Inilah 14 Peristiwa Penting Yang Terjadi Di Bulan Muharram

Puasa di bulan Muharram menjadi puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Walaupun hukum puasa di bulan ini adalah sunnah, tidak wajib seperti puasa di bulan Ramadan, puasa di bulan Muharram memiliki keutamaan yang banyak.

Ada 1 hari di bulan Muharram di mana umat dianjurkan untuk berpuasa oleh Rasulullah saw. yaitu pada tanggal 10 Muharram. Puasa 10 Muharram sebetulnya adalah puasa yang sudah cukup lama dilakukan bahkan sebelum Islam datang. Pada kaum Yahudi dan Nasrani biasa mengerjakan ibadah puasa ini. Bahkan, Nabi Muhammad SAW. sebelum diangkat menjadi rasul pun biasa menjalankan ibadah puasa ini setiap tahunnya.

Lalu apa yang menjadikan puasa pada 10 Muharram menjadi sangat spesial, terutama bagi umat Islam? Jawabannya adalah ada banyak peristiwa sejarah penting yang terjadi tepat di tanggal ini. Banyak peristiwa yang dialami oleh para nabi. Pada tanggal ini jugalah sejarah manusia dimulai.

Untuk melawan lupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di Bulan Muharam itu adalah :

1. Allah Membuat Arsy
Allah SWT menyebut dalam berbagai ayat jika ia bersemayan di atas Arsy. Allah SWT berfirman :
"Sungguh Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. (QS Al A'raf : 7 : 54)
Lalu bagaimanakah sifat Arsy itu? Dalam buku Ensiklopedi Islam Jilid I, dijelaskan arsy / bisa diartikan sebagai takhta atau singgasana Tuhan. Hal ini berdasarkan kata dasar dalam bahasa Arab arsya, yang berarti bangunan, singgasana, istana, atau takhta. Arsy dengan pengertian tersebut banyak disebutkan dalam Al Quran, seperti dalam  surah at Taubah ayat 129, surah Yunus ayat 3, surah al Mu'minun ayat 86 dan 87, serta surah an Naml ayat 26.

Arsy, menurut paham Ahlussunah waljamaah, adalah makhluk Allah yang tertinggi berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat. Allah Ta'ala berfirman dalam Al Quran :
"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka." (QS al Haaqah : 69:17)
Dalam Tafsir ad-Durr al-Mansur fi Tafsir bi al-Maksur, Jalaluddin as-Suyuti menyebutkan, ada hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi Khatim dari Wahhab bin Munabbih. Hadist tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. Arsy itu melekat pada kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi.

Di sekeliling arsy itu terdapat empat sungai, yaitu sungai yang berisikan cahaya berkilauan, sungai yang berisikan api menyala kemerahan, sungai yang berisikan salju putih berkilauan, dan sungai yang berisikan air. Di setiap sungai tersebut para malaikat berdiri sambil membaca tasbih, yang berarti Mahasuci Allah. Di arsy terdapat lisan atau bahasa sebanyak lisan makhluk seluruhnya. Setiap lisan bertasbih kepada Allah dengan bahasanya.

Abu as Syaikh meriwayatkan hadis dari asy Sya'bi.  Rasulullah Saw bersabda, "Arsy itu terbuat dari batu permata (yakut) merah. Satu malaikat di antara malaikat memandang arsy dan keagungannya." jelas potongan hadis tersebut.

Penjelasan tentang arsy yang demikian, juga dipertegas dengan hadis yang diriwayatkan Abu asy-Syaikh dari Hammad. Rasulullah bersabda, "Allah menciptakan arsy dari permata zamrud hijau dan diciptakan baginya tiang penopang dari batu permata (yakut) merah. Di Arsy terdapat seribu bahasa (lisan). Di bumi diciptakan seribu umat. Setiap umat bertasbih kepada Allah dengan bahasa arsy."

Terkait ukuran singgasana Tuhan tersebut, tidak akan ada yang mengetahuinya kecuali Allah sendiri. Hal ini diriwayatkan Ibnu Abi Khatim dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan, "Tidak akan ada yang mampu mengetahui berapa ukuran arsy kecuali yang menciptakannya. Langit dibandingkan dengan arsy ibarat kubah di atas padang sahara nan luas," katanya.

Sementara, di dalam tafsir al-Manar, ketika menafsirkan surah at-Taubah ayat 129 disebutkan bahwa arsy adalah pusat pengendalian segala persoalan makhluk Allah. Hal ini sesuai dengan bunyi surah Yunus ayat 3 yang artinya, "...kemudian Dia bersemayam di atas arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan."

Para imam ahli tafsir menjelaskan bahwa Arsy adalah suatu tempat yang memiliki materi dan fisik, bukan suatu ungkapan kiasan saja. Hal ini dijelaskan secara panjang oleh Imam al Baihaqi seperti berikut ini.

