Rencana Renovasi Makam Dalem Wiraraja 1 di Darmawangi Kecamatan Tomo
Sampurasun
Mugia Rahayu Sagung Dumadi
Kang Lucky Djohari Soemawilaga, Kang Lili Djamhur Soemawilaga, Kang Egi Wijaya Kusumah dan saya sendiri, sebagai para Penata Keraton Sumedang Larang diundang oleh Ibu Kepala Desa Hayati Darmawangi, S.Pdi dan para pengurus Kantor Desa Darmawangi, yang akan merencanakan renovasi makam Raden Aria Wiraraja atau Dalem Aria Wiraraja salah satu putranya Prabu Geusan Ulun di makam Pasir Ipis Desa Darmawangi Kecamatan Tomo, untuk membicarakan merenovasi makam Dalem Aria Wiraraja. Dan kami juga sekalian menjiarahi makamnya. (17/12/2019)
Dari Kantor Desa Darmawangi ke arah lokasi makamnya Dalem Aria Wiraraja putranya kedua Prabu Geusan Ulun dari permaisuri ke 2 Ratu Harisbaya, makamnya berjaraknya sekitar 1,2 kilometer dari Kantor Desa. Lalu kami semua berjalan melewati sungai Cilutung yang airnya mengalir kecil, lalu berjalan lagi melewati perkebunan pohon jati dan sampailah kami semua ke sebuah pemakaman umum penduduk Desa Darmawangi.
Setelah berjalan tidak jauh dari lokasi pemakaman umum penduduk desa Darmawangi, ada lahan berupa pasir gundukan tanah membentuk pola empat persegi tidak rata, namun permukaan diatasnya rata yang ada makam Raden Aria Wiraraja yang luasnya kurang lebih antara 130-150 meter persegi, oleh masyarakat setempat disebutnya makam Pasir Ipis.
Nama Raden Aria Wiraraja atau Dalem Aria Wiraraja di Darmawangi oleh masyarakat setempat disebut juga Dalem Banoradja Subantaka, Banu atau Bano dalam bahasa Sunda artinya anak, jadi Banuradja mengandung arti seorang putranya raja.
Disebut Pasir Ipis menurut ketarangan dari Pak Tasid Juru Kunci makamnya adalah untuk menyembunyikan identitas Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja.
Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja adalah ayah dari Raden Wiraraja 2 yang mendapat gelar dari Kesultanan Banten yaitu Raden Aria Wangsakara yang hijrah ke Lengkong Sumedang Tanggerang ketika jaman Dipati Ukur membangkang kepada Mataram antara 1631-1633 dan yang pertama memberi nama Lengkong Sumedang yaitu Raden Wangsakara.
Ketika pertama kali saya berjiarah ke makam Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja, dikarenakan ada Kang Bayu, Kang Beha dan rekan-rekan dari Tanggerang yang sengaja datang ke Srimanganti dan ingin berziarah ke makamnya di Desa Darmawangi Kecamatan Tomo.
Kami sebelum berangkat ke makamnya Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja salah seorang putranya Pangeran Angka Wijaya atau Prabu Geusan Ulun, berunding dulu tentang Sejarah Raden Aria Wiraraja ataw Dalem Wiraraja di Kantor Ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang, bersama Kang Luky Djohari Soemawilaga, Kang Lili Djamhur Soemawilaga, Kang Bayu, Kang Beha dan kawan-kawan dari Tanggerang untuk menyelusuri makam Raden Aria Wiraraja ataw Dalem Wiraraja jejak leluhurrnya yang menurunkan ke Lengkong Tanggerang serta membetulkan sejarahnya keturunan Raden Aria Wiraraja, putranya Prabu Geusan Ulun dari isteri kedua Ratu Harisbaya, yang mempunyai anak nomor 3 yaitu Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja, di antara anak yang lainnya yaitu : Pangeran Aria Soeriadiwangsa atau Rangga Gempol anak pertama, Raden Rangga Nitinagara anak kedua dan Pangeran Tumenggung Tegalkalong anak ke empat.
