Sekilas Lokasi dan Makam Situs Keramat Cipeueut Desa Cipaku Jatigede

Perubahan kebudayaan secara fisik dapat dilihat melalui beberapa tinggalan hasil budaya. Wujud kebudayaan yang terdiri dari ide, tingkah laku, dan benda secara hakiki tidak bisa dipisah-pisahkan. Pada suatu benda akan terkandung ide dan tingkah laku yang mengawalinya sehingga benda itu terbentuk. Makam merupakan merupakan salah satu tinggalan yang dapat mencerminkan adanya proses perubahan budaya. Makam dalam hal ini difahami tidak sekedar kuburan tetapi merupakan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa unsur meliputi halaman, jirat, dan nisan. Di Sumedang terdapat beberapa kompleks makam raja-raja, diantaranya  Lokasi dan Makam Situs Keramat Desa Cipaku Jatigede yang saat ini akan tergenang oleh waduk Jatigede.




1. Kawasan Situs Keramat Aji Putih
Kawasan situs Keramat Aji Putih secara administratif berada di ujung barat kampung yang berada di sebelah timur Desa Cipaku. Lokasi kawasan situs Keramat Aji Putih dari ujung kampung kemudian melalui jalan setapak di area persawahan ke arah selatan berjarak sekitar 200 m. Di kawasan situs ini terdapat tiga objek yaitu makam Prabu Guru Aji Putih, makam Resi Agung, dan makam Ratu Ratna Inten Dewi Nawangwulan.

Makam Situs Keramat Eyang Aji Putih

b. Makam Resi Agung
Resi Agung adalah patih dari kerajaan Galuh
patih Galuh Prabu Arya Bimaraksa  sebagai Ayahnya dan juga guru spiritual bagi Prabu Guru Aji Putih. Makam Resi Agung terletak di sebelah timur laut makam Prabu Guru Aji Putih, tepatnya berada pada posisi 06° 53’ 40,3” LS dan 108° 04’ 59,3” BT. Menuju ke makam ini dengan melewati jalan yang berada di sebelah timur makam Prabu Guru Aji Putih, ke arah utara kemudian belok ke arah timur laut. Jarak antara ke dua makam ini sekitar 200 m.

Makam berpagar bambu dilapisi kain warna merah putih. Di sebelah barat daya makam terdapat bangunan tidak permanen yang dipakai untuk bermukim para peziarah. Untuk memasuki makam melalui pintu gerbang yang berada di sudut barat daya. Objek makam terdiri dari jirat dan nisan. Jirat terdiri dari struktur batu alam berdenah segi empat berukuran 3 x 4,5 m dengan orientasi utara-selatan. Nisan berupa batu alam tegak (menhir) setinggi 40 cm yang terletak di bagian utara makam.

Situs Makam Resi Agung

 
 c. Makam Ratu Ratna Inten Dewi Nawangwulan
Lokasi objek terletak di tengah persawahan, pada ordinat 06° 53’ 34,85” LS dan 108° 04’ 50,02” BT. Lahan makam berupa semacam hutan kecil berukuran sekitar 15 x 30 m memanjang utara-selatan. Di sisi timur lahan terdapat jalan setapak dan parit kecil untuk keperluan irigasi sawah. Untuk memasuki lahan melalui jalan masuk yang berada di sisi timur bagian utara. Halaman yang terdapat objek makam berada di bagian utara lahan berpagar bambu. Halaman ini berukuran sekitar 11 x 10 m. Pintu masuk berada di sisi selatan. Di sebelah selatan halaman ini terdapat bangunan tidak permanen sebagai tempat istirahat para peziarah.

Makam Ratu Ratna Inten Dewi Nawangwulan terdiri dari jirat dan nisan dengan orientasi utara-selatan. Jirat berupa tatanan batu alam dengan denah persegi empat berukuran 4,7 x 2,6 m, dan batu alam berfungsi sebagai nisan terletak di bagian utara makam. Nisan berbentuk oval berukuran tinggi 45 cm, dengan bagian terlebar 25 cm dan ketebalan 10 cm. Makam ini sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk dan masih diziarahi oleh masyarakat baik lokal maupun dari daerah lain dengan berbagi keperluan.