"Dan pendapat para ahli tafsir tentang al-Arsy adalah singgasana, dan dia adalah fisik yang berbentuk, yang telah diciptakan Allah. Dan Dia perintahkan para malaikat untuk memikulnya dan beribadah dengan mengagungkan dan bertawaf kepadanya, sebagaimana Dia menciptakan satu rumah di bumi dan memerintahkan bani Adam untuk bertawaf kepadanya dan menghadap kepadanya ketika shalat. Dan pendapat-pendapat mereka itu ada dalil penunjukannya yang jelas dalam ayat-ayat dan hadis-hadis serta atsar-atsar (perkataan yang datang dari para sahabat yang disandarkan pada Nabi)."

Sesungguhnya Allah menguasai segala ciptaan-Nya, mengaturnya, dan menjaganya. Allah SWT lebih mulia dari segala makhluk yang ada. Allah lebih besar dari segala makhluk-makhluk tersebut. Namun, yang jelas ciptaan atau makhluk Allah yang paling besar dibanding seluruh makhluk ciptaan-Nya yang lain adalah arsy, sebagaimana firman Allah yang artinya, 
"Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Rabb yang mempunyai arsy yang besar." (QS an Naml : 27 : 26)

Demikianlah sekelumit penggambaran tentang singgasana Allah  yang sekaligus ciptaan-Nya yang paling besar. Masih banyak ayat dan hadis yang mengurai tentang arsy. Namun, tidak ada yang tahu bentuk sejati dari arsy. Sebagai umat Islam, kita hanya harus mengimani sesuai dengan keterangan dari Allah dan Rasul-Nya tersebut, tanpa menolaknya dan mengilustrasikan atau mengandai-andaikannya. 

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (التوبة:36)

Sesungguhnya bilangan bulan menurt Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (Mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. [At-Taubah- 36]


2. Allah Menciptakan Ruh
Manusia terdiri atas jasad dan roh atau jiwa. Sebelum manusia dilahirkan ke dunia, Allah SWT telah menciptakan ruh-ruh dari seluruh manusia di muka bumi di suatu alam yang bernama alam roh. Di alam inilah, roh tersebut mengucapkan sumpah kepada Allah. Sumpah ini diabadikan Allah dalam surat Al A'raf ayat 172 :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا 
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi tulang belakang anak cucu Adam keturunan mereka adalah mengambil kesaksian terhadap roh mereka seraya berfirman "Bukankah Aku ini tuhanmu mereka menjawab betul engkau Tuhan kami kami bersaksi...."

Maharani dalam bukunya "Kesalahan Persepsi dalam Al Qur'an" mengatakan, ketika seorang ibu mengandung, Allah menghembuskan satu arah kepada janin yang dikandungnya. Dari Abdullah bin Masud ra Rasulullah SAW bersabda.  
"Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya selama 40 hari kemudian berbentuk alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi mudhghah seperti itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menetapkan empat masalah...” (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Tirmidzi). 
Setelah usia kandungan mencapai kira-kira sembilan bulan, lahirlah seorang anak manusia ke dunia rumah wujudnya sudah komplek berupa jasad dan ruh (jiwa).  

Maharani menegaskan, bahwa alam dunia pada hakikatnya adalah alam persinggahan semata, alam ujian. Di alam ini seluruh manusia akan diuji. Apakah taat kepada aturan Allah dan rasulnya atau tidak.  

Bila taat, kata dia, manusia itu akan mendapat pahala dan bila membangkang akan mendapatkan dosa. Allah berfirman : 

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا 
"Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya untuk kami menguji mereka siapakah di antara yang terbaik perbuatannya." (QS Al-Kahfi : 7) 
“Dan kami pastikan akan menguji kamu "engan sedikit ketakutan, kelaparan kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar", (Surat al Baqarah ayat 155). 

3. Allah Menciptakan Nabi Adam Alaihis Salam
Manusia diciptakan Allah SWT. untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Hal ini tertuang dalam firman Allah pada surat Al Baqarah: 30,

“Ketika Allah berfirman kepada malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.’ Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): ‘Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.’” 

Dialah Nabi Adam Alaihis Salam sebagai manusia berakal pertama yang Allah ciptakan. Tak lama Allah ciptakan Hawa Alaihis Salam dari tulang rusuk Adam sebagai pendamping hidupnya. Inilah peristiwa bersejarah bagi umat manusia yang terjadi pada bulan Muharram.


4. Diampunkan Dosa Adam Alaihis Salam Akibat Memakan Buah Khuldi
Sebuah kesalahan besar yang Nabi Adam Alaihis Salam dan Hawa lakukan ketika mereka memakan buah khuldi. Padahal mereka tahu bahwa Allah melarang mereka mendekati dan memakan buah itu. Tetapi mereka terpedaya dengan tipuan setan. Akibat hal tersebut mereka pun Allah keluarkan (ruh) dari surga dan turun ke bumi.