Berdasarkan buku "Sejarah Luluhur Menak Sumedang" tulisan Raden Kandaroean Jiwaprana, didapatkan keterangan bahwa Raden Aria Wiraraja adalah yang mempunyai lahan di Lemah Beureum di Tomo, malahan kuburannya ada di tempat tersebut. Oleh Sultan Agung Mataram, beliau diberikan piagam yang titi mangsanya pada tahun 1553 Jawa atau tahun 1631 Masehi. Dalam Piagam tersebut disebutkan, bahwa siapa-siapa yang menyusahkan kepada Raden Aria Wiraraja diancam hukuman (Piagem Lontar nomor 609 dalam tulisan tangan di Musium Gedong Gajah Betawi).
Dan dalam Buku Potret Lengkong Ulama Tanggerang halaman 18, disebutkan Raden Wiraraja menempati lahan sampai meninggalnya di Lemah Beureum 15 km dari arah Kecamatan Legok dan Tomo.
Sedikit sekali keterangan tentang Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja ini, menurut Bapak Tasid yang menjadi juru kunci makamnya, beliau dinamai Dalem Banoraja Subantaka atau Narantaka. Selain itu di lokasi makamnya Raden Aria Wiraraja ada juga makam keturunannya, para abdinya dan juga petilasan Jaya Perkasa.
Adanya petilasan Jaya Perkasa di Pasir Ipis di Desa Darmawangi Kecamatan Tomo hanya sekedar mengisyaratkan nisan makam ciri, yang dalam Sejarah Sumedang dan floklor disebutkan hal ini terjadi konflik antara Sumedang Larang dengan Cirebon di jaman Prabu Geusan Ulun berkuasa sebagai akibat dari dibawanya Ratu Harisbaya oleh Prabu Geusan Ulun bersama 4 Kandaga Lente yaitu Jaya Perkosa, Batara Dipati Wirajaya atau Nangganan, Batara Kondang Hapa, dan Batara Pancar Buana atau Terong Peot ke Kutamaya Sumedang Larang dari Cirebon
Dibawanya Ratu Harisbaya ke Sumedang, karena Prabu Geusan Ulun, Ratu Harisbaya dan Panembahan Ratu Cirebon pernah sama-sama menimba ilmu agama Islam di Pesantrenan di Kerajaan Pajang. Lalu Ratu Harisbaya oleh Sultan Agung Mataram dinikahkan dengan Panembahan Ratu.
Ketika suatu saat Prabu Geusan Ulun diundang pesta jamuan di Kesultanan Cirebon, maka timbullah cinta lamanya bersemi kembali diantara Prabu Geusan Ulun dengan Ratu Harisbaya, sehingga Ratu Harisbaya dibawa ke Sumedang dan dijadikan garwa padmi ke 2 oleh Prabu Geusan Ulun.
Sebagai kelanjutannya dari peristiwa tersebut pada jaman Pangeran Girilaya berkuasa di Cirebon putranya Panembahan Ratu, Pangeran Girilaya mengirimkan pasukan Cirebon untuk berperang dengan pasukan Sumedang Larang. Pasukan Cirebon berhasil dipukul mundur atau dikalahkan karena untuk ke wilayah Sumedang Larang mereka harus menyebrangi Sungai Cimanuk sementara Pasukan Sumedang Larang dibawah komando Jaya Perkasa telah bersiaga di daerah perbatasan Tolengas Majalengka dan Tomo tersebut. Oleh karenanya terjadi kekalahan dalam peperangan tersebut dan banyak pasukan Cirebon yang meninggal di daerah itu, sehingga daerah di Tomo ini disebut daerah Lemah Beureum atau daerah banjir darah.
Saya dan kang Yadi Mulyadi mewakili Ketua Pengurus Yayasan Kang Lucky Soemawilaga karena ada halangan, untuk mendampingi Kang Bayu, Kang Beha dan rekan-rekannya untuk mengantar berjiarah ke Desa Darmawangi ke makamnya Raden Aria Wiraraja atau Dalem Aria Wiraraja, dan kebetulan kepala desanya Ibu Hayati Darmawangi saya kenal.