Makam Situs Ratu Ratna Inten Dewi Nawangwulan


2. Situs Astana Gede Cipeueut
Situs Astana Gede secara administratif terletak di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja dan pada ordinat 06° 53’ 24,4” LS dan 108° 04’ 20,8” BT. Lokasi situs terletak di pinggir sebelah utara jalan masuk ke Kampung Cipeueut dan menjadi satu dengan pemakaman umum warga setempat. Di situs ini terdapat tiga objek berupa makam, yaitu makam Nyi Mas Siti Sujiah (istri Prabu Lembu Agung), Embah Jalul, dan Prabu Lembu Agung. Ketiga makam tersebut sampai sekarang masih dikeramatkan oleh masyarakat baik setempat maupun luar daerah.

a. Makam Nyi Mas Siti Sujiah
Makam Nyi Mas Siti Sujiah berada pada bagian paling selatan kompleks makam yang dikeramatkan. Bagian makam ini dikelilingi pagar dari susunan batu setinggi sekitar 80 cm hingga 1 m, dengan ketebalan 80 cm. Bagian halaman yang berpagar ini berdenah empat persegi berukuran sekitar 7 x 8 m. Pintu/jalan masuk berada di sisi selatan. Tepat di sebelah dalam jalan masuk terdapat batu datar.

Makam terdiri dari jirat dan nisan. Jirat berupa struktur batu alam berdenah segi empat berorientasi utara-selatan sedikit menyerong ke arah timur laut – barat daya. Nisan bagian selatan berukuran lebih besar bila dibandingkan dengan nisan bagian utara. Kedua nisan terbuat dari batu yang dipangkas sehingga berbentuk papan batu.

b. Makam Embah Jalul
Makam Embah Jalul berada di sebelah utara makam Nyi Mas Siti Sujiah. Makam terdiri dari jirat berupa struktur batu alam dan nisan berupa batu berdiri. Makam berorientasi utara-selatan.

Makam Situs Embah Jalul

c. Makam Prabu Lembu Agung
Prabu Lembu Agung adalah salah satu raja Kerajaan Sumedanglarang. Makam Prabu Lembu Agung berada di bagian paling dalam atau paling utara lahan yang dikeramatkan. Makam dikelelingi pagar kayu dengan pintu masuk di bagian selatan pagar. Makam berupa struktur batu berteras dua dengan batu tegak di puncaknya sebagi nisan. Makam berorientasi utara-selatan.



Penenggelaman Bendungan Jatigede menyimpan masalah, yaitu soal situs-situs sejarah kuno Kerajaan Sumedang Larang, yang berada di daerah yang terkena dampak Proyek Jatigede, secara keseluruhan situs-situs tersebut adalah :
1. Situs Leuwiloa, berupa makam kuna (keramat) Embah Wacana, yang berlokasi di Kampung Leuwiloa, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

2. Situs Nangewer, berupa makam kuna (keramat) Embah Mohammad Abrul Saka, yang berlokasi di Kampung Nangewer, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

3. Situs Tembongagung, bekas-bekas kerajaan Tembongagung yang sudah sulit dikenali, hanya ditemukan sebaran keramik Cina dari masa Dinasti Ming, yang berlokasi di Kampung Muhara, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

4. Situs Pasir Limus, merupakan kompleks makam kuna Eyang Jamanggala, Eyang Istri Ratna Komala Inten, Eyang Jayaraksa (Eyang Nanti), dan makam lain. Di sebelah timur kedua makam ini terdapat monolit. Diduga ada tatanan batu membentuk bangunan berundak. Makam ini disebut juga petilasan Tilem.

5. Situs Muhara,0 berupa makam keramat Eyang Marapati dan Eyang Martapati, yang berada di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

6. Situs Marongpong, berupa makam keramat Embah Sutadiangga dan Embah Jayadiningrat, pendiri Kampung Cihideung, yang berlokasi di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

7. Situs Nangkod, makam Embah Janggot Jaya Prakosa, yang berlokasi di Kampung Nangkod Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

8. Situs Sawah Jambe, berupa tiga batu berdiri (menhir) yang terletak di wilayah kampung Sawah Jambe, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

9. Situs Lameta, berupa makam keramat Embah Dira dan Embah Toa, pendatang dari Betawi yang membedah aliran Cihaliwung dan Cisadane. Tokoh ini juga diceritakan
sebagai orang (tempat lalandong/berobat) Prabu Siliwangi. Situs Lameta berada di pemukiman penduduk Kampung Lameta Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja;

10. Situs Betok, kompleks makam yang berlokasi di Kampung Betok, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja

11. Situs Tanjungsari, berupa kompleks makam kuna Embah H. Dalem Santapura bin Betara Sakti, penyebar agama Islam di Darmaraja, dengan enam makam putranya, yang berlokasi di Dusun Kebon Tiwu, Desa Cibogo, Kecamatan Darmaraja. Di lokasi ini juga terdapat makam Demang Patih Mangkupraja, Patih Sumedang semasa Pangeran Kornel, dan makam-makam para juru kunci. Dekat situs terdapat sumur kuna yang disebut Cikahuripan.

12. Situs Munjul, berupa kompleks makam dengan makam utama Singadipa, yang berlokasi di Kampung Munjul, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja;

13. Situs Keramat Eretan, berupa makam keramat Embah Geulis, istri Prabu Gajah Agung, dan makam-makam lainnya yang berlokasi di Kampung Cisurat, Desa Cisurat, Kecamatan Wado.

14. Situs Cipawenang, yakni mata air yang dikeramatkan. Situs ini berada di Kampung Cigangsa, Desa Pawenang, Kecamatan Wado. Konon mata air ini dibuat secara ajaib oleh Nyi Mas Ratu Asih, putri dari Kerajaan Nunuk di Majalengka.

15. Situs Cigangsa, berupa kompleks makam umum yang masih difungsikan hingga sekarang. Pada bagian yang paling atas terdapat kelompok makam yang dikeramatkan, di mana terdapat makam utama yaitu makam Embah Dalem Raden Arya Wangsa Dinaya. Situs berlokasi di Kampung Cigangsa Desa Pawenang, Kecamatan Wado.

16. Situs Gagak Sangkur, berupa makam keramat Raden Aria Sutadinata ( berasal dari Banten) yang berlokasi di Kampung Sundulan, Desa Padajaya, Kecamatan Wado

17. Situs Tulang Gintung, berupa makam keramat Eyang Haji Rarasakti atau Jayasakti yang berlokasi di Pasir Leutik, Kampung Sundulan, Desa Padajaya, Kecamatan Wado.

18. Situs Keramat Gunung Penuh, berupa makam keramat Tresna Putih, yang berlokasi di Kampung Bantarawi, Desa Padajaya, Kecamatan Wado;

19. Situs Keramat Buah Ngariung, makam Embah Wangsapraja, penyebar Islam di Buah Ngariung, yang berlokasi di Kampung Buah Ngariung, Desa Padajaya, Kecamatan Wado.

20. Situs Curug Mas, berupa tiga objek, yaitu pertama, kompleks makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang, penyebar agama Islam dari Kesultanan Mataram dan makam pengikutnya yang bernama Angling Dharma, kedua, air terjun Curug Mas yang diyakini sebagi tempat menyimpan bokor emas, bakakak (ayam dibelah) emas, dan tumpeng emas; dan ketiga, sumur keramat yang dinamai Sumur Bandung. Situs ini berlokasi di Kampung Cadasngampar, Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede.

21. Situs Cadasngampar, berupa komplek makam Aki Angkrih, pendatang dari Sumatra yang mendirikan Kampung Cadasngampar, dan makam keluarganya, yaitu makam Aki Angkrih, Nini Angkrih, Aki Kulo, dan Nini Kulo. Situs ini terletak di Dusun Cadasngampar, Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede.

22. Situs Tanjakan Embah, berupa makam keramat Embah Jagadiwangsa dan Embah Sadaya Pralaya, yang berlokasi di Desa Jemah, Kecamatan Jatigede

23. Situs Sukagalih, berupa lima makam yang dilengkapi bangunan cungkup. Tokoh utama yang dimakamkan adalah pendiri desa ini yaitu Eyang Akung. Di sebelah baratnya adalah makam istrinya, selanjutnya Aki Gading dan dua makam lagi tidak diketahui namanya. Situs ini berlokasi di Dusun Sukagalih, Desa Jemah, Kecamatan Jatigede.

24. Situs Keramat Aji Putih. Situs yang berada di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja ini berupa makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan, makam Prabu Aji Putih, dan makam Resi Agung.

a. Makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan. Lokasi objek terletak di tengah persawahan Makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan (istri Prabu Aji Putih) sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk dan masih diziarahi orang, baik penduduk setempat maupun dari luar dengan berbagai keperluan.

b. Makam Prabu Aji Putih. Lokasi makam terletak di sebelah timur laut makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan. Objek berupa makam yang terletak di puncak bukit. Bukit tersebut dikelilingi oleh parit dan tidak jauh dari Sungai Cibayawak.

c. Makam Resi Agung. Lokasi makam terletak di puncak bukit sebelah utara makam Prabu Aji Putih. Makam tersebut merupakan makam guru Prabu Aji Putih, pendiri Kerajaan Tembongagung. Makam masih dikeramatkan dan diziarahi oleh masyarakat setempat dan dari luar.

25. Situs Astana Gede Cipeueut. Secara administratif situs terletak di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja. Lokasi situs terletak di pinggir jalan masuk ke Desa Cipaku dan menyatu dengan pemakaman umum warga setempat. Di situs ini terdapat tiga objek berupa makam Raja Sumedanglarang, Prabu Lembu Agung, Embah Jalul, dan istri Prabu Lembu Agung.

Baca Juga :

Tidak ada komentar