Selama bertahun-tahun, Nabi Adam Alaihis Salam memohon ampunan atas kesalahannya. Beliau berdoa,
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi,” Q.S. Al-A’raf: 23.

Pada bulan Muharram, doa itulah yang menjadikannya mendapat rahmat ampunan dari Allah SWT.


5. Nabi Idris Alaihis Salam Diangkat Derajatnya Oleh Allah
Nabi Idris AS diceritakan bahwa Ia adalah orang pertama yang dapat membaca dan menulis dengan memakai pena. Lewat lembaran petunjuk Allah SWT yang berbentuk 30 buah Shofiah Ia kemudian menyampaikan risalahnya kepada seluruh umatnya. 

Selain mempunyai kemampuan dalam membaca dan menulis, Nabi Idris juga diakui menjadi seorang nabi yang sangat rajin dan gemar belajar. Karena cukup aktif dalam mempelajari sejumlah hal dan secara konsisten melakukannya, ilmu pengetahuan pun bisa didapatkan oleh Nabi Idris.

Nabi Idris AS memiliki berbagai pengetahuan. Salah satunya adalah tata cara merawat kuda, paham mengenai ilmu perbintangan atau falak, dan juga pintar dalam berhitung. Bahkan, salah satu penelitian mengatakan bahwa Nabi Idris merupakan salah satu penggagas ilmu tertua di Bumi, yaitu ilmu falak. 

Nabi Idris AS diangkat derajatnya oleh Allah SWT. sebagaimana yang tertuang di dalam surat Maryam ayat 56 dan 57, 
“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang terdapat di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”

Allah SWT. mengangkat derajat Nabi Idris Alaihis Salam, setelah beliau merasakan sakitnya sakaratul maut, melihat betapa mengerikannya Neraka, dan merasakan betapa nikmatnya berada di Surga. Dan Peristiwa diangkatnya derajat Nabi Idris AS Ini terjadi di bulan Muharram.


6. Diselamatkan Nabi Nuh Alaihis Salam Pengikutnya Dari Banjir Global Dunia
Peristiwa penting di bulan Muharram lainnya adalah peristiwa yang dialami oleh Nabi Nuh Alaihis Salam. Nabi Nuh Alaihis Salam diuji kesabaran dari kaumnya. Selama 950 tahun berdakwah, hanya ada 80 orang pengikut di antara kaumnya. Bahkan, istrinya pun tidak mau taat terhadap Nabi Nuh Alaihis Salam.

Nabi Nuh Alaihis Salam terkenal dengan kisah kapal untuk mengarungi banjir besar. Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang patut diimani setelah Nabi Adam Alaihis Salam dan Nabi Idris Alaihis Salam. Nuh merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam.

Nama Nuh dalam bahasa Syria yang berarti 'bersyukur'. Nabi Nuh juga mendapatkan gelar dari Allah SWT sebagai Abdussyakur. Gelar itu berarti hamba yang banyak bersyukur sesuai dengan surat Al Isra ayat 3, yang artinya : 
"(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur."
Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umatnya. Kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.

Dengan kesabaran, Nabi Nuh mulai mengajarkan kepada umatnya, untuk menyembah Allah, meninggalkan maksiat, dan berbuat kebaikan. Namun, bukannya menurut, kaum Nabi Nuh tetap saja tak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikannya.

Tapi Nabi Nuh tak patah arang. Ia tetap melanjutkan misinya kenabiannya meski menerima banyak celaan. Setiap kali Nabi Nuh berdakwah, mereka justru memasukkan anak jarinya ke telinga dan menutup wajahnya dengan pakaian tanda penolakan. Kisah perjuangan Nabi Nuh ini terdapat dalam Surat Nuh ayat 1-12.

Pengikut Nabi Nuh bahkan sampai diusir oleh para penguasa dan orang-orang di masa itu. Kaum Nabi Nuh juga menantang Nuh untuk mendatangkan azab yang selalu disampaikan oleh Nuh.
"Mereka berkata 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar'," (Surat Hud ayat 32).
Allah lantas memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera berupa kapal besar untuk mengangkut orang yang beriman beserta sepasang hewan. Allah menyebut orang-orang kafir itu akan ditenggelamkan.
"Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka yang ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain Allah." Dan Nuh berkata, "Ya Tuhan-ku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi," (Q.S. Nuh: 26).
Atas perintah itu, Nabi Nuh mengumpulkan pengikutnya dan bergotong royong membuat bahtera dari kayu selama siang dan malam dalam beberapa tahun. Kerja keras Nabi Nuh ini juga mendapat cemooh dari orang-orang yang tercela.

