Asal-Usul Makam Salam Nunggal dan Penamaan Desa Salam Nunggal di Kecamatan Leles Garut



1. Versi Pertama Nama Desa "Salam Nunggal"  Leles Garut
Kian Santang kembali kekerajaan untur mengatur pemerintahan karna kian santang ingin memperdalam ilmu islamnya di tanah suci, Kian Santang berangkat ketanah suci melalui muara jati Cirebon naik kapal saudagar dari Persia menuju ke tanah suci selama 1 bulan dan ditanah suci Kian Santang menuntut ilmu selama 7 tahun dan kembali ketanah air pada umur 95 tahun tepatnya tahun 1525 masehi didalam umur 95 tahun pada waktu itu jangan diukur pada 95 sekarang karna Kian Santang biarpun tua berumur 95 tahun itu masih enerjik, gagah, tampan berwibawa suaranya enak didengar tutur bahasanya santun tidak mudah marah senyumnya manis wajahnya oval dagunya terbelah dua matanya kecoklatan agak sipit tapi enak dilihat rambutnya ikal sebahu bewarna hitam kulit tubuhnya kuning langsat siapa pun melihat akan kesengsem karna ketampanannya selalu tidak batal wudu amalannya tidak lepas kalimat faatiha dan berjikir karna kiansantang adalah ahli tasawup tutur bahasanya slalu terjaga,kalau kita melihat keadaan umur Kian Santang pada waktu 95 tahun begitu gagahnya karna pribahasa mengatakan ilmu padi semakin berisi semakin menunduk.

Kian Santang  bermimpi didatangi gurunya syeh Ali diperintah untuk meninggalkan Pajajaran karena Pajajaran akan dihancurkan oleh Allah SWT melalui kawah Gunung Salak yang akan terjadi pada tahun 1699 masehi pada malam hari berketepatan tanggal 4 januari 1699. 

Kian Santang terbangun dan berucap astagfirullooh, Kian Santang pun memanggil abdi dalemnya menceritakan tentang prihal mimpinya dan Kian Santang pun pamitan pada abdi dalemnya Kian Santang membawa alat bekal secukupnya untuk pergi mencari tempat yang akan dihuninya pertama Kian Santang ke Gunung Ciremai di desa Darma dia bermukim selama satu tahun berlanjut ke Gunung Galunggung hanya beberapa bulan dan berlanjut ke daerah Garut dari beberapa Gunung di Garut pun tidak cocok ketika Kian Santang sedang duduk habis sholat duhur ada seorang lelaki mengucapkan salam (salammu alaikum) Kian Santang menjawab wa alaikum salam seorang lelaki menuturkan sebuah keinginan untuk dibersihkan atau dikhitankan (basa Sunda: disundat). 

Kian Santang dalam hatinya kebingungan karena belum pernah menghitankan orang lain karena pada waktu itu Kian Santang selalu memerintahkan para tabib kerajaan dan Kian Santang mendapat tantangan yang berat pikir Kian Santang kalau tidak dikhitankan, dia takut tidak masuk islam akhirnya Kian Santang menyanggupi dan dikhitanlah orang itu batang zakarnya habis terbuang. 

Kian Santang kebingungan darah berhamburan akhirnya wafatlah orang itu dan Kian Santang memberi penghargaan berupa lisan dengan sebutan Islam Nunggal dan dimakamkan di situ sekarang namanya Salam Nunggal tepatnya di kecamatan Leles - Kab. Garut.
---------------
Catatan : Kian Santang yang dimaksud dalam cerita ini adalah  Rd. Sangara.


2. Versi Kedua Nama Desa "Salam Nunggal" Leles Garut
Dahulu kala konon di negeri kutai (kerajaan pertama di indonesia) seorang bernama Kundungga memiliki anak 3, Mulawarman, Purnawarman dan Aswawarman.anak yang kedua hijrah ke Pulau Jawa, dan setelah menetap di pulau Jawa sebelah Barat tepat nya di kota Bogor (lihat prasasti Kebon Kopi dan Ciaruten). 

Pada tahun 528 M, berdirilah sebuah kerajaan yang megah gagah dan berwibawa, yang melambangkan tingginya langit biru, dan luasnya samudera biru, kerajaan tersebut bernama “Tarumanagara” yang artinya Kerajaan Biru / Nagara Biru, kerajaan tersebut dipimpin tiada lain oleh sang Purnawarman dan nama lainnya adalah Dewata Wisesa, raja tersebut memiliki putra mahkota yang namanya, ada yang bilang Gagak Lumayung, Garantrang Seta, dsbnya. putra mahkota tersebut sangat sakti namun terkenal gemar mengadu ilmu, tapi ditatar Jawa tak ada satupun yang sanggup menandingi. 

Dan di jaman kerajaan ini pun bersamaan dengan Dinasti Tang dari China dan bersamaan dengan jaman Rasulullah SAW hingga Para Khalifah Khulafaurrasyiddin, yaitu tahun 571- 632 M, silahkan lihat Sejarah Rasulullah itu lahir tahun 512 M, maka ini bersamaan dengan jaman Kerajaan Tarumanagara. 

