Makam Keramat Buyut Kahir di Gunung Pipisan Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara

Makam Buyut Kahir terletak di puncak Gunung Pasir Pipisan RW 19 Kelurahan Situ Perbatasan Desa Giriharja dan Desa Bojongjati Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

Nama Gunung Pipisan memang cukup menarik dan sering membuat orang salah mengartikan. Karena pada umumnya orang Sunda mengenal kata ‘pipis’ yang artinya buang air kecil, banyak yang mengira arti dari nama Gunung Pipisan ada hubungannya dengan cerita buang air kecil atau pipis.

Namun, ternyata bukan itu maksudnya. Kata ‘pipisan’ berbeda makna dengan pipis. Pipisan artinya adalah sebuah alat yang terbuat dari batu, bentuknya datar dan persegi memanjang, digunakan untuk menghaluskan biji-bijian atau dedaunan, terutama dalam pembuatan ramuan obat.

Biji atau daun yang akan dihaluskan disimpan di atas batu pipisan, kemudian digiling dengan sebuah batu gilingan yang disebut dengan nama batu ‘gandik’. Ukuran batu gandik disesuaikan dengan batu pipisannya. Dalam tradisi Sunda, proses menghaluskan dengan batu pipisan disebut dengan ‘ngarieus’.

Nisan Makom Buyut Kahir ditandai dengan batu kali yang cukup besar namun disekeliling makamnya tidak nampak ada makam lainnya, yang ada dipuncak tersebut hanya ada batuan andesit besar.

Dan bila kita duduk berdoa di makam Buyut Kahir ini nisanna sejajar hampir seukuran badan kita. 


Sewaktu saya mendata situs dan makam yang ada di wilayah Kecamatan Sumedang Utara, saya sempat berbincang-bincang dengan kuncen Makam Bojong jati, namun kuncen juga tidak tahu latar belakang sejarah makam buyut Kahir tersebut. 

Menurut cerita buyut Kahir adalah karuhunnya (Rabuyut) di daerah tersebut yang hijrah dari Narimbang - Conggeang dan senang berburu  (basa Sunda : paninggaran, hobbyna moro sasatoan), malah rumahnya dulu ada  di sekitaran daerah dusun / desa Giriharja. Makam Buyut Kahir dari dulu dikeramatkan hingga sekarang.

Adapun jaman ramainya berburu binatang buruan menurut catatan sejarah adalah ketika jamannya Pangeran Kornel alias Pangeran Kusumahdinata (Rd. Jamoe) tahun 1791 s/d 1800 M dan sesudahnya.

berdasarkan keterangan sesepuh di tempat tersebut selain mempunyai keahlian berburu  teh beliau menyukai bubuy sampeu ditambah gula peueut (singkong yang dibakar ditambah gula aren). Ketika akan meninggal Buyut Kahir mewanti-wanti jasadnya ingin dimakamkan di pasir gunung pipisan, hingga sekarang makamnya dikeramatkan oleh warga sekitar.   

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.

Salam Santun 


Baca Juga :

Tidak ada komentar