Menurut Kang Bayu dan Kang Beha dari Tanggerang, mengatakan : "Saya yakin ini adalah makamnya Raden Wiraraja, sementara di Tanggerang hanya tahunya di Pulo Cangkir Kecamatan Kronjo, tapi itu diragukan. karena dalam Cerita Pararimbon Ke-aria-an Tanggerang, Pangeran Jaga lautan itu gelar atau pangkat yang diberikan sebagai Papager Laut atau Penjaga Wilayah Pantai. Dari cerita Pararimbon dan Serat dari Lengkong, dahulu leluhur saya diberi wasiat ada di Daerah Lemah Beureum Tomo dan Tolengas makamnya, yang batasnya berada di kali Cimanuk, dan anaknya yaitu Raden Aria Wangsakara hijrah ke Banten tepatnya di kali Cipamunggas sampai ke Cidurian diikuti oleh Raden Kartajiwa atau Soeriadiwangsa 2 dan Aria Santika. Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja sering menjenguk putranya yaitu Raden Wangsakara atau Raden Wiraraja 2 di Lengkong"
Itulah hasil survey saya dan Kang Bayu, Kang Beha dan kawan-kawan dari Tanggerang pertama kalinya, bahwa makam yang berada di Pasir Ipis, Desa Darmawangi tersebut adalah makam putranya Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun yaitu Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja, sebelum saya berjiarah lagi dengan Kang Lucky Soemawilaga, Kang Lilly Soemawilaga dan Kang Egi Wijayakusumah karena diundang oleh Ibu Hayati, S.Pdi selaku Kepala Desa Darmawangi Tomo.
Ibu Hayati Darmawangi S.Pdi, selaku Kepala Desa Darmawangi di tahun 2019 sudah menganggarkan untuk pemeliharaan di area pemakaman Raden Aria Wiraraja mudah-mudahan dengan adanya anggaran pemeliharaan tersebut bisa menarik wisata situs Sejarah di Kabupaten Sumedang.
Dahulu masyarakat Desa Darmawangi Kecamatan Tomo sering mengadakan acara rutin setiap tahunnya yaitu "Acara Hajat Ka Pasir", acara ini salah satu rasa syukur masyarakat desa atas hasil panen yang melimpah yang dipimpin oleh sesepuh Desa Darmawangi dan juga juru kunci makam, namun seiring dengan perubahan jaman, lambat laun tradisi itu tepatnya semenjak tahun 90-an tradisi itu sudah tidak dilakukan lagi.
Menurut Bapak Tasid selaku juru kunci makam, sekarang susah untuk menimbulkan kembali tradisi tersebut berbenturan dengan masyarakat yang kebanyakan mengatakan bahwa hal Acara Hajat Ka Pasir suatu hal yang tidak sesuai dengan hukum agama, padahal itu adalah tradisi turun menurun dari sesepuh terdahulu yang patut dilestarikan. Oleh karena itu diperlukan ada lagi penggeraknya daripada masyarakat Desa Darmawangi yaitu dibentuknya Lembaga Adat Desa.
Sekarang kita jelaskan Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja berdasarkan "Transkrip Naskah Kitab Negara Krethabumi karya Pangeran Wangsakerta Cirebon tahun 1670, di dalam pasal 73 sampai pasal 75, menceritakan tentang Silsilah Pangeran Santri, Prabu Geusan Ulun dan Raden Aria Wiraraja adalah putranya Ratu Harisbaya, yaitu :
Adapun ayahanda Pangeran Geusan Ulun adalah Pangeran yang menjadi Raja Sumedang yang sudah memeluk Islam Pangeran Santri yang memperoleh warisan Negara Sumedang Larang dari isterinnya, Nyimas Pucuk Umun Sumedang, yang kerajaannya di Kutamaya. Dan Pangeran Santri menjadi Raja Sumedang pada tanggal 13 “paro peteng” asyuji masa 1452 saka ataw sekitar 1530-1531 masehi.
Pangeran Santri lahir pada tanggal 6 “paro peteng” yesta masa tahun 1427 saka atau diantara 1505-1507 masehi dan wafat tanggal 10 “paro terang” asyuji masa tahun 1501 saka atau sekitar 1579-1580 masehi.
Adapun pangeran Santri adalah anak Pangeran Palakaran, yaitu Pangeran Muhammad namanya yang lain dan isterinnya ialah wanita dari Sindangkasih, yang menikah pada tahun 1426 saka atau sekitar 1504-1505 masehi.