Setelah bahtera itu dibuat dan tanda banjir besar bakal datang, Nuh memerintahkan pengikutnya untuk naik ke kapal. Perlahan, air bah pun mulai menggenang menenggelamkan daratan.
"Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal," (Surat Asy-Syu'ara ayat 119-120).
Hingga Allah. menghanyutkan kaumnya dengan banjir besar. Lalu Allah selamatkan Nabi Nuh, anak-anaknya dan para pengikutnya dengan membuat dan menaiki bahtera-bahtera besar, sedang dan kecil. 
Dari Ibnu Abbas r.a. telah berkata bahwa Jarak antara Nabi Nuh Alaihis Salam dengan hancurnya kaumnya adalah 300 tahun. Dari tungku api (tannur atau gunung berapi) di Al Hind telah keluar air dan kapalnya Nabi Nuh Alaihis Salam. Berminggu-minggu mengelilingi Ka’bah. (H.R.Hakim). Riwayat ini penting karena kita telah tahu bahwa Nabi Nuh berkemungkinan besar berasal dari Benua Sundaland dulu, karena sebelum banjir global melanda dunia kepulauan Sunda Besar, Sunda Kecil masih bersatu hingga ke kepulauan India. Dan wilayah Sunda Besar banyak gunung-gunung berapinya serta kaya raya akan tanaman keras yang besar-besar pada waktu itu.

Dalam orang-orang yang ditenggelamkan itu, termasuk putra sulung Nabi Nuh, Kan'an dan Kaumnya serta istrinya yang durhaka. Nabi Nuh sempat mengajak Kan'an naik ke atas kapal, tapi ia menolak dan yakin dapat menyelamatkan diri dari air besar itu.

Nabi Nuh lalu menyadari bahwa cinta pada anak nya membuatnya lupa pada Allah. Nuh lalu memohon ampun kepada Allah dan mengikhlaskan anaknya yang meninggal dan masuk dalam golongan orang kafir. Kapal Nabi Nuh lalu menepi di pegunungan Arafat. Setelah air surut, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk turun dan memulai kehidupan baru.



Sebagian dari Perjanjian Lama yang menceritakan tentang banjir Nuh mengatakan :
Dan Tuhan berkata kepada Nuh, akhir dari semua jasad manusia adalah menghadap kepadaKu; dan karena bumi telah penuh dengan kekerasan; maka lihatlah Aku akan menghancurkan mereka bersama dengan bumi. Maka kamu buatlah perahu dari kayu gopher;...Dan, lihatlah meskipun Aku memberikan banjir yang membanjiri seluruh bumi untuk menghancurkan semua manusia, dimana semua yang bernafas, dari bawah surga; (dan)setiap yang ada dibumi akan mati. Namun bersamamu Aku akan menetapkan janjiKu; dan kamu akan masuk ke dalam perahu, kau dan anakmu, dan istrimu, dan istri-istri anak-anak mu. Dan semua mahkluk hidup, sepasang dari setiap mahkluk kamu bawa ke dalam perahu, untuk tetap menjaga mereka hidup bersamamu; mereka haruslah jantan dan betina……demikianlah yang dilakukan Nuh; berdasarkan semua yang Tuhan perintahkan kepadanya. (Genesis 6:13-22).
Dan perahupun berhenti pada bulan ke tujuh, pada hari ke tujuhbelas dari bulan tersebut di atas gunung Ararat. (Genesis, 8:4).
Setiap binatang yang halal kamu bawa sebanyak tujuh ke dalam perahu jantan dan betinanya, dan biatang yang tidak halal kamu bawa sebanyak dua jantan dan betinanya, unggas juga kamu ambil dari udara sebanyak tujuh, jantan dan betinanya, untuk menjaga agar bebih tetap hidup diseluuh penjuru bumi (Genesis 7:2-3).
Dan Aku akn menepati janjiKu terhadapmu, dan semua orang-orang yang lain akan ditenggelamkan oleh air banjir, dan banjir akan lebih banyak lagi yang akan menghancurkan dunia (Genesis, 9:11).

7. Nabi Ibrahim Alaihis Salam Diselamatkan Allah Dari Api Yang Membakar
Nabi Ibrahim adalah nabi ke-6 dalam Islam dan bergelar Khalilullah (Kesayangan Allah). Sesuai dengan yang termaktub dalam QS. An-Nisa’ ayat 125 :
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." (QS. An-Nisa’: 125)
Arti nama Ibrahim dijelaskan dalam Kitab Taurat, dikenal sebagai Abram yang artinya ayah yang luhur. Sebagian lain berpendapat nama Ibrahim berasal dari ab, rab, dan ham yang berarti ayah, banyak dan sebagian besar. Maka, kata Ibrahim berarti " ayah bagi sebagian besar manusia" atau menjadi "pemimpin bagi sebagian besar manusia di dunia" .

