• About
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact

Cipaku Darmaraja

CIPAKU: CIcingkeun - PAgeuhkeun - KUkuhkeun

The Most Popular Traffic Exchange
  • HOME
  • BERITA
    • Sumedang
    • Jabar
    • Regional
    • Pusat
  • CIPAKU
    • Sejarah
    • Kerajaan
  • JATI SUNDA
    • Jati Sunda
    • Sunda Wiwitan
    • Naskah Kuno
    • Uga
    • Wasiat
  • JATIGEDE
    • Petisi
    • Cagar Budaya
    • Wisata
  • SITUS
  • TATA KELOLA
  • GALERI
    • Video
    • Photo
Home » Berita » Situs » Relokasi Situs Dari Tempat Asal Adalah Penghapusan Sejarah

Relokasi Situs Dari Tempat Asal Adalah Penghapusan Sejarah

Dedie Kusmayadi
Add Comment
Berita, Situs
November 20, 2015
Situs - Jatigede, Pemerintah dan para ahli sejarah/budaya memang lucu bagaimana logikanya Situs Cagar Budaya bisa dipindahkan? Yang telah mereka lakukan adalah membuat Replika Situs Cagar Budaya dengan bahan-bahan material yang ada disana. Pertama-tama yang mereka lakukan adalah merubah pola pikir masyarakat dengan menyebutkan bahwa itu makam padahal sebenarnya itu bukan makam/kuburan yang bisa dipindahkan. Itu adalah Situs Cagar Budaya/Punden Berundak kalau di Jawa disebut Candi, tidak ada yang dikubur disana. Patok batu tunggal adalah simbol bahwa leluhur sudah dari sejak dahulu mempercayai bahwa mereka Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dari Amanah Buyut: “Buyut nu dititipkeun ka Puun Nagara Satelung Puluh Telu (33 Nusa), Bangawan Sawidak Lima (65 Sungai), Pancer Salawe Nagara (25 Nagara). Gunung teu meunang dilebur, Lebak teu meunang dirusak, Larangan teu meunang dirempak, Buyut teu meunang dirubah, Lojor teu menang dipotong, Pondok teu meunang disambung, Nu lain kudu dilainkeun, Nu ulah kudu diulahkeun, Nu enya kudu dienyakeun”. Amanah Leluhur Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan “Gunung Kaian, Gawir Awian, Cinyusu Rumateun, Sempalan Kebonan, Pasir Talunan, Datar Sawahan, Lebak Caian, Legok Balongan, Situ Pulasareun, Lembur Uruseun, Walungan Rawateun jeung  Basisir Jagaeun”.

Saat ini masih terdapat jejak-jejak Kabuyutan peninggalan Leluhur Nusantara yang masih terjaga keasriannya, sebagai cagar budaya dan spiritual serta warisan peradaban dunia sudah sepatutnya situs-situs kabuyutan tersebut dilestarikan oleh kita semua untuk dapat kita wariskan kepada anak cucu kita nanti.

Istilah situs kabuyutan juga terdapat dalam Prasasti Kebantenan (PKb) V, yaitu prasasti nomer 5 peninggalan Sribaduga (Prabu Siliwangi), Raja Pajajaran yang pertama dan termashur pada sekitar abad 14 M. Terjemahan berikut adalah kutipan isi Prasasti Kebantenan V (Saleh Danasasmita, dkk., 1984):

“Ini piagam (dari) yang pindah ke Pajajaran. Memberikan piagam kepada kabuyutan di Sunda Sembawa. Semoga ada yang mengurusnya. Jangan ada yang menghapuskan atau mengganggunya. Bila ada yang bersikeras menginjak daerah Sunda Sembawa aku perintahkan agar dibunuh karena tempat itu daerah kediaman para pendeta.”

Penggunaan istilah kabuyutan dapat ditelusuri lebih lanjut dalam sejarah, tidak saja di kalangan masyarakat Sunda, namun ternyata dijumpai pula dalam sejarah peradaban suku bangsa selain Sunda.
Hasil pengamatan terhadap seluruh situs-situs tersebut, tak kurang dari 20 situs yang memuat istilah kabuyutan dengan makna atau rujukan pengertian yang berbeda. Berdasarkan pengamatan terhadap situs-situs yang memuat istilah tersebut, sedikitnya terdapat 10 arti, makna atau maksud istilah kabuyutan, yaitu:

1. Umumnya dikaitkan dengan makna utamanya sebagai tempat suci, tempat yang disucikan atau disakralkan, situs atau tempat keramat, situs atau prasasti, di (menurut) masyarakat Tatar Sunda.
2. Nama tempat suci di kawasan luar Tatar Sunda, namun orang yang menggunakannya adalah orang Sunda (lihat misalnya: penggunaan istilah “kabuyutan Majapahit” oleh Bujangga Manik, seorang sejarawan Sunda yang hidup  pada abad 15-16 M.
3. Tempat-tempat suci yang dinamakan kabuyutan tersebut dapat berupa pertapaan, gunung, sungai, atau kawasan kerajaan yang secara geografis dapat dijumpai sampai di luar wilayah Jawa Barat sekalipun.
4. Berarti leluhur atau karuhun atau nenek moyang.
5. Berasal dari kata “buyut”, digunakan untuk menyebut larangan, tabu, atau pantangan  dari leluhur sebagaimana dalam adat masyarakat Baduy.
6. Nama lembaga pendidikan dalam sejarah Tatar Sunda yang berlangsung sampai sebelum periode pesantren.
7. Nama pedang pusaka kerajaan di yang terdapat di museum Sumedang dan diperlihatkan kepada masyarakat luas pada upacara tertentu.
8. Dalam kepercayaan masyarakat Bali, bermakna leluhur yang berdiam di Kahyangan; atau nama suatu jenis penyakit.
9. Nama desa-desa di Jawa di masa lalu dan “Buyut” atau “Dhari” adalah nama pemimpin desa (kabuyutan) tersebut.
10. Berarti musuh yang harus dijauhi atau musuh abadi (musuh bebuyutan).

Penggenangan Waduk Jatigede, Sumedang selain warga dan tempat tinggalnya, setidaknya ada beberapa situs kabuyutan Sumedang larang yang telah dipindahkan. Pemindahan Situs kabuyutan tersebut padahal tidak sesuai dengan amanah buyut. Dari situs-situs setelah diverifikasi lebih detil menyisakan 48 situs yang ada.

Situs Tetengger Batu Tunggal di Wilayah Kabuyutan Cipaku, akibat dipindahkan ciri Cipakunya jadi tidak beraturan sebab situs kabuyutan dirobah dengan tidak memakai aturan, oleh karena kurangnya pengetahuan tentang simbol situs.

Akibat lain kurangnya penyuluhan kepada pihak pengurus atau pengurus makam  jadi seenaknya sendiri konstruksi situs kuno dirobah sama kontruksi semen ada yang juga asal-asalan. Selain dirusak yang mengakibatkan susah pelacakan, sudah begitu situs dibuatkan rumah sehingga keasriannya menjadi pudar.
Sebagai Contoh situs-situs dibawah ini : 

1. Situs Marongpong, berupa makam keramat Embah Sutadiangga dan Embah Jayadiningrat, pendiri Kampung Cihideung, yang berlokasi di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Situs Marongpong yang direlokasi ke Leuwihideung-Darmaraja dirubah dengan penembokan semen permanen. 

2. Situs Keramat Buah Ngariung, makam Embah Wangsapraja, penyebar Islam di Buah Ngariung, yang berlokasi di Kampung Buah Ngariung, Desa Padajaya, Kecamatan Wado, Situs Buah ngariung yang dibangun dengan tembok rumah diatasnya, sehingga keasriannya menjadi pudar.


3. Situs Ciwangi direlokasi ke Cibogo-Darmaraja selain dipindahkan juga ditembok permanen sehingga keasriannya memudar dan kalau dilihat seperti titik pengukuran Geodesi tidak mirip seperti situs atau makam keramat.


4. Situs Deungdeum direlokasi ke Cipaku-Darmaraja dari tempat asalnya.

5. Situs Betok, kompleks makam yang berlokasi di Kampung Betok, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja; Situs Betok direlokasi yang ditembok Permanen.

6. Situs Curug Mas, berupa tiga objek, yaitu pertama, kompleks makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang, penyebar agama Islam dari Kesultanan Mataram dan makam pengikutnya yang bernama Angling Dharma, kedua, air terjun Curug Mas yang diyakini sebagi tempat menyimpan bokor emas, bakakak (ayam dibelah) emas, dan tumpeng emas; dan ketiga, sumur keramatyang dinamai Sumur Bandung. Situs ini berlokasi di Kampung Cadasngampar, DesaSukakersa, Kecamatan Jatigede, Situs Curugmas direlokasi ke Sukakersa-Jatigede
 



7. Situs Sawah Jambe, berupa tiga batu berdiri (menhir) yang terletak di wilayah Kampung Sawah Jambe, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Situs Sawah Jambe ditembok permanen dengan semen seperti titik pengukuran Geodesi saja.


8. Situs Pasir Limus Ditembok Permanen dan diberi Bangunan


9. Situs Pasirleutik Wangsadipa direlokasi ke Cisurat-Wado


10. Situs Gagak Sangkur, berupa makam keramat Raden Aria Sutadinata (berasal dari Banten) yang berlokasi di Kampung Sundulan, Desa Padajaya, Kecamatan Wado; Situs Tangtu Gagak Sangkur di relokasi dan ditembok permanen

11. Situs Keramat Gunung Penuh, berupa makam keramat Tresna Putih, yang berlokasi di Kampung Bantarawi, Desa Padajaya, Kecamatan Wado; Situs Gunung Penuh direlokasi juga

12. Situs Cadasngampar, berupa komplek makam Aki Angkrih, pendatang dari Sumatra yang mendirikan Kampung Cadasngampar, dan makam keluarganya, yaitu makam Aki Angkrih, Nini Angkrih, Aki Kulo, dan Nini Kulo. Situs ini terletak di Dusun Cadasngampar, Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede. Situs Cadasngampar direlokasi ke Sukakersa-Jatigede

13. Situs Cibunut direlokasi ke Mekar Asih-Jatigede

14. Situs Ciseuma direlokasi ke Pakualam-Darmaraja

16. Situs Astana Leutik direlokasi ke Pakualam-Darmaraja

17. Situs Lameta, berupa makam keramat Embah Dira dan Embah Toa, pendatang dari Betawi yang membedah aliran Cihaliwung dan Cisadane. Tokoh ini juga diceritakan sebagai orang (tempat lalandong/berobat) Prabu Siliwangi. Situs Lametaberada di pemukiman penduduk Kampung Lameta Desa Leuwihideung, KecamatanDarmaraja; Situs Lamela direlokasi ke Leuwihideung-Darmaraja

Pengertian relokasi itu bukan kawasan yang dipindahkan, site tidak bisa dipindahkan, tapi elemen-elemen situsnya seperti batu atau apa yang menjadi elemen situs tersebut seperti halnya candi cuma bedanya kalau candi dibangun besar kalo situs Cagar Budaya/Punden Berundak kalau di Jawa disebut Candi, tidak ada yang dikubur disana. Patok batu tunggal adalah simbol bahwa leluhur sudah dari sejak dahulu mempercayai bahwa mereka Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Seluruhnya terdapat 48 situs di kawasan genangan Waduk Jatigede. Tiga belas yang dipindahkan, tidak termasuk tiga makam tokoh yang dipercaya sebagai cikal bakal pendiri Kerajaan Sumedanglarang.

Penyelamatan Situs Cagar Budaya

Berdasarkan catatan sejarah di daerah rencana waduk jatigede (Darmaraja) pernah ada Kerajaan Tembong Agung (678-721 M). Kerajaan tersebut  adalah merupakan akar sejarah sebagai cikal-bakal Kerajaan Sumedang Larang. Dalam konteks kebudayaan bahwa kerajaan Tembong Agung merupakan terminologi perkermbangan kebudayaan rakyat Sumedang. Pergantian generasi demi generasi mewariskan kebudayaaan baik dalam bentuk fisik maupun nilai.

Kelestarian peninggalan sejarah dan kebudayaan dibingkai oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1992, tentang Perlindungan Cagar Budaya. Di wilayah bakal genangan waduk jatigede terdapat 68 situs benda cagar budaya berupa makam keramat dan artefak, keberadaannya harus diselamatkan dan nilai-nilainya harus dilestarikan. Sejauh ini baru 6 makam yang telah dipindahkan.

Tindakan penyelematan situs cagar budaya harus didasarkan kepada kajian arkeologi dan antropologi. Mengingat hal tersebut di atas, Pemerintah memperhatikan aspirasi rakyat di wilayah rencana waduk Jatigede  karena masalah situs cagar budaya adalah masalah sensitif. Dampak ekstrim pembangunan waduk Jatigede dari perspektif sejarah dan kebudayaaan adalah :

Ø Penghancuran nilai-nilai sejarah;
Ø Menjauhkan generasi sekarang dan mendatang dari akar sejaerah budayanya;
Ø Penghilangan rasa kebanggaan rakyat terhadap jasa-jasa para leluhurnya;
Ø Bentuk mutilasi kebudayaan untuk dikuburkan;
Ø Bentuk pelanggaran Undang-undang N0. 5 Tahun 1992, tentang Perlindungan cagar Budaya;
Ø Bentuk perilaku pemerintah mengajak kepada rakyat untuk melanggar undang-undang yang berlaku;
Ø Berdasarkan disiplin ilmu sejarah (arkeologi) situs makam keramat tokoh-tokoh sejarah tidak bisa dipindahkan, karena situs adalah bidang tanah yang memiliki nilai-nilai subtansi atas peristiwa sejarah.
Mengingat hal tersebut di atas, pemerintah harus segera melakukan tindakan penyelematan situs cagar budaya  dengan memperhatikan :
Ø Penolakan (resistensi) rakyat di wilayah rencana waduk Jatigede termasuk komunitas-komunitas lain merelokasi situs Cipeueut Makam Prabu Guru Adji Putih, Sanghyang Resi, Agung, dan Ratu Ratna Inten Nawang Wulan, sebagai akar sejarah rakyat Sumedang. Situs tersebut harus diselamatkan dengan cara-cara teknologi;
Ø Melakukan studi kelayakan keberedaan situs-situs dengan melibatkan lembaga indevenden atau lembaga profesi yang berkompeten dengan bidang sejarah dan kebudayaan;
Ø Pengadaan tanah/lahan relokasi situs makam keramat harus didasarkan kepada studi kelayakan dan sesuai dengan keinginan rakyat setempat;
Ø Pemindahan situs cagar budaya bukan hanya badan makamnya saja tetapi meliputi area situs atau bidang tanah yang memiliki kaitan subtansial atas nilai di dalamnya;
Ø Pendokumentasian keberadaan situs cagar budaya dibuat jangan asal-asalan, tetapi digarap secara professional karena dokumentasi tersebut merupakan arsip kebudayaan nasional;
Ø Pendokumentasian adat istiadat dan kesenian tradisional yang akan ditenggelamkan oleh  waduk raksasa terbesar kedua di Asia.

Makam-makam kuno ini adalah peninggalan sejarah yang mencerminkan latar belakang sosio budaya masyarakat lama di Kabupaten Sumedang dan nilai makam-makam ini melekat dengan tempat (site) di mana ia berada. 




Artikel Terkait

SILAHKAN DISHARE :
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Pinterest Linkedin
Relokasi Situs Dari Tempat Asal Adalah Penghapusan Sejarah
Title : Relokasi Situs Dari Tempat Asal Adalah Penghapusan Sejarah
Description : Situs - Jatigede, Pemerintah dan para ahli sejarah/budaya memang lucu bagaimana logikanya Situs Cagar Budaya bisa dipindahkan? Yang telah m...
Penulis : Dedi E Kusmayadi di Friday, November 20, 2015
Rating : 5 Dari :5 terbaik

0 Response to "Relokasi Situs Dari Tempat Asal Adalah Penghapusan Sejarah"

← Newer Post Older Post → Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Dedie Kusmayadi · Ustadz Amran HS Lagu - Lagu Sufi Penerang Hati
4.986
Fans
7.987
Followers
3.217
Followers
450
Subcribers
Subscribe via Email

Popular Posts

  • Sirrullah, Dzatullah, Sifatullah dan Asma'ullah
    SIRRULLAH Ini adalah tentang ajaran sadar ma’rifat. Sirrullah (rahasia Allah) Siapa Allah? Yang tahu hanya DIA sendiri. Allah Maha ...
  • Silsilah dan Putra-Putri Prabu Siliwangi
    Pajajaran adalah nama kerajaan yang lokasinya di pulau Jawa bagian barat, disebut Jawa Kulwan atau Jawa Kulon. Ada juga yang menyebut...
  • Cerita Mundinglaya Di Kusumah
    Sebuah cerita pantun yang sangat terkenal di kalangan orang Sunda di Masa Prabu Surawisesa (Ratu Samian). Lakon ini disebut dalam dafta...
  • Silsilah Keturunan Raja-raja Sumedanglarang
    Silsilah Keturunan Leluhur Sumedang Mulai Dari Prabu Aji Putih    Sejarah Sumedanglarang I. ASAL KATA “SUMEDANG” Kata Su...
  • Filsafat Sunda dan Jawa Dalam Aksara Hanacaraka
    1. Filsafat Sunda Dalam Hanacaraka   Filsafat Sunda Dalam Haksara Sasana Kreta, yaitu : 1. Ha-Na-Ca-Ra-Ka, bermakna Buana Nyuncung be...
  • Silsilah Raja-Raja Galuh
    1. Proses Berdirinya Kerajaan Galuh Di tanah Pasundan atau Parahyangan atau Jawa Barat pernah berdiri beberapa Kerajaan dan bahkan penelus...
  • Buku Rajah Sumedang, Dipa Atmaya
    Budaya Ruwatan di Sumedang Upacara Ruwatan Silih Wawangi yang diadakan di Desa Paseh Kidul, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang pada tangga...
  • Rupi-rupi Sahadat Sunda Buhun
    Rupi-rupi sahadat sunda Buhun nu nga-Esa-keun ayana Dzat Alloh, anu aya dina kasumedangan sareng kasundaan.   Sahadat Sunda Kasumedangan...
  • Tawasulan
    Apakah yang dimaksud tawasul? Tawasul adalah berdoa memohon hanya kepada Allah, hanya memakai wasilah (perantara) kepada Nabi, orang shal...
  • Sekilas Sejarah Eyang Jagabaya Nantung Sumedang
    Sedikit informasi mengenai penggalan kisah Sejarah Eyang Jagabaya Nantung Sumedang , yang saya dapatkan dari keturunan anggota keluarga Paj...
Ziarah Makam (97) Berita (70) Situs (65) Wacana (47) Sumedanglarang (33) Sumedang (30) Galuh (25) Carita Sunda (24) Wawacan (21) Jatigede (20) Naskah Kuno (20) Wawacan Islam (18) Basa Sunda (16) Kajian (14) Photo (14) Tembong Agung (14) Cipaku (13) Islam (13) Kasundaan (12) Sejarah (12) Kerajaan (11) Tasawwuf (11) Naskah Lokal (10) Berita KSL (9) Catur Gunem Facebook (9) Uga (9) Video (9) Ciung Wanara (8) Silsilah (8) Tarekat (8) Bahasan (7) Kasumedangan (7) Wasiat (7) Dzikir (6) Jati Sunda (6) Kearifan Lokal (6) Mantra (6) Papantun (6) Puisi Islami (6) Sahadat (6) Ciamis (5) Iket Sunda (5) Kampung Dukuh (5) Rumpaka Sunda (5) Sunda Wiwitan (5) Totopong (5) Aksara Sunda (4) Buku Pakuning Alam (4) Medang Kahyangan (4) Nama Daerah (4) Naskah Cirebon (4) Rajah (4) Tabayyun (4) Ziarah Limbangan (4) Aji Putih (3) Kesenian (3) Keturunan Pajajaran (3) Linggahiang (3) Pangrajah (3) Paribasa (3) Siliwangi (3) Sunan Parung (3) Tawasul (3) Buk Sakawayana (2) Cacandran (2) Cagar Budaya (2) Candi (2) Empat Kelima Pancer (2) Garut (2) Gunung Nagara (2) Gunung Padang (2) Identifikasi Situs Perkecamatan (2) Jaya Perkasa (2) Kabuyutan (2) Kabuyutan Ciburuy (2) Kendan (2) Kujang (2) Limbangan (2) Lingga Sumedang (2) Naskah Wangsakerta (2) Pajajaran Burak (2) Pengelolaan (2) Peperenian (2) Raden Aji Mantri (2) Rakeyan Sancang (2) Rangga Gede (2) Sajarah Pawenang (2) Sancang (2) Sangkuriang (2) Silsilah Majalengka (2) Sunan Ulun (2) Tajimalela (2) Talaga Manggung (2) Tradisi (2) Uar Babad (2) Adab-adaban Sunda (1) Adam (1) Ajar Padang (1) Ajian Sunda (1) Alat Musik Sunda (1) Amalan (1) Arca (1) Asal-Usul (1) Asal-Usul Gelar Haji (1) Baduy (1) Balai Sadunya (1) Bencana Sedunia (1) Bilangan Sunda (1) Borosngora (1) Bubur Asyura (1) Buyut Roro (1) Cakrabuana (1) Carita Nyata (1) Cianjur (1) Cukang Gedeng Waru (1) Darmaraja (1) Desa Wisata (1) Dialog Budaya (1) Dipati Ukur (1) Doa (1) Download Kitab (1) Gelar Raja (1) Geusan Ulun (1) Go Green (1) Gunung Susuru (1) Hakekat (1) Harisbaya (1) Harti Sunda (1) Isi Waruga Jagat (1) Jabar (1) Jasinga (1) Jay Sima (1) Jurukunci (1) Kanekes (1) Karang Kamulyaan (1) Kasakit (1) Kawali (1) Kematian (1) Keturunan Pangeran Soegih (1) Ki Mastak (1) Kiai Salinggih (1) Kretawarman (1) Lemah Sagandu (1) Lembu Agung (1) Lokasi Kerajaan (1) Majalengka (1) Manakib (1) Manaqib (1) Mariana Jaya (1) Millangkala Galuh Pakuan (1) Nasi Tumpeng (1) Paguneman (1) Pakakas (1) Pancasona (1) Pangeran Santri (1) Parahyangan (1) Parakanmuncang (1) Pasulukan (1) Pedang Pusaka (1) Pelet (1) Pembahasan (1) Penciptaan Alam Semesta (1) Penyebaran Islam (1) Penyelamatan Mata Air (1) Permana Dikusumah (1) Peta (1) Petilasan (1) Prabu Siliwangi (1) Puasa (1) Punclak Damar (1) Rajamantri (1) Rawe Rontek (1) Rd. Wiraraja 1 (1) Renovasi (1) Sajen (1) Sangkan Jaya (1) Saunggalah (1) Sesajen (1) Shalat (1) Silsilah Luluhur Sunda (1) Sislsilah Cipaku (1) Sokawayana (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Rumenggong (1) Sundaland (1) Surat Permohonan (1) Susuci Batiniah (1) Syekh Pamijahan (1) Tahu Sumedang (1) Tampomas (1) Tanah Sunda (1) Tanjungsari (1) Tapel Adam dan Babu Hawa (1) Tasikmalaya (1) Tauhid (1) Tumenggung Tegalkalong (1) Usulan Patok Domas (1) Wangsit (1) Wirid (1) Wudlu (1) orbs (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  February (2)
    • ►  January (10)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December (11)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2019 (45)
    • ►  December (20)
    • ►  October (1)
    • ►  September (5)
    • ►  August (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (13)
    • ►  April (2)
  • ►  2018 (84)
    • ►  December (6)
    • ►  November (53)
    • ►  October (15)
    • ►  September (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
  • ►  2017 (115)
    • ►  December (1)
    • ►  November (7)
    • ►  October (4)
    • ►  September (12)
    • ►  August (21)
    • ►  July (12)
    • ►  June (5)
    • ►  March (6)
    • ►  February (22)
    • ►  January (25)
  • ►  2016 (221)
    • ►  December (7)
    • ►  November (18)
    • ►  October (9)
    • ►  September (16)
    • ►  August (16)
    • ►  July (18)
    • ►  June (47)
    • ►  May (12)
    • ►  April (8)
    • ►  March (5)
    • ►  February (26)
    • ►  January (39)
  • ▼  2015 (161)
    • ►  December (75)
    • ▼  November (86)
      • Naskah Mustika Puraga Jati Sunda
      • Bedana Syahadat Cipaku Tembong Agung Sumedang dan ...
      • Teu Menang Nanggap Wayang Di Cipaku Darmaraja
      • Naha Bener Sumedang Teh Nyandang Tandang Kahayang
      • Hartina CIPAKU
      • Lokasi Awal Situs Sumedang Larang Sebelum Dipindahkan
      • Relokasi Situs Dari Tempat Asal Adalah Penghapusan...
      • Tetengger Tunggal Situs Buyut Semar
      • Hari Ke 80 Desa Jemah Mulai Tenggelam
      • The Kabuyutan Cipaku Darmaraja
      • Islam Masuk ke Nusantara Saat Nabi Muhammad SAW Ma...
      • Nama Sunda Mulai digunakan Oleh Raja Purnawarman
      • Ageman Ki Sunda Baheula
      • Sayyidul Istighfar: Penghulu Istighfar Yang Paling...
      • Sabar Kanu Panyangka
      • Taudz Pakarangna Jalmi Hirup
      • Nu Kumaha ari Nu Cinta Ka Alloh Teh?
      • Naon ari Masjid teh?
      • Pupujian: Cermin Kearifan Orang Sunda
      • Agama Jeung Ageman Sunda Wiwitan
      • Kujang: Antara Falsafah dan Mitologi Sunda
      • Uga Wangsit Dalem Santapura
      • Ketinggian diatas 220 Dpml Situs-situs Sumedang La...
      • Pemanasan Global dari Waduk Jatigede
      • Pemindahan Situs Deungdeum Asal-asalan
      • Nama Juru Kunci Situs/Makam Sumedang Larang di Dar...
      • Amanah Untuk Prabu Tadjimalela Dalam Naskah Medang...
      • Situs Tanjungsari (Dalem Santapura)
      • Cacandraan Seuseurian Ti Gunung Surian
      • Penenggelaman Trah Aji Putih Galuh Pakuan Pajajara...
      • Mitigasi Resiko dan Bencana Waduk Jatigede
      • Jatigede itu akan Jadi Sagara atau Nagara?
      • Dampak Soft Geology Jatigede Jalan Jatitujuh-Majal...
      • Pengertian Kabuyutan
      • Jatigede Digenangi Akan Mengaktifkan Sunda Mega Th...
      • Ceurik Sisi Cimanuk
      • Kilas Balik Hari Ketiga Pemindahan Penduduk Warga ...
      • Karinding Tradisional Metakeun Situs Kabuyutan Cipaku
      • Sekilas Lokasi dan Makam Situs Keramat Cipeueut De...
      • Seorang Penjual Bakso Mendapatkan Uang Jadi Sirih
      • Situs Buah Ngariung Wado Sumedang
      • Ki Sunda Mibanda Ciri Jeung Purwadaksina
      • RituaI Tujuh Dinten Sabada Dikantun kunu Pupus
      • Di Cipaku Darmaraja Pamali Nanggap Wayang
      • Ciri Tembong Agung
      • Sumedang Purwa Carita: Galur Mimiti Sumedang
      • Cipaku: Harti Tunggul Hiji Dina Sumedang Purwacarita
      • Cacandran Sumedang
      • Pusara Situs Lameta Cipaku Darmaraja
      • Keuyeup Bodas: Sesar Aktif Baribis Akan Menjebol B...
      • Inget Ka Lembur
      • Karma Jatigede Bagi Perusak Kabuyutan
      • Revitalisasi Cagar Budaya Spiritual Kabuyutan Cipaku
      • Di Pasir Malati Jatigede Diduga Tempat Jatuhnya Me...
      • Waduk Jatigede akan Jebol dalam Uga Keuyeup Bodas ...
      • Corak Motif Balay Makam Dalem Santapura
      • Kurung Nu Ngabogaan 3 Bagian Komponen Wujud
      • Ornamen Batu Situs Cipaku Darmaraja
      • Batu Nisan Tunggal Yang Menjadi Ciri Khas Kacipakuan
      • Motif Balay Makam Buhun Di Cipaku
      • Pasir Kutuk Sarakan Anyar Hunian Baru Warga OTD Ja...
      • Kesibukan Alam Astral di Waduk Jatigede
      • Perahu Buhun dan Anak Tepian Sungai Cimanuk
      • Situs Sarongge Kecamatan Situraja
      • Aktifitas Baru di Tepian Muhara Cipaku
      • Telaga Waduk Jatigede
      • Batu Buku Bambu dipinggir Jalan Cipaku Menuju Cisema
      • Rakit di Muhara Cipaku Darmaraja
      • Situs Cisema Landeuh Cipaku Darmaraja
      • Naskah Buk Sakayana
      • Ngariksa Jagat Papatan Buyut Sunda Pikeun Kasaimba...
      • Mulih Ka Jati Mulang Asal (Balik Ka Hyang)
      • Tentang Kabuyutan
      • Sunda: Suku Bangsa Indonesia yang Menyebar ke Selu...
      • Kabuyutan Cipaku Jejak Monoteisme Islam Abad ke 7
      • Situs Cipaku Penyangga Keseimbangan Alam Semesta
      • Sumur Cikahuripan Cipeueut Jejak Peradaban Sundaland
      • Ajaran Jati Sunda dan Islam, Prabu Munding Laya (S...
      • Pemerintahan Sumedang Dari Masa Kerajaan dan Kabup...
      • Silsilah Keturunan Raja-raja Sumedanglarang
      • Sekilas Prabu Lembu Agung dan Dalem Santapura
      • Naskah Kitab Waruga Jagat
      • Kerajaan Tembong Agung Cikal Bakal Kerajaan Sumeda...
      • 25 Situs di Sumedang yang Terancam Tenggelam Oleh ...
      • Naskah Kuno: Medang Kamulyan
      • Sejarah Cipaku Darmaraja

Uga

Lainnya »

Naskah Kuno

Lainnya »

Wasiat

Lainnya »

Photo

Lainnya »
• Cipaku Darmaraja • All Rights Reserved