Pangeran Muhammad lahir pada tahun 1400 saka atau sekitar 1478-1479 masehi dan wafat pada usia 68 tahun. Pangeran Muhamad adalah anak Pangeran Panjunan dari isteri Nyi Mas Matangsari. Nyi Mas Matangsari anak Kyai Ageng Japura. Kyai Ageng Japura anak Ratu Japura Sang Prabu Amuk Marugul Sakti Mandraguna. Sedangkan Pangeran Muhammad adalah adik Nyi Mas Kencana Sari isteri Pangeran Cirebon. Pangeran Cirebon anak Pangeran Cakrabuwana. Pangeran Muhammad penyebar agama Islam di Sindangkasih dan Sumedang.
Puteranya Pangeran Muhamad adalah Pangeran Santri disebut Ki Gedeng Sumedang. Sumedang dinyatakan sebagai daerah muslim pada tahun 1451 saka atau sekitar 1529-1530 masehi.
Adapun putra Pangeran Geusan Ulun Sumedang dari isteri Nyi Mas Gedeng Waru adalah Pangeran Dipati Rangga Gede namanya, menjadi Bupati bawahan Mataram, yang memerintah dengan daerah-daerah wilayahnya.
Sedangkan puteranya dari isteri Nyi Ratu Harisbaya adalah yang pertama Pangeran Aria Soeriadiwangsa atau Dipati Rangga Gempol, kedua Raden Rangga Nitinagara, ketiga Raden Aria Wiraraja dan yang ke empat Pangeran Tumenggung Tegalkalong, putri Sang Tumenggung Tegalkalong ini ditikah oleh anak Sultan Agung Mataram.
Dari silsilah atau nasab Raden Aria Wangsakara, tokoh Pendiri Tanggerang. Raden Aria Wiraradja putranya Prabu Geusan Ulun, menikah dengan Nyimas Cipta putrinya Raden Kidang Palakaran Zuriat Pucuk Umun Banten, mempunyai anak 2 orang, yaitu : anak ke 1 Raden Wiraraja 2 atau Raden Aria Wangsakara atau Haji Mas Wangsa atau Raden Kenyep atau Kiyai Narantaka atau Aria Lengkong atau Aria Tanggeran 1, Bupati Lengkong Tanggerang Pertama antara 1633-1654 dan 1653-1665, menurunkan ke Serpong Tanggerang dan Anak ke 2 Nyimas Noertedja yang menurunkan ke Darmawangi dan Sumedang.
Raden Aria Wangsakara atau Raden Wiraraja 2 atau Haji Mas Wangsa atau Raden Kenyep atau Kiyai Narantaka atau Aria Lengkong atau Aria Tanggeran 1, Bupati Lengkong Tanggerang Pertama antara 1633-1654 dan 1653-1665, menurunkan ke Serpong Tanggerang, mempunyai 7 orang anak, yaitu : anak ke 1 Raden Aria Yudanagara atau Aria Tanggeran 2, anak ke 2 Raden Aria Raksanegara atau Aria Tangeran 3, anak ke 3 Raden Wiranegara atau Syekh Ciliwung, anak ke 4 Nyi Raden Ratna Sukaesih, anak ke 5 Nyi Raden Wira Sukaesih, anak ke 6 Nyi Raden Sukaedah, dan anak ke 7 Nyi Raden Supadmi.
Sedangkan Nyimas Nurtedja dinikah oleh Raden Wiraredja, mempunyai anak, Raden Parantaka dan Raden Parantaka mempunyai 6 orang anak yaitu Raden Sepuh Parantaka yang meneruskan memimpin di Pasir Ipis Darmawangi, Raden Bangsadipa, Raden Wiradiredja 1, Raden Kartadinata, Raden Nata dan Raden Natabrata.