Ketika Dinasti Tang ingin meruntuhkan Tarumanagara, Sang putra mahkota tersebutlah yang berhasil menaklukan dan memukul mundur pasukan dari dinasti Tang tersebut, dan sejak itulah putera mahkota terkenal dengan julukan Kian Santang yaitu Penakluk Dinasti Tang, konon menurut cerita putra mahkota tersebut berangkat ke tanah Arab karena mendapat Wangsit dalam tapa bratanya, dan bertemu dengan Rasulullah SAW dan Ali bin Abi Tholib, dengan berbagai versi tapi yang intinya seperti itu. 

Ini sangatlah rasionil, karena mereka memang hidup di abad yang sama, sepulang dari Mekah berganti nama entah apa tepatnya, ada yang bilang Galantrang Seta, ada yang bilang Rohmat Suci, ada yang bilang Gagak Lumayung namun yang jelas beliau sepulang dari Mekah menjalankan syariat islam, namun belum sepenuhnya paham, sehingga ketika beliau menjalankan syariat sunat, malah batang kemaluan yang dia potong, hingga orang yang disunat tersebut tewas,hingga sekarang daerah tempat meninggal orang tersebut dikenal dengan sebutan “Salam Nunggal” terletak di Leles Garut Jawa Barat sebelah Selatan. 

Dan sepulang kembali berguru ke mekah putra mahkota tersebut dibekali segenggam tanah yang kabar nya tanah tersebut adalah tanah suci yang kelak dipendam di tanah Jawa sebagai tanda untuk beliau menetap kelak. 

Dan putera mahkota pun tiada hentinya mengajak sang Baginda untuk memeluk dinnul islam, sampai-sampai mereka bersitegang, tetapi sang ayah tetap teguh menolak, hingga akhirnya setelah beradu kesaktian sang ayah berkata : ”hai anakku janganlah kau paksa aku, aku tak ingin manyakitimu, jika kau yakin dengan agamamu laksanakanlah dengan benar, aku akan mencari kebenaran itu dengan caraku"

Semenjak itu sang putra tak lagi menghirau kan sang ayah dan kerajaan, demi tegaknya dinnul Islam, beliau mengembara di Nusantara khususnya Jawa sebelah Barat, hingga di Jawa sebelah Barat sangat banyak petilasan dan nama beliau yang berbeda, karena setiap persinggahan sang tokoh ini selalu memakai nama yang berbeda.

Dan pada tahun 686 M, kerajaan Tarumanagara runtuh oleh kerajaan Sriwijaya, sejak saat itu lama sekali di tatar sunda tak ada tanda-tanda atau kegiatan yang menunjukan adanya sebuah kerajaan, hingga akhirnya pada tahun 1030 M (abad ke 11) berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Pajajaran dan kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Jaya Bupati Jayamawa Wisnu Murti Samararijaya WikramaTungga Dewa, yang bergelar sama yaitu “Prabu Wangi -Silihwangi” raja kedua Padjajaran adalah Rahyang Niskala Wastu Kancana, ke tiga Rahyang Ningrat Kancana, keempat Sribaduga Maharaja Jaya Dewata (beliau bertahta di Pakuan Padjajaran pada tahun 1350 -1457, pada masa ini terjadi Perang Bubat (Perang Saudara) antara Pakuan Padjajaran dengan Majapahit. 

Dari fakta tersebut, mungkin dapat membuka cakrawala pandang dan pikir kita, bahwa Kian Santang, bukanlah jamannya Sunan Cirebon atau pun para Syeh muda yang ada di Tatar Jawa Barat. namun beliau sungguh merupakan seorang tokoh tertua penyebar dinnul islam di Tatar Jawa sebelah Barat di kepulauan Nusantara yang bersamaan dengan jaman Rasulullah Saw dan beliaulah yang pertama menyebarkan dinnul islam di Nusantara dengan cara yang hanya Allah Swt dan beliaulah yang tahu. 

Waallohu alam bi showab
-------------
Keterangan : 
Kian Santang yang dimaksud dalam cerita ini adalah Rakryan Sancang. Kalau membaca floklore dari Galunggung Tasik dan Sancang Garut, ada dua tokoh yang disebut Rakryan Sancang, yaitu : Batara Hyang Sempakwaja dari Galuh putranya Sang Suradharma atau Wretikandayun (Mp.  612 – 670) dan Seh Rukmantara atau Rakryan Sancang itu sendiri dari Tarumanagara, putranya Kretawarman dari istri yang lain sewaktu berburu di hutan Sancang yaitu dari Nyi Arum Hondje (561 – 628 M).

Kalau  jaman Dalem Santapura di Sumedanglarang di sundatan,  jelas jamannya Ki Santang Rd. Sangara putranya Prb. Jaya Dewata dari Nyi Subang Karangcang putrinya Jatiswara dari Kerajaan Mertasinga Karawang, ketika disuruh oleh kakaknya (Prabu Walangsungsang) dalam Ebak (Ebak artinya surat resmi digulung untuk dinasti Raja Karajaan Sumedanglarang dalam jamannya, untuk generasi penerus Tembong Agung dari Prabu Lembu Agung) dari babakan Erum - Cirebon, mesti Selam Sunat (dikhitan maksudna, basa sunda disundatan).  Dalem Santapura, Sang Wali yang mengajarkan ilmu-ilmu fiqih dan  ajaran tasawuf di Darmaraja di Jamannya. Makamna Dalem Santapura sekarang sudah terendam oleh bendungan  Jatigede.

Baca Juga :

Tidak ada komentar