puspitasari alias Ratu Nurcahya, putrinya Raden Abun alias Surya Jaya Kusuma alias Dalem Pasehan dan Hartini, asal Limbangan.

Dari pernikahannya Prabu Tirta Kusuma alias Sunan Tuakan dengan Banon Puspitasari alias Ratu Nurcahya, mempunyai anak :
Anak ke 1, Ratu Raja Mantri alias Ratu Ratnawati, menjadi Ratu Kerajaan Sumedang Larang tak lama, karena dipersunting oleh Sribaduga Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi, menjadi permaisuri keempatnya, dan diboyong ke Pakuan Pajajaran Bogor.
Anak ke 2,  Ratu Sintawati  alias Sunan Patuwakan. 
Anak ke 3, Sari Kencana alias Dewi Rengganis dipersunting oleh Prabu Liman Senjaya Kusumah dari Limbangan Garut,

Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Ratu Sintawati atau Sunan Patuwakan, Ratu Kerajaan Sumedang Larang antara 1462-1530 masehi. Ratu Sintawati alias Sunan Patuwakan dipersunting Raden Santajaya alias Raden Sonda Sonjaya atau Sunan Tjorendra, putra dari Prabu Munding Wangi alias Prabu Munding Sari Ageung atau Raden Jaka Puspa, Raja Maja di Jatiwangi dari isterinya Mayang Karuna, putrinya Begawan Garasiang.

Kerajaan Sumedang Larang diteruskan oleh putrinya Nyimas Satyasih alias Ratu Inten Dewata alias Ratu Pucuk Umun Sumedang, Ratu Sumedang Larang yang memerintah antara 1529-1578 masehi, dengan gelar nobat Ratu Inten Dewata. Ayah Ratu Inten Dewata, adalah Raden Santajaya alias Raden Sonda Sanjaya alias Sunan Tjorendra adalah kakaknya Raden Rangga Mantri alias Prabu Pucuk Umum Talaga yang mempersunting Ratu Parung alias Ratu Sunia Larang.

Pangeran Santri yang lahir  tanggal 6 bagian gelap bulan jesta tahun 1427 saka atau tanggal 29 Mei 1505 masehi bernama aslinya Raden Sholih putranya Pangeran Muhammad alias Pangeran Pamelekaran. Pangeran Santri putra Pangeran Muhamad atau Pangeran Pamelekaran atau cucu Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan Cirebon atau cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah. Pangeran Muhamad yang makamnya di Desa Margatapa Kecamatan Majalengka Kulon Kabupaten Majalengka dan Pangeran Muhamad putra dari Pangeran Panjunan Cirebon, makamnya di Cungkup Utama dalam komplek Makam Sunan Gunung Jati.

Pangeran Santri menikah dengan Ratu Inten Dewata, yang akhirnya Pangeran Santri menggantikan Ratu Pucuk Umum sebagai penguasa Sumedang, Pangeran Santri dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Pangeran Kusumadinata pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 saka  atau sekitar 21 Oktober 1530 masehi, Pangeran Santri merupakan murid Sunan Gunung Jati.

Pangeran Santri yang dikenal Ki Gedeng Sumedang adalah penerus Kerajaan Sumedang Larang bersama-sama isterinya setelah menikah dengan Nyimas Satyasih alias Ratu Inten Dewata dan Ratu Inten Dewata oleh Kesultanan Cirebon diwastu dengan gelar Ratu Pucuk Umun Sumedang Larang, antara 1530-1578 masehi, seperti halnya ketika Raden Rangga Mantri yang diberi gelar Prabu Pucuk Umum Talaga  oleh Prabu Walang Sungsang Cirebon dalam tahun 1469 masehi.

Ratu Pucuk Umun adalah seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang yang merupakan seorang Sunda muslimah, dari pernikahannya Pangeran Santri bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut  dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya. 

Pangeran Santri alias Raden Sholih memperisteri Nyimas Satyasih alias Ratu Pucuk Umun Sumedang Larang, mempunyai 6 orang anak, yaitu :
Anak ke 1, Pangeran Angkawijaya gelar Prabu Geusan Ulun
Anak ke 2, Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu dari Narimbang, supaya memeluk agama Islam.
Anak ke 3, Kiyai Demang Watang, makamnya di dusun Walakung Desa Cikawung Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu
Anak ke 4, Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang. Makamnya di Kelurahan Sukamelang Kecamatan Subang Kabupaten Subang
Anak ke 5,  Santowaan Cikeruh.
Anak ke 6, Pangeran Bungsu atau Santowan Awiluar, makamnya di Dusun Cisarua, Kecamatan Cisarua Kabupaten Sumedang. 

Dalam buku keturunan Pangeran Santri, selain keturunan Prabu Geusan Ulun, kita tidak mengetahui keturunan Santowan Cikeruh, namun dari babon Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan, kita akan tahu bahwa salah satu putranya Santowan Cikeruh dari Imas Sari yaitu Buyut Sedet adalah Raden Arasuda yang makamnya berada di dekat makam Pangeran Istihilah Kusumah atau Sutra Umbar yang makamnya ada di makam Keramat Tajur Desa Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan, sedangkan isterinya yaitu Nyimas Ngabehi Mertayuda salah satu putrinya Prabu Geusan Ulun, berada di komplek makam umum Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan. 

Jika anda ingin berjiarah ke makamnya silahkan anda hubungi Bapak Toto Juru kunci makam Keramat Tajur dan makam umum Astana Cipancar, di Desa Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan.






Santowan Cikeruh menikah dengan Imas Sari alias Buyut Sedet, putrinya Romlah Karomah dan Hosto Husma, asal Jatiwangi dan Talaga. 

Makam Imas Sari alias Buyut Sédét isterinya Santowan Cikeruh, makam Nyimas Sari Atuhu alias Buyut Erés dan Buyut Andeung adalah isteri padmi dari Pangeran Bungsu atau Santoan Awi luar, putera bungsu dari Pangeran Santri dan Ratu Satyasih atau Ratu Pucuk Umun Sumedang. dan makam Imas Roro alias Kokom Ruhada alias Buyut Lidah, isterinya Dipati Rangga Gede, Bupati Sumedang antara 1625-1633 masehi ada dalam satu lokasi pemakaman di Dusun Parugpug Desa Cijambe Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

Dan kini makamnya sudah mendapat pemugaran, yang tadinya menggunakan batuan alam berjenis batuan andesit kini  ditembok dengan  keramik.  Untuk menuju ke lokasi pemakamannya terbilang cukup mudah, dengan melewati jalan setapak dan pesawahan namun tidak ada akses untuk kendaraan.

Imas Roro alias Kokom Ruhada alias Buyut Lidah adalah salah satu putera dari Prabu Ragamulya Surya Kencana alias Prabu Nusiya Mulya alias Panembahan Pulosari dan Ratu Imas Oo Imahu, yang juga diperisteri oleh Dipati Rangga Gede. (silahkan baca Siapakah Istri-Istrnya Pangeran Rangga Gede?)

Baca Juga :

4 komentar:

  1. Punteun tumaros Dipalih mana makam na ari nami santowan cikeruh saha nami aslina 🙏

    BalasHapus
  2. Punteun tumaros Dipalih mana makam na ari nami santowan cikeruh saha nami aslina 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. di belakang Jatos Jatinangor, Dusun Ciawi, Desa Cikeruh, Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang

      Hapus