Karma Jatigede Bagi Perusak Kabuyutan
Berita - menjaga Kabuyutannya maka lebih Hina dari kulit musang yang
dibuang ke tempat sampah”. “Amanat Galunggung” adalah peninggalan Raja
Sunda Prabuguru Darmasiksa (1175 – 1297 M), yaitu nasehat-nasehat beliau
kepada anak keturunannya dan semua rakyatnya. Amanat ini berupa cecekelan hirup (pegangan hidup), ulah (larangan), dan kudu
(keharusan) yang harus dipegang teguh oleh semua urang Sunda agar Jaya
sebagai bangsa. Amanah Sri Jayabupati, disebut Prasasti Citatih atau
Sanghyang Tapak, “Mati Bagi Para Perusak Kabuyutan!” yang dibuat antara
1006-1016 M sejaman dengan ketika Raja Airlangga memerintah di Kediri.
Gubenur Jabar Dani Setiawan menandatangani persetujuan Jatigede thn
2007, tahun 2008 kalah di Pilgub padahal incumbent dan langsung ditangkap KPK
di rumahnya. 2014 Bupati Sumedang menyetujui dan menandatangani
relokasi Situs Cagar Budaya, 2014 Bupati Stroke dan Meninggal di
Jatigede. Tahun 2014 Hatta Rajasa kampanye di Jatigede ingin mempercepat
penggenangan dan Kalah Pilpres 2014. Tahun 2014 Bupati Sumedang
Pengganti Ade Irawan menyetujui dan diam saja tidak menyelamatkan Kabuyutan yang akan
digenangi Desember 2014, sudah ditetapkan jadi tersangka.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa
pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.“(QS. Al Zalzalah: 7-8)
Karma Jatigede bagi para perusak Kabuyutan. Kata kasepuhan sekarang sudah babak akhir jadi rumusnya adalah “beuki tarik beuki deukeut” semakin kencang/keras, pemerintah atau siapapun merusak Kabuyutan maka semakin keras pula balasannya!
Pun sapun kaluluhuran...
Jadi nanti siapa lagi ya… yang tidak punya hati nurani ingin menenggelamkan Kabuyutan?
Di Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku ada 1391 Ha Hutan, 810.000 Pohon, Kampung Buhun dengan Ratusan Rumah Panggung Tradisional Khas Sunda, Sawah Subur Lumbung Padi yang telah ditenggelamkan, lebih dari 25 Situs Cagar Budaya dan Spiritual yang sudah ada sejak jaman Pra Sejarah, the valley of the kings, disana di setiap situs ada Batu Tunggal, Simbol Monotheisme Nusantara Purba, tanda ketauhidan Tuhan Yang Maha Esa, selama ini diacuhkan dan malah dilecehkan oleh orang-orang yang mengakunya agamis tapi malah kelakuannya tidak agamamis!.
Ketika dikasih tahu bahwa disana ada Situs Cagar Budaya yang masih dijaga dan dilestarikan masyarakat komentarnya justru “Karena Itu harus ditenggelamkan atau ada kesyirikan". Pemerintah menutup mata padahal masih banyak masyarakat yang masih peduli terhadap Situs Cagar Budaya itu bahkan rela untuk mempertahankannya!
Alhamdulillah Alloh SWT masih tetap menjaga Hukum- hukumNya, apa yang terjadi pada kita karena perilaku kita sendiri, Alloh SWT tidak menghukum, yang menghukum adalah perilaku diri kita sendiri, apa yang ditanam itu yang dituai.
Ketika seorang manusia menentang dan melanggar hukum-hukumNya maka hasilnya akan dituai sendiri. Masyarakat Kabuyutan tidak berdosa malah dirusak Kabuyutannya dan disengsarakan oleh mereka pemimpin-pemimpin yang tidak amanah dan takabur, padahal leluhur sudah jelas mengamanahkan Kabuyutan untuk dijaga dan dilestarikan. Jadi terimalah hukuman atas perilaku yang mereka lakukan sendiri.
Di Surat Al Fiil disebutkan ketika Raja Dholim hendak menghancurkan tanda-tanda kebesaran Alloh SWT yaitu Ka’bah dimana disana Monotheisme ditegakan oleh Ibrahim maka dilindungi oleh Alloh SWT dengan cara mengirimkan burung-burung yang melemparkan api pijar dan membakar serta mengusir pasukan Gajah Abrahah.
Kabuyutan Cipaku disana terdapat Batu Tunggal Simbol Monotheisme juga, Allahu Akbar.. Alloh SWT masih melindungiNya sampai sekarang. Kalau di Ka’bah Alloh SWT mengirimkan burung, di Kabuyutan Cipaku ada Keuyeup Bodas.
Subhanalloh....Tafakur… Tasyakur...Tadzakur.
.
Post a Comment