Mengenal Sejarah Bubur Asyura, Saat 10 Muharram Menurut Agama dan Naskah Cipaku



Menurut Agama
Bicara soal bulan Muharram, tentu tak bisa lepas dari ibadah puasa Asyura yang rutin dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram. Bagi umat Islam, puasa sunah ini sendiri dianggap sangat istimewa, karena dipercaya mampu menghapuskan dosa setahun lalu. 

Nah, ada satu kuliner spesial yang biasanya dihidangkan khusus untuk berbuka saat puasa Asyura, yakni bubur Asyura. 

Di berbagai daerah di Indonesia, bubur Asyura biasanya akan dimasak dalam porsi yang besar dan dibuat bergotong-royong oleh warga desa. Lalu, seperti apa sih sejarah Bubur Asyura? Nah, simak penjelasannya berikut ini.



1. Berawal dari perjuangan Nabi Muhammad SAW Saat "Perang Badar"
Ada beberapa versi yang menjelaskan tentang asal-usul bubur Asyura. Salah satunya berawal dari perjuangan Nabi Muhammad SAW saat perang Badar. 

Di kisahkan, usai perang Badar, jumlah prajurit Islam menjadi semakin banyak. Saat itu, ada seorang sahabat nabi sedang memasak bubur. Namun sahabat tersebut tak mengira ternyata porsi bubur yang ia masak tak sebanding dengan jumlah prajurit yang harus diberi makan. 

Rasulullah akhirnya memerintah para sahabat untuk mengumpulkan bahan makanan apa saja yang ada agar dicampurkan ke bubur yang telah dimasak, dengan tujuan supaya porsi semakin banyak dan cukup untuk makan para prajurit. 

Peristiwa ini pun menjadi tradisi yang terus menerus dilakukan oleh umat Islam, dalam rangka menyemarakkan keistimewaan bulan Muharram.

2. Versi Kisah Nabi Nuh Saat turun Dari Kapal Setelah Banjir Bandang
Versi lain menyebutkan, tradisi memasak Bubur Asyura berawal dari peristiwa penting saat Nabi Nuh turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. 

Saat pertama kali menyentuh daratan, Nabi Nuh memerintahkan umatnya untuk mengumpulkan semua sisa perbekalan selama berlayar. Kemudian, ia memerintahkan agar semua sisa bekal itu dicampur dan diaduk menjadi adonan bubur. 

Bubur itulah yang kemudian disedekahkan kepada semua orang yang selamat dari bencana banjir bandang kala itu.

3. Di Indonesia Menjadi Ajang Untuk Mempererat Tali Silaturahmi
Tradisi memasak bubur Asyura setiap tanggal 10 Muharram memang masih terus dipertahankan di berbagai daerah di Indonesia. Momen ini menjadi semakin spesial, karena bubur akan dimasak secara bergotong-royong oleh masyarakat. 

Tak heran momen memasak bubur Asyura ini pun menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan menumbuhkan jiwa sosial. Memasak bubur Asyura sendiri sebenarnya sama seperti memasak bubur pada umumnya. Hanya saja, bahan yang dicampur biasanya dilengkapi hingga 41 jenis bahan dan rempah-rempah, seperti sayur, kacang-kacangan, daging, hingga telur.


Menurut Naskah Cipaku
- Nabi Adam deui namana, Kuwu Sangkan deui namana, tuluy dibagi tempat nu tiluan, Kuwu Sangkan di Alas Amer, ari eta Sang Perbu Rosul, bagean nana di Mekah, Ratu Galuh di Cipaku nyieun ciri. 
Artinya : Nabi Adam as, memiliki nama lain yaitu Kuwu Sangkan, kemudian yg bertiga diberi bagian wilayah, Kuwu Sangkan di Alas Amer, Sang Perbu Rosul di Mekah, Ratu Galuh di Cipaku membuat tanda.

- Ayeuna kocap deui, Kuwu Sangkan urang kocap, ngadamel deui pakuwon, jangeun tempat anu laluhung, sareng perwali-wali, ngadamelna di Alas Amer, ayeuna geus nepi ka waktu, ka 14 Muharam, geus sedeng deui babakti ka Gusti, ka Pakuwon ngan teu aya waktu. 
Artinya : Sekarang kembali ke kisah, kisah Kuwu Sangkan, membuat lagi Pakuwon (tempat kuwu memerintah), untuk tempat orang orang yang berilmu, dan para wali, mendirikannya di Alas Amer sekarang sudah sampai pada waktunya, tanggal 14 Muharam, sudah saatnya berbakti kepada Allah Azza Wajalla.

- Di dinya aya pepeling deui, eh mun teu aya waktuna, ayeuna saaya-aya bae nu dijero koja, terus muka bubungkusan deui, dibungkus ngan bae aya sisikian, jeung beas sarawu, jeung aya hayam sahiji, terus bae diasakan. 
Artinya : Saat itu ada yang mengingatkan kembali, bahwa kalau tidak ada waktu, laksanakan seadanya saja yang ada di dalam tas anyaman, kemudian membuka bungkusan, didalam bngkusan hanya ada biji bijian dan segenggam beras, serta seekor ayam, kemudian dimasak.

- Dicampurkeun jadi hiji, barang atahan sadayana, terus digodog wae, nepika jadi bubur, terus dibaktikeun ka Gusti, geus dibagikeun aya KASURA, ayeuna eta bubur, BUBUR SURA eta namana, Kuwu Sangkan mere pepeling ka umat-umat sadaya. 
Artinya : Dicampur jadi satu, bahan mentah semuanya, kemudian direbus, hingga jadi bubur, kemudian dipersembahkan kepada Allah Azza Wajalla, setelah dibagikan ada (kelak pada tanggal 10 Muharam juga terjadi peristiwa) Kasura, sekarang bubur itu, namanya BUBUR SURA, Kuwu Sangkan mengingatkan kepada seluruh umat manusia.

- Lamun umat jaga diahir, lamun hajat bulan Muharam, nyieun bubur bae, tuluy baktikeun ka Nu Agung, ditempatna bae masing-masing, bulan muharam, aya nama BULAN SURA, kitu asalna kapungkur. 
Artinya : Jika kelak umat manusia diakhir, jika melaksanakan upacara di bulan Muharam, cukup dengan membuat BUBUR, kemudian persembahkan kepada Allah Azza Wajalla, di tempatnya masing masing, bulan Muharam, nama lainnya BULAN SURA, demikan asal muasalnya dahulu. (Naskah Pakuning Alam Cipaku Darmaraja)

Baca Juga :

Tidak ada komentar