Hal ini senada dengan penyebutan nama Ibrahim dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 124 :
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintahdan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrâhîm berkata : "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman : "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim"  (QS. al-Baqarah:124).
Nabi Ibrahim Alaihis Salam adalah putra tokoh pemahat patung terkenal di masa kekuasaan raja Namrud. Ibrahim Alaihis Salam dilahirkan saat ayahnya berusia tujuh puluh lima tahun. Ibrahim AS lahir dari seorang ibu yang bernama Umaelah, sebagian menyebutnya Amilah.

Asal Nabi Ibrahim dilahirkan masih mengalami perdebatan. Ada empat pendapat. Pertama, disebutkan dilahirkan di kota bernama Ur. Kedua, menyatakan dilahirkan di daerah Babilonia. Ketiga, disebut dilahirkan di Ghautah, sebuah di wilayah Damaskus atau Syiria tepatnya di Barzat. Ke empat, ia dilahirkan di Haran dimana ayahnya berasal.

Dalam sejarah, kehidupan Nabi Ibrahim bermula dari kota Babilonia, lalu tumbuh menjadi remaja, kemudian berhijrah ke daerah Haran dekat Bait al Maqdis. Tak lama setelah mereka menetap di Bait al-Maqdis, ayahnya Tarikh (Azar) meninggal dunia pada usia 250 tahun.

Di tempat ia tinggal, sebagian besar masyarakatnya adalah penyembah berhala. Tetapi Ibrahim mengingkari anggapan bahwa patung berhala adalah dewa, sehingga Ibrahim berniat untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya.

Dalam Al Quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan kisah pencarian Ibrahim mengenai esensi keberadaan Tuhan, seperti yang tertuang dalam surat Al-An'am ayat 76 hingga 78 :
"Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata : "Inilah Tuhanku" , tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata : "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (QS. Al-An'am:77).
"Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata : "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (QS. Al-An'am:78).
"Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata : "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata : "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." (QS. Al-An'am:78)
Semasa remaja, Ibrahim sering bertanya kepada sang ayah tentang Tuhan yang sesungguhnya. Namun, ayahnya tak menghiraukan Ibrahim.

Sewaktu mendapati ayahnya tetap tidak mau meninggalkan penyembahan patung berhala, Ibrahim merasa sedih dan ingin menyadarkan sang ayah tentang kekeliruan ini. Ibrahim berusaha memperingatkan secara berulang-ulang, namun ayahnya tetap kukuh pada pendiriannya.

Ketika berada di Bait al Maqdis, Ibrahim menyerukan kepada kaumnya agar menyembah Allah SWT. Namun kaumnya tetap menyembah patung berhala yang diproduksi oleh ayahnya sendiri yaitu Azar. Masyarakat memiliki bermacam-macam patung untuk disembah, diantaranya patung personifikasi rasi bintang-bintang di langit.

Keadaan seperti inilah yang menyemangati beliau mengajak kaumnya agar bertauhid kepada Allah SWT. Tetapi kaumnya tetap membangkang dan terus menyembah patung-patung yang diciptakan sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Anbiya ayat 52 : 
"(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (QS. Al-Anbiya: 52).
Tatkala Ibrahim mempertanyakan itu kepada kaumnya, tidak ada yang bisa menjawab. Mereka terus dan tetap menyembah berhala karena itu sudah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Kisah ini tertuang dalam firman Allah SWT : 
"Mereka menjawab: “ Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya." (QS. Al-Anbiya: 53).
Ibrahim terus menyampaikan berbagai dakwah yang menentang tindakan penyembahan berhala. Ibrahim berusaha menyadarkan ayah kandungnya beserta kaumnya, tentang kesesatan penyembahan berhala, hal ini terdapat dalam Al-Quran surat Al-An'am ayat 74 :
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar; "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-An'am: 74).
Nabi Ibrahim dengan tegas menganggap bahwa perilaku mereka itu sesat, tidak masuk akal, dan tidak dibenarkan serta tidak sejalan dengan tauhid aqidah yang didakwahkan kepada mereka.

Sewaktu Ibrahim memerangi perilaku syirik dan penyembahan berhala, ia masih ingin meneguhkan keimanannya terlebih dahulu. Maka Ibrahim memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepada dirinya tentang cara Allah menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 260 :
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata : "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman : "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab : "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman : " (Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman ): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Baqarah: 260).

Pada masa itu, Raja Namrud memerintahkan untuk mendirikan sebuah bangunan sebagai tempat menyembah patung berhala. Patung berhala pun diletakkan di bangunan itu sebagai sembahan. Melihat hal tersebut, Ibrahim datang untuk meruntuhkan segala patung terkecuali sebuah patung terbesar yang dianggap sebagai sembahan paling hebat bagi kaumnya.

Kisah ini juga diceritakan dalam Al-Quran surat Al-Anbiya' :

"Mereka menjawab : "Apakah kamu datang kepada Kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?" Ibrahim berkata : "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu."  (QS. Al-Anbiya': 55-56).

"Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya." Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya." (QS. Al-Anbiya' : 57-58)

Mendapati batu-batu yang remuk beserta puing reruntuhan di tempat berhala mereka, Raja Namrud dan para penyembah berhala lainnya merasa marah, kemudian mereka hendak menghukum orang yang melakukan tindakan ini.

Ibrahim, yang dikenal berani menentang penyembahan berhala, dipanggil untuk dihakimi. Mereka bertanya : "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung terbesar itulah yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda  itu jika memang dapat berbicara."

Mereka pun mulai tersadar, lalu dengan kepala tertunduk, mereka berkata : "Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara."Ibrahim berkata: " Lalu mengapakah kalian menyembah kepada yang selain Allah?”

Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Hal ini membuat Raja Namrud menjadi semakin murka.

Mendengar pernyataan kelak para penyembah berhala akan celaka, mereka tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa. Justru mereka hendak membunuh dan membakar Ibrahim. Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan kayu bakar dalam sebuah perapian besar. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
"Mereka berkata : "Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar- benar hendak bertindak." (QS. Al-Anbiya': 68).
"Mereka berkata : "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah Dia ke dalam api yang menyala-nyala itu." "Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, Maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina." (QS. As-Saffat: 97-98).
"Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan : "Bunuhlah atau bakarlah dia" , lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ankabut: 24).

Kemudian Namrud, orang yang telah mengajak seluruh penduduk negeri agar menyembah berhala, menyatakan secara angkuh: " Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa. Kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!"

Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata : "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku." Lalu malaikat tersebut beranjak pergi.

Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim :
Kami berfirman : "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS. al-Anbiya': 69-70).
Maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya dapat berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.

Mendapati Ibrahim selamat dari tengah-tengah perapian yang membara, sebagian besar orang tetap berpegang pada keyakinannya akan berhala. Bahkan mereka enggan mengakui Allah.

Walaupun orang-orang itu mengakui kebenaran ajaran Ibrahim di dalam hati, mereka memiliki kedengkian serta tidak mau menanggung rasa malu. Ibrahim maju seraya menyatakan, hanya beriman kepada Allah; juga ia hanya berserah diri kepada Kehendak Allah.

Maka Allah memilih Ibrahim dari tengah-tengah umat manusia sebagai manusia pilihan Allah, sesuai firman-Nya : 
“Dan orang yang membenci kepada agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh." Ketika Tuhannya berfirman kepadanya : "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab : "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): " Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." (QS. Al-Baqarah: 130-132).
Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang yang saling berselisih : "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian."

Setelah memahami bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian yang membara, Namrud beserta para pengikutnya merasa dipermalukan serta takut akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya.

Kemudian Namrud berupaya mengalahkan Ibrahim dengan memberi pertanyaan sebagai tantangan : “Kami sadari bahwa kamu memang tetap hidup dari tengah-tengah perapian tetapi kamu tidak menghadirkan sembahanmu di hadapan kami. Maka kami takkan percaya kepadamu.”

Ibrahim mengatakan : "Tuhankulah Yang Menghidupkan maupun Yang Mematikan siapa yang Dia kehendaki, sebab Dialah Yang Maha Kuasa atas segala hal yang berada di langit maupun di bumi."

Seketika Namrud memanggil dua orang budak. Lalu Namrud membunuh salah satunya dan membiarkan seorang yang lain tetap hidup. Namrud semakin menyombongkan diri : " Aku pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah raja, dan aku pun dewa yang sanggup menghidupkan maupun mematikan; maka aku bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan bisa menunjukkan bukti-bukti tentang Tuhanmu itu kepada diriku."

Ibrahim berkata : "Sekalipun kamu memberi seisi bumi kepadaku, ketahuilah bahwa segala yang ada di bumi beserta yang ada di langit adalah milik Allah. Maka lihatlah ke arah matahari yang terbit itu, sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah timur, jika memang terdapat kuasa pada dirimu terhadap matahari maka terbitkanlah matahari dari arah barat."

Seketika Namrud tertegun dan menjadi bisu di hadapan Ibrahim. Lalu banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrud dan mereka mendirikan kekuasaan mereka sendiri. Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan tempat kelahirannya untuk memenuhi perintah Allah SWT.

Ibrahim sempat mengajak ayahnya agar meninggalkan penyembahan berhala dan berangkat bersamanya dalam mengikuti Allah SWT. Namun, sang ayah yang telah merasa lelah terhadap seruan-seruan semacam ini, menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama. Meskipun demikian, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan ampunan untuk ayahnya sebagai janji dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua.

Akan tetapi terdapat peringatan Allah yang menyadarkan Nabi Ibrahim supaya tidak lagi memohonkan pengampunan untuk ayahnya. Sebab ayahnya merupakan orang yang menolak serta memusuhi penyembahan kepada Allah.

Allah memilih kaum keluarga Ibrahim supaya menerima karunia istimewa diantara umat manusia di muka bumi, firman-Nya: 
"Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan Sesungguhnya Dia di akhirat, benar-benar Termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Ankabut: 27).
Sebagaimana Allah telah berjanji kepada Ibrahim bahwa ia beserta golongan pengikutnya akan memperoleh berkat beserta karunia yang berkenan di dunia beserta anugerah yang kekal di akhirat; yakni upah terbaik untuk hamba-hamba Allah yang beriman. Atas pengabdian sepenuhnya ini, maka Allah memberkahi Ibrahim, serta menyampaikan kabar kelahiran Ishak, demikian pula Ya'qub sebagai penerus. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
"Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi." " Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi." (QS. Maryam: 49-50).
Sewaktu Ibrahim memikirkan tentang keadaan generasi pewarisnya, ia berdoa kiranya Allah mengaruniakan seorang putra yang termasuk golongan saleh. Maka Allah berjanji akan mengaruniakan seorang putra sebagai pewaris Ibrahim.

Beberapa waktu setelah Ibrahim memperoleh abak yakni Ismail, Ibrahim menerima kunjungan para tamu istimewa yakni tiga malaikat berwujud tiga laki-laki. Akan tetapi wujud ketiga malaikat ini berbeda dengan rupa manusia yang selama ini ditemui Ibrahim.

Ia pun merasa asing, dan bersegera mempersiapkan jamuan khusus untuk ketiganya. Ibrahim menghidangkan daging anak sapi panggang kepada mereka, namun dibuat heran karena ketiganya tidak memakan hidangan tersebut.

Para malaikat lalu menenangkannya dan menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim bahwa Ishaq akan lahir untuknya, dan Ya’qub akan disebut sebagai penerus Ishaq.


8. Nabi Musa Alaihis Salam Diselamatkan Dari Tentara Fir'aun dan Terbelahnya Laut Merah
Ada sebuah peristiwa besar dan bersejarah, bukan hanya bagi umat muslim tapi juga orang-orang Yahudi. Peristiwa tersebut adalah saat di mana Nabi Musa Alaihis Salam dan orang-orang Bani Israil selamat dari kejaran Firaun. 

Saat itu Nabi Musa Alaihis Salam dan pengikutnya lari hingga Laut Merah. Lalu, Allah belah Laut Merah untuk Nabi Musa Alaihis Salam dan pengikutnya agar dapat melewatinya.

Firaun yang berada di belakangnya mengejar mereka ikut melewati Laut Merah. Tetapi ketika mereka baru sampai di tengah, Allah tutup kembali laut tersebut sehingga Firaun dan pasukannya hanyut terbawa ombak dan Nabi Musa AS serta pengikutnya selamat.

Peristiwa itu terjadi pada 10 Muharram. Pada tanggal inilah Nabi Musa Alaihis Salam berpuasa sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Sehingga tidak hanya umat muslim yang berpuasa di tanggal 10 Muharram, tetapi orang-orang Yahudi pun juga berpuasa.

Nabi Musa Alaihis Salam menjadi salah satu dari 25 kisah nabi yang memiliki banyak hikmah dan menjadi tauladan bagi umat muslim. Nabi Musa Alaihis Salam merupakan nabi yang namanya paling sering disebutkan dalam Al Quran. Nabi Musa Alaihis Salam lahir pada zaman Fir'aun. Musa Alaihis Salam dicintai dan dihormati dalam agama Islam karena menjadi nabi sekaligus rasul.
“Sesungguhnya, Kami telah menurunkan Taurat kepada Musa di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, yang dengannya para nabi, yang menyerahkan diri mereka kepada Kehendak Allah, menghakimi orang-orang Yahudi. Dan para rabi dan para imam juga menghakimi orang-orang Yahudi dengan Taurat karena kepada mereka dipercayakan perlindungan Kitab Allah, dan mereka menjadi saksinya.” (Alquran, 5:44).

Kisah Nabi Musa Saat Lahir
Musa Musa Alaihis Salam lahir pada masa Fir'aun yang dalam sejarah merupakan masa paling bermuatan politik. Fir'aun merupakan salah satu kekuatan dominan di negeri tersebut. Bahkan ia menyebut dirinya sebagai dewa karena sangat kuat dan tidak ada yang bisa melawannya. Fir’aun membagi-baikan golongan kelas, membagi orang-orang ke dalam kelompok dan suku.

Orang-orang Yahudi, anak-anak Israel, ditempatkan pada tingkat terendah dari masyarakat Mesir. Mereka adalah budak dan pelayan. Keluarga Nabi Musa sendiri termasuk dari anak-anak Israel tersebut.

Jadi Ancaman Bagi Firaun
Fir'aun diberitahu bahwa seorang anak laki-laki dari Bani Israel akan segera lahir dan menghancurkan kerajaan Fir'aun mendengar hal itu, raja yang kejam tersebut memerintahkan prajuritnya agar setiap anak laki-laki yang lahir dari Bani Israel harus dibunuh. Rumah-rumah Bani Israel pun digeledah oleh prajurit Fir’aun dengan berkala sebagai perintah. Namun rencana ternyata telah disiapkan oleh ibu Nabi Musa  untuknya.

Hingga pada akhirnya lahirnya Nabi Musa, yang dianggap sebagai salah satu ancaman bagi Firaun dan sangat khawatir dengan adanya Musa tersebut.

Musa Dihanyutkan di Sungai Nil
Mendengar prajurit Fir’aun mendekat ke rumahnya, Musa Alaihis Salam dibawa keluar dengan keranjangnya dan dihanyutkan ke Sungai Nil yang berada di belakang rumahnya. Dalam Al Quran disebutkan dalam kata-kata ini : 
“Maka Kami kirimkan ilham ini kepada ibu Musa: “Susulah (anakmu), tetapi jika kamu khawatir tentang dia, buang dia ke dalam sungai, tetapi jangan takut atau bersedih hati: karena Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan Kami akan menjadikannya salah satu dari utusan Kami.” (Al Quran, 28:7).
Musa Menjadi Anak Angkat Firaun
Musa Alaihis Salam sempat ingin langsung dibunuh oleh Fir’aun karena mencurigai kemungkinan itu adalah anak dari Bani Israel, namun istrinya Asiya, yang merupakan seorang wanita saleh menahannya untuk membunuh Musa Alaihis Salam.

Nabi Musa Alaihis Salam sempat ingin langsung dibunuh oleh Fir’aun karena mencurigai kemungkinan itu adalah anak dari Bani Israel, namun istrinya Asiya, yang merupakan seorang wanita saleh menahannya untuk membunuh Musa Alaihis Salam.

Musa Mendapatkan Wahyu Allah
Dalam perjalanannya ke Mesir di malam dengan cuaca dingin yang parah, Nabi Musa Alaihis Salam dan istrinya melihat ada api di kejauhan saat tersesat. Istrinya pun disuruh untuk tetap tinggal di tempatnya dan ia pergi ke api tersebut. Saat mendekati api, Nabi Musa Alaihis Salam melihat bahwa api itu berasal dari pohon hijau tetapi tidak ada seorang pun yang hadir.

Nabi Musa Alaihis Salam memperhatikan sekitarnya dengan terheran dan tiba-tiba mendengar sebuah suara yang mengatakan, “Wahai Musa, aku adalah Tuhanmu!”. Suara itu juga menyuruhnya untuk melempar tongkatnya ke tanah. Setelah Nabi Musa Alaihis Salam melemparnya, tiba-tiba saja tongkatnya berubah menjadi ular dan membuatnya ketakutan. Musa Alaihis Salam kemudian diperintahkan untuk mengangkat ular itu tanpa rasa takut dan ketika dia melakukannya, ular itu berubah kembali menjadi tongkat.

Musa Berdakwah di Hadapan Firaun
Fir'aun memanggil semua penyihir hebat ke istananya sehingga mereka bisa melakukan trik yang sama seperti yang dilakukan Musa Alaihis Salam. Para penyihir yang dipanggil merasa tidak khawatir. Kemudian potongan-potongan tali dilemparkan ke tanah dan menggeliat seperti ular.

Para penyihir segera menyadari bahwa ini bukan sihir melainkan keajaiban, dan bersujud sambil berkata, "Kami percaya pada iman Musa". Allah SWT mengatakan kepada Nabi Musa (AS) untuk memperingatkan Fir'aun bahwa ia akan menghukumnya dan umatnya jika mereka melanjutkan mengikuti Fir’aun dan tidak menerima iman dari Nabi Musa Alaihis Salam. Tapi Fir'aun terlalu angkuh untuk mendengarkan peringatan.

Musa Membelah Laut
Orang-orang Bani Israel pun dikumpulkan oleh Musa Alaihis Salam untuk berangkat ke Palestina. Fir'aun yang mengetahui pelarian itu langsung bergegas untuk menyusul mereka dengan membawa pasukan besar. Ketika Musa AS sudah sampai di Laut Merah bersama dengan orang-orang Bani Israel, terlihat Fir’aun menuju ke arah mereka dan mereka yakin bahwa akan dibunuh.

Namun, Nabi Musa Alaihis Salam memukul air laut dengan tongkatnya dan air terbelah, membuat jalan yang kering. Orang-orang menyeberang dengan aman. Ketika Fir'aun melihat jalan itu, dia memasuki laut dengan memimpin pasukannya.

Namun saat Fir'aun sudah berada di tengah-tengah laut, air yang terbuka tiba-tiba kembali menutup Fir;aun dan pasukannya. Fir'aun pun tenggelam bersama dengan pasukannya dan meninggal.

Nabi Musa Alaihis Salam dianggap oleh Muslim sebagai pengajar dan pengamalan agama para pendahulunya dