Berita - Mitigasi Resiko dan Bencana Waduk Jatigede harus dipikirkan oleh pemerintah dan secara transparan harus disampaikan
kepada masyarakat luas apalagi Ahli Geologi Ibu Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT
Dosen UNPAD menyampaikan infrastruktur sebesar Waduk Jatigede tidak
seharusnya dibangun disana karena berada di Pusat Gempa dan Lempeng
Tektoniknya Aktif, menurut Uga Leluhur nama- nama di wilayah sana
merupakan nama proses akan terjadinya bencana tersebut seperti nama
Karedok dan Cihanyir yang berada persis di bawah Bendungan. Karedok
adalah makanan khas Sunda yang dibuat dengan cara diulek dengan ulekan
jadi daerah tersebut ibaratnya diulek oleh air yang jebol dari
bendungan, kemudian air juga mengarah ke Cihanyir, Ci artinya Air, dan
Hanyir artinya Amis. Skenario Jebolnya Waduk Jatigede memungkinkan dari
dua tempat, pertama dari sekitar terowongan pengelak dan yang kedua dari
dinding tebing disamping waduk yang tidak diperkuat sementara dinding
tersebut merupakan dinding yang labil, atau bisa dari dua tempat
tersebut. Apabila jebolnya dari dinding di samping bendungan maka akan
mengarah ke Cihanyir. Dengan berbekal Uga Jatigede tersebut maka
kemudian mencoba memploting di Google Earth dan kelihatannya dari peta berikut
ini daerah padat penduduk pertama yang akan kena terjangan “Tsunami
Jatigede” adalah Kawasan Jatiwangi dimana disana ada industri strategis
yaitu Pabrik Semen Indocement dari sana kemudian mengarah ke Kota
Indramayu dimana disana terdapat Industri Strategis Nasional yaitu
Kilang Minyak Balongan.
Di Wilayah Sungai Cinambo yang berlokasi persis di depan Bendungan
Jatigede dikenal juga sebgai Formasi Cinambo Para Ahli Geologi
menyampaikan bahwa Sungai Cinambo merupakan laboratorium kebumian dimana
disana terlihat secara kasat mata LIPATAN dan DRAGFOLD, Lempeng Tanah/Batuan Bumi Terlipat Bahkan Terlihat sampai Melintir, bisa dibayangkan
apabila Bendungan bersisi 1 Milyar m3 tiba-tiba DILIPAT apakah yang akan
terjadi? tentu saja akan ambrol. Waduk Jatigede dibangun dengan
menggunakan teknik urugan batu dimana di Amerika Serikat Bendungan
Urugan Batu sudah ditinggalkan, bendungan dihancurkan dan diganti dengan
Bendungan Beton PreStress dengan dibawahnya dilapisi polimer untuk
mencegah terjadinya kebocoran.
Di Amerika telah terjadi beberapa
Bendungan Ambrol dan tentu hal itulah yang mendasari mereka mengganti
kontruksi bendungannya. Bahkan di Amerika 850 bendungan dihancurkan
untuk mengembalikan ke sistem ekosistem alami sungai karena Bendungan
memblok/menahan migrasi Ikan Salmon yang menjadi salah satu kebanggaan
Amerika Serikat.
Potensi Bencana Jebolnya Waduk Jatigede sudah diprediksi oleh Para Ahli
Geologi oleh karenanya seharusnya pemerintah menginformasikan hal ini
kepada masyarakat dan juga pemerintah menyiapkan mitigasi bencananya
apabila Bendungan Jatigede Jebol. Pemerintah perlu menyiapkan “Bahtera
Ala Nabi Nuh” untuk menyelamatkan Warga Masyarakat Di Hilir Bendungan
terutama di Wilayah yang padat penduduk seperti JATIWANGI dan INDRAMAYU.
Pemerintah juga sebaiknya berhitung apabila Waduk Jatigede Jebol maka
selain Korban Jiwa juga ada Dua Industri Strategis yang akan ikut hancur
yaitu Pabrik Semen Indocement dan Kilang Minyak Balongan, berapa nilai
investasi yang telah ditanamkan dan berapa opportunity lost yang akan
terjadi? Bisa dibayangkan dampak hancurnya Kilang Migas Balongan yang
merasakan tentu seluruh rakyat Indonesia karena akan terjadi kelangkaan
BBM.
Pemerintah dapat mengkaji ulang Waduk Jatigede untuk memastikan
Keamanan dan Keselamatan Waduk Jatigede dengan mengundang Para Ahli yang
kompeten dan independent dari mulai Ahli Geologi Struktur dapat
menghubungi Badan Geologi, Jurusan Geologi ITB dan Jurusan Geologi UNPAD
untuk membuat simulasi pergerakan Lempeng Tektonik yang ada dan
simulasi apabila Waduk Jatigede Jebol, selain itu dapat di undang juga
ahli Bendungan yang independent untuk melihat dan memastikan perhitungan
yang telah dibuat dan proses kontruksi Waduk Jatigede. Sebagai
masyarakat yang awam tentu timbul pertanyaan sederhana sampai berapa
skala Richter perhitungan yang telah dibuat mampu menahan gempa tektonik
yang memungkinkan terjadi di Jatigede?
Jatigede Dibangun Pada Episentrum Gempa dan Lempeng Tektonik Aktif, http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/07/nmfgvy-waduk-jatigede-dibangun-pada-daerah-episentrum-gempa
Berikut disajikan:
RESUME
STUDI STRUKTUR GEOLOGI KUALITATIF, RENCANA BENDUNGAN JATIGEDE
JAWA-BARAT
- Lokasi rencana pembangunan Bendungan Jatigede, terletak antara kota Kadipaten dengan Cimalak (Sumedang). Tepatnya pada koordinat geografi 108o5’45”BT & 6o51’30”LS (lihat gambar A).
- Berdasarkan analisis dari peta geografi, topografi, peta geologi, peta anomali gaya-berat dan Landsat TM, secara kasar dapat dibuat peta Struktur Geologi daerah Jawa-Barat (lihat gambar B dan C).
- Lokasi rencana Bendungan Jatigede tersebut, dikontrol oleh beberapa sesar mendatar permukaan (cover fault) yang berarah NE-SW (timurlaut-baratdaya), NNE-SSW (utara-timurlaut – selatan-baratdaya), NW-SE (baratlaut-tenggara) dan sesar mendatar dalam (basement/ deep-seated strike-slip fault) dengan arah NW-SE (baratlaut-tenggara), lihat gambar B dan C. Maximum principal stress / tegasan utama terbesar (s1) yang mengontrolnya untuk saat ini (Resen) kurang lebih N-S (utara – selatan).
- Berdasarkan Peta Zonasi Sumber Gempa-bumi (gambar D), Jawa-Barat, rencana pembangunan Waduk Jatigede, terletak pada Zona gempabumi Purwakarta-Subang-Majalengka-Kuningan-Bumiayu (gambar D). Di dekat rencana pembangunan Waduk Jatigede, dekat Majalengka pernah terjadi gempa besar dan merusak pada tahun 1912 dan tahun 1990, yang terjadi akibat pergesaran pada zona sesar dalam (deep-seated dextral strike-slip fault) yang berarah (NNW-NW) – (SSE-SE) (gambar D) atau tepatnya berarah N323oE – N143oE (Gambar D dan E). Artinya apabila sesar ini bergeser lagi, maka akan terjadi gempa lagi, dan bendungan akan tergeser oleh sesar ini dan juga terguncang oleh gempa. Akibat lanjut bendungan mungkin akan jebol.
- Secara skematis-detail, lokasi rencana bendungan Jatigede dikontrol oleh sistem 7 sesar makroskopis, (gambar E1), yaitu :
A1 : Sesar mendatar Ciwaringin-Karangampel (N55oE-N225oE), transpressional sinistral strike-slip fault.
A2 : Sesar mendatar Kadipaten-Arjawinangun (N55oE-N225oE), transpressional sinistral strike-slip fault.
B : Sesar mendatar Majalengka-G.Guntur (N60oE-N240oE), transpressional sinistral strike-slip fault.
C : Sesar mendatar Conggeang-Panawangan (N312oE-N132oE), transpressional dextral strike-slip fault.
C1 : Sesar mendatar Kadipaten 1 (N312oE-N132oE), transpressional dextral strike-slip fault.
C2 : Sesar mendatar Kadipaten 2 (N312oE-N132oE), transpressional dextral strike-slip fault.
D : Sesar mendatar dalam (deep-seated fault) Pamanukan-Banjar (N323oE-N143oE), deep-seated dextral strike-slip fault.
- Apabila struktur sesar C1 dan C2 , bersifat sebagai struktur tutupan (positive dilational jog), dengan struktur koridor pembatas A1, A2 maka daerah yang dibatasi oleh sesar A1, A2, C1 dan C2 (dimana terdapat rencana bendungan Jatigede) akan merupakan push-up swells / pop-up (sembulan) lihat gambar E2. Artinya apabila sesar-sesar A1, A2, C1 dan C2 tersebut aktif bergesar lagi (reaktifasi), dasar bendungan Jatigede akan naik / pembubungan / mengalami pendangkalan yang terus menerus. Dan juga tanggul bendungan akan retak-retak yang akan mengakibatkan mengalami kebocoran.
- Apabila struktur sesar C1 dan C2 , bersifat sebagai struktur bukaan (negative dilational jog), dengan struktur koridor pembatas A1, A2 maka daerah yang dibatasi oleh sesar A1, A2, C1 dan C2 (dimana terdapat rencana bendungan Jatigede) akan merupakan pull-apart basin (amblesan) lihat gambar E3. Artinya apabila sesar-sesar A1, A2, C1 dan C2 tersebut aktif bergesar lagi (reaktifasi), dasar bendungan Jatigede akan turun / amblesan / mengalami pendalaman yang terus menerus. Dan juga tanggul bendungan akan retak-retak yang akan mengakibatkan mengalami kebocoran.
- Pembentukan push-up swells / pop-up (sembulan) kemungkinannya lebih besar terjadi dari pada pembentukan pull-apart basin (amblesan).
- Disarankan rencana pembangunan waduk Jatigede dibatalkan, mengingat adanya gangguan neotektonik (pergeseran sesar , gempa-bumi, pembentukan push-up swells/ sembulan) yang akan terjadi, sehingga mungkin akan mengakibatkan pecahnya tanggul akibat gempa dan pergeseran sesar-sesar dan pedangkalan dasar waduk yang terus menerus akibat proses pembubungan akibat push-up swells (sembulan).
- Juga perlu diperhitungkan banyaknya/ volume dan kecepatan sedimentasi (pengendapan) aluvial dan eluvial. Apabila volume dan kecepatan sedimentasi besar akan terjadi penumpukan sedimen aluvial dan eluvial yang besar dan cepat, sehingga terjadi pendangkalan waduk secara cepat.
Tidak ada komentar
Posting Komentar