Untuk lebih jelasnya saya uraikan nasab Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun Sumedag atau Ratu Inten Dewata, menurut buku silsilah stambond Sumedang dan silsilah Raden Aria Wiraraja atau Dalem Wiraraja 1 dan Nasab Raden Aria Wangsakara, tokoh Pendiri Tangerang, adalah sebagai berikut :
Generasi ke-3
1.1.2 Dari silsilah atau Nasab Raden Aria Wangsakara, tokoh Pendiri Tangerang. Raden Aria Wiraradja 1 putranya Prabu Geusan Ulun adalah, menikah dengan Nyimas Cipta putrinya Raden Kidang Palakaran Zuriat Pucuk Umun Banten, mempunyai anak :
1.1.2.1 Raden Wiraraja 2 atau Raden Aria Wangsakara atau Haji Mas Wangsa atau Raden Kenyep atau Kiyai Narantaka atau Aria Lengkong atau Aria Tanggeran 1, Bupati Lengkong Tanggerangg Pertama antara 1633-1654 dan 1653-1665, menurunkan ke Serpong Tanggerang.
1.1.2.2 Nyimas Noertedja
1.1.2.1 Raden Wiraraja 2 atau Raden Aria Wangsakara atau Haji Mas Wangsa atau Raden Kenyep atau Kiyai Narantaka atau Aria Lengkong atau Aria Tanggeran 1, Bupati Lengkong Tanggerangg Pertama antara 1633-1654 dan 1653-1665, menurunkan ke Serpong Tanggerang, mempunyai 7 orang anak :
1.1.2.1.1 Raden Aria Yudanagara atau Aria Tanggeran 2
1.1.2.2.1 Raden Parantaka, mempunyai anak :
1.1.2.2.1.1 Raden Sepuh Parantaka yang memimpin di Pasir Ipis Darmawangi
1.1.2.2.1.2 Raden Bangsadipa
1.1.2.2.1.3 Raden Wiradiredja 1
1.1.2.2.1.4 Raden Kartadinata
1.1.2.2.1.5 Raden Nata
1.1.2.2.1.6 Raden Natabrata
1.1.2.2.1.3 Raden Wiradiredja 1, mempunyai anak :
1.1.2.2.1.3.1 Raden Waradiredja 2
1.1.2.2.1.3.2 Raden Wiradidjaya
1.1.2.2.1.3.3 Nyi Raden Bandiya
1.1.2.2.1.3.4 Nyi Raden Kerta
1.1.2.2.1.1 Rd. Sepuh Parantaka yang memimpin di Pasir Ipis Darmawangi, mempunyai anak :
1.1.2.2.1.1.1 Raden Suwantaka
1.1.2.2.1.1.2 Mas Astrantaka
1.1.2.2.1.1.3 Mas Radjadinata
1.1.2.2.1.3.2 Raden Wiradidjaya, mempunyai anak, yaitu :
1.1.2.2.1.3.2.1 Raden Wiradiredja 3
1.1.2.2.1.3.2.2 Raden Wiradidjaya 2
Generasi ke-7
1.1.2.2.1.1.1 Raden Suwantaka, mempuyai 2 orang anak, yaitu :
1.1.2.2.1.1.1.1 Mas Suba, menikah dengan putraiya Bapa Djakar Panday.
1.1.2.2.1.1.1.2 Adiknya Mas Suba (tidak diketahui namanya).
1.1.2.2.1.1.3 Mas Radjadinata, mempunyai anak, yaitu :
1.1.2.2.1.1.3.1 Nyimas Deles
1.1.2.2.1.3.2.1 Raden Wiradiredja 3, mempunyai 3 orang anak, yaitu :
1.1.2.2.1.3.2.1.1 Raden Tejamantri
1.1.2.2.1.3.2.1.2 Raden Sanabak
1.1.2.2.1.3.2.1.3 Raden Kataredja
1.1.2.2.1.3.2.1 Rd. Wiradiredja 3 dari istrinya putranya Raden Wijaya No.1, mempunyai anak :
1.1.2.2.1.3.2.1.4 Mas Wiradiredja
1.1.2.2.1.3.2.1.5 Nyimas Dewi
1.1.2.2.1.3.2.1.6 Nyimas Murta
Generasi ke-8
1.1.2.2.1.1.3.1.1.1 Nyimas Kamrah ditikah oleh Rd. Soeradiredja putra dari Dalem Adipati Soerialaga 1.
1.1.2.2.1.3.2.1.5.1 Nyimas Djamasih
1.1.2.2.1.3.2.1.5.2 Raden Mangunpradja.
Post a Comment