Penyebaran Islam Di Jawa Melalui Jalur Perdagangan Laut dan Perkawinan Silang



Penyebaran Islam Di Jawa Melalui Jalur Perdagangan Laut dan Perkawinan Silang

Menurut catatan-catatan para Sejarawan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada tahun 674 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah Raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam. (Catatan : Kemungkinan di Jawa Barat armada Islam masuk melalui Jalur Perdagangan Pelabuhan Caruban (Cirebon) dan Kekhalifahan Ali r.a, belum berseteru dengan kekhalifahan Muawiyah, karena ada gesekan pihak ketiga, Beberapa tokoh "Bangsa MU-sliman Wacana" Sundahyang di Jawa Barat pada jaman tersebut diantaranya : Syekh Haji Pandita Rukmin atau Syeh Rukman di Sancang Garut, Seorang Pertapa Pandita Muslim yang kembali ke Tatar ParaHU Hyang dan mengajarkan ajaran Aqoid, pada masa tersebut di tatar PaSundaan, konon kabarnya beliau dibenci oleh Prabu Rsi Kandiawan, karena berbeda ajaran meskipun sama-sama keturunan Raja-raja Sundahyang, diakhiri pengembaraannya beliua dibantu oleh murid-muridnya yaiitu Syekh Pandita Rukmantara dan Syekh Pandita Rukmantiri yang disampaikan pada keturunan Raja-raja di tatar Sunda Galuh dan Sunda Pakuan - Penafsiran penulis sendiri dari Naskah Suryaningrat Garut).
Urang Sundahyang ngalalana Alam Bhuana Panca Tengah, geus ti baheula ti jaman bangsa I'shin (Sundaland) ...lantaran kalelep ku Cai Sagara, nepi ka aya turunanana nyaeta bangsa Guatama, Sem, Jaffeth, Ham jeung Yista.



2. Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).

3. Pada tahun 896 M keluarga besar Imam Ahmad Al Muhajir keturunan ke 7 dari Husain bin Ali (Cucu Nabi Muhammad SAW) bersama 70 orang anggota keluarganya hijrah dari Iraq ke Madinah dan Mekah, karena alasan keamanan. Dari Mekah hijrah ke Hadral Maut, Yaman sekitar tahun 898 M. Kemudian dari Hadral Maut inilah mereka melakukan penyebaran Islam melalui jalur India Selatan, Kamboja atau Champa, Malaysia, dan Indonesia. Pada jaman ini ada Komplek Pekuburan Muslim Tua Di Desa Kayu Geritan Kecamatan Pekalongan Selatan (Karuhunnya Para Wali di Pekalogan)


4. Tahap awal penyebaran Islam ke wilayah Nusantara diperkirakan melalui jalur perdagangan perorangan sebagai upaya penyelidikan dan penyusunan strategi yang paling tepat, seperti yang dilakukan oleh Ali bin Muhammad ad-dibaj ayah dari Abdul Aziz Syah, Sultan Perlak I Aceh, (840 - 864 M) yang Kawin Silang dengan adik Raja Perlak yang bernama Makhdum Tansyuri. Di Nusantara para pedagang dari Hadral Maut ini juga sampai di Pulau Jawa pada zaman Kerajaan Kediri (1042 - 1122 M), Kerajaan Singasari (1222 - 1292 M) sampai dengan pertengahan zaman Kerajaan Majapahit sekitar abad ke 13.

5. Kehadiran Muslim asing di Nusantara bagaimanapun tidak menunjukkan tingkat konversi pribumi Nusantara ke Islam yang besar atau pembentukan negara Islam pribumi di Nusantara. Bukti yang paling dapat diandalkan tentang penyebaran awal Islam di Nusantara berasal dari tulisan di batu nisan dan sejumlah kesaksian peziarah. Nisan paling awal yang terbaca tertulis tahun 475 H (1082 M),

6. Tahap berikutnya penyebaran Islam secara besar-besaran dilakukan secara bertahap dengan cara yang sistematis dan dilakukan sebagai "Misi" yang terorganisasi. Rombongan pertama bergerak dari Champa menuju Kelantan (Malaysia) pada tahun 1349, kemudian ke Samudra Pasai dan sampai di Jawa pada tahun 1404 dipimpin oleh Syekh Jamaludin Husen Akbar dan putranya Syekh Maulana Maliq Ibrahim / Sunan Gresik.  Masuk lewat Semarang kemudian bergerak ke Trowulan pusat kota Majapahit. Rombongan mereka juga masuk ke daerah Pekalongan bersama 25 orang Al-Maghrobi.

Menurut Pangersa Al Habib Lufthi, pada Jaman ini ada tokoh wali Sepuh konon, Syaikh Muhibbat Al Maghrobi Wali Sepuh lebih tua daripada Wali Songo yang makamnya di Indramayu.


7. Di Pulau Jawa Al-Maghroby-Al-Maghrobi tersebut melalui Dewan Perwalian Penyebaran Islam secara gradual dan terarah membentuk Wali-7 dan Wali-9 yang anggotanya berganti-ganti. Untuk mempercepat penyebaran Islam di Jawa Wali-7 maupun Wali-9 menggunakan strategi "Perkawinan Silang" dengan keturunan langsung maupun tidak langsung Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram, Kesultanan Cirebon, Kerajaan Sumedang Larang dan Kesultanan Banten. Perkawinan Silang pertama yang "kontroversial" adalah adik Sunan Ampel yang bernama Syarifah Siti Jaenab yang menikah dengan Raja Majapahit terakhir (Brawijaya V) yaitu Prabu Kertabhumi, dari perkawinan tersebut lahirlah Raden Patah / Jin Bun yang pada akhirnya membentuk Kesultanan Demak yang bernapaskan Islam.

8. Kemudian Perkawinan Silang berikutnya antara Syekh Maulana Maliq Ibrahim / Sunan Gresik dengan Dewi Rasawulan adik Sunan Kalijaga yang melahirkan Abdurrahim Al-Maghribi atau Raden Jaka Tarub. Kemudian Perkawinan Silang antara Wan Abdullah atau Syarif Abdullah Umdatuddin dengan Nyai Rara Santang atau Hajjah Syarifah Muda'im putri Prabu Siliwangi Sri Baduga Maharaja raja Pajajaran (1482-1521) yang menurunkan putra Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah pendiri Kesultanan Cirebon, yang kelak mendirikan Kesultanan Banten melalui putranya Sultan Hasanuddin.

9. Keturunan Brawijaya V yang melakukan perkawinan silang adalah Raden Bondan Kejawan dengan Retno Dewi Nawangsih (putri Jaka Tarub, putra Syekh Maulana Maliq Ibrahim / Sunan Gresik) yang kemudian melahirkan beberapa tokoh kunci penerus Kerajaan Majapahit dan Perintis Kesultanan Mataram yang selanjutnya membentuk Kesultanan Mataram Islam kelanjutan kerajaan Pajang yang mulai runtuh.


Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia Pada Abad 13 M Melalui Pedagang Gujarat

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i.

Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082 M) di Gresik.

Salam Santun

Baca Juga :

Tidak ada komentar