Makam Raden Pragalba atau Pangeran Arosbaya Di Arosbaya Madura, Sang Kakek Ratu Harisbaya

Ratu Emas Harisbaya alias Nyi Mas Ratu Narantaka (isteri ke 2 Prabu Geusan Ulun) adalah anak Adipati Katawengan alias Pangeran Suhra Jamburingin alias Pangeran Suhra Pradoto alias Pangeran Tanjung Waringin alias Pangeran Langgar (Raja Jamburingin, Sampang - Madura) dan Ratu Pembayun atau Retna Kenya (Kakak Sulung Ratu Kalinyamat).

Pangeran Suhra Jamburingin alias Pangeran Suhra Pradoto alias Pangeran Tanjung Waringin alias Pangeran Langgar (Raja Jamburingin, Sampang - Madura) anak dari Pangeran Pragalba (Raja Arosbaya - Bangkalan Madura), (Raja Arosbaya - Bangkalan Madura)



Arosbaya merupakan wilayah penting di Bangkalan (dahulu Madura Barat) pada suatu masa. Wilayah ini juga banyak disebut dalam literatur tentang Madura awal.

Banyak tokoh-tokoh penting yang menjadikan wilayah ini sebagai pusat atau dekat dengan pusat pemerintahannya.

Sebutannya juga dua versi. Arosbaya dan Arisbaya. Lidah Madura menyebut Ros Baja (rosbaya) atau Res Baja (risbaya). Lalu manakah yang benar atau lebih tepat?


Letak Geografis
Arosbaya saat ini secara administratif resmi sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Arosbaya berjarak sekitar 16 kilometer dari ibu kota Kabupaten Bangkalan ke arah timur laut. Pusat pemerintahannya berada di Desa Arosbaya.

Saat ini tercatat 18 desa berada dalam wilayah kecamatan Arosbaya. Kecamatan Arosbaya berbatasan dengan kecamatan Klampis (utara), Geger (timur), Bangkalan dan Burneh (selatan), dan Laut Jawa (barat).

Di wilayah Arosbaya ini banyak peninggalan-peninggalan bersejarah. Seperti situs Aermata, yaitu pasarean Rato Ebu (Ratu Ibu) Syarifah Ambami dan raja-raja Bangkalan pasca Pangeran Adipati Cakraningrat I, Seding Magiri.



Di sana juga ada situs Makam Agung. Yaitu kompleks pasarean Raja-raja Bangkalan sejak Raden Pragalba (Pangeran Arosbaya), putra Pangeran Demang Plakaran (Keraton Anyar, Arosbaya).


Asal-usul
Dalam literatur kuna, disebutkan tentang salah satu asal usul penyebutan Arosbaya. Salah satunya yang dikutip RTA Zainalfattah Notoadikusumo dalam bukunya yang berjudul “Sedjarah Tjaranja Pemerintahan Daerah Daerah di Kepulauan Madura dengan Hubungannja” (Pamekasan, 1951).

Di buku tersebut Kangjeng Sinal (sebutan Zainalfattah) menyebut bahwa Arosbaya berasal dari dua kata, yaitu arus atau aros, dan baya atau baja atau bahaya.
Di sini Zainalfattah terkesan mengoreksi pelafalan atau sebutan sebagian orang tentang Arisbaya atau Res Baja.

Alasannya, atau pertimbangan yang digunakan oleh Zainalfattah adalah letak geografis Arosbaya. Yang mana letak desa Arosbaya berada di tepi laut, di pantai Utara Pulau Madura. Sehingga penyebutan Arosbaya dinilai Zainalfattah lebih tepat.

Pasalnya, ada kata arus atau aros (Madura). Sedang kata baya diambil dari baja atau bahaya atau babaja (Madura).

Meski demikian, Zainalfattah tidak lantas menyalahkan dengan serta merta penyebutan Arisbaya atau Res Baja. Kendati di kemudian hari memang nama Arosbaya dipilih sebagai nama resmi kecamatan saat ini.

Sedang dalam sebuah sumber, disebutkan bahwa nama Arisbaya lebih dulu dari pada Arosbaya. Sumber dalam wikipedia tentang nama Arosbaya menyebut secara singkat.

Berikut kutipan aslinya: “asal mula Arosbaya diceritakan bahwa pada masa pemerintahan Panembahan Ki Lemah Duwur raja islam pertama di madura pada tahun 1531 – 1592. Arosbaya dulunya di berinama aris-banggi (ada aturan), dan berubah menjadi aris beje, resbeje dan terakhir arosbaya. kerajaan arosbaya pada masa pemerintahan Panembahan Lemah Duwur, kerajaan Arosbaya telah meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh Madura barat (Kab.Bangkalan), termasuk Sampang dan Blega”.


Tokoh-tokoh Awal Arosbaya
Tidak ada keterangan yang pasti tentang siapa tokoh awal di Arosbaya, khususnya yang memberi sebutan pertama di wilayah itu. Lihat denah silsilah di bawah ini :


Sejarah Madura awal menyebut bahwa Arosbaya sudah ada sejak Kamituwo Sampang Ario Pojok. Karena putra mahkota sang kamituwo, yaitu Pangeran Demang mengembara ke barat dekat Arosbaya. Kemudian Pangeran Demang membangun pusat pemerintahan di Plakaran. Keratonnya bernama Keraton Anyar. Baru kemudian setelah Pangeran Demang, salah satu putra yang menggantikannya menempati lokasi di Arosbaya. Putra yang dimaksud ialah Raden Pragalba. Itulah sebabnya Pragalba juga dikenal dengan gelar Pangeran Arosbaya. Selain gelar lainnya, Pangeran Onggu’.

Hingga beberapa generasi, Arosbaya menjadi pusat pemerintahan trah Pragalba. Yaitu terus ke Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Duwur (1531-1592), lalu ke Raden Koro (1592-1624). 


Kompleks Makam Agung Arosbaya
Tiga tokoh Madura Barat yang dimakamkan disini adalah Kyai Pragalba (Pangeran Islam Onggu) yang dikenal dengan nama Pangeran Plakaran, Kyai Pratanu atau Panembahan Lemah Duwur, dan Raden Koro atau Pangeran Tengah, berada berurutan di batur utama sisi timur, tengah dan barat. Dahulu status tanah makam ini adalah tanah perdikan atau tanah yang dibebaskan dari perpajakan dan melakukan kerja rodi kepada raja.







Sebelum Majapahit runtuh Madura telah berkenalan dengan Islam. Pulau ini mengadakan hubungan dengan Gresik dan Surabaya, tempat para pemimpin agama Islam, Sunan Giri dan Sunan Ampel bermukim. Orang pertama di kalangan Madura Barat yang memeluk Agama Islam adalah Pangeran Pratanu pada tahun 1528 M. Beliau naik tahta dan menggantikan ayahnya yang bernama Kyai Pragalbo pada tahun 1531 M yang ditandai candrasangkala Sirnoning Buto Pratano ning Negoro (1450 Saka). Pangeran Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur yang pusat pemerintahannya dipindahkan dari Plakaran ke Arosbaya (Sartono Kartodirdjo, 1973;4). Beliau meluaskan wilayah kekuasaannya atas Blega dan Sampang. Selain itu Sumenep dan Pamekasan juga dibawah pengaruh kekuasaannya. Pangeran Pratanu memerintah dengan arif dan bijaksana sehingga sangat dicintai rakyatnya. Pangeran Pratanu menikah dengan puteri dari Pajang dan mempunyai lima orang anak, dari selir mempunyai sepuluh orang anak.

Panembahan Lemah Duwur memeluk Agama Islam dianggap sebagai titik awal pengakuan Madura Barat atas kekuasaan Demak sebagai pengganti Majapahit. Hal ini didasarkan bahwa sebelum memeluk Islam Panembahan mengirimkan utusan untuk belajar agama Islam di Demak. Panembahan Lemah Duwur wafat tahun 1592 M ditandai Candrasangkala netro papat yakso prabhu. Pangeran Tengah meninggalkan seorang isteri dan seorang anak laki-laki yang kemudian oleh ibunya diserahkan kepada pamannya yaitu Pangeran Sontomerto di Madegan. Pemerintahan di Arosbaya dilanjutkan oleh adik Pangeran Tengah yaitu Pangeran Mas. (Lap. Kegiatan Verifikasi Cagar Budaya di Kab.Bangkalan

Salam Santun

Baca Juga :

Tidak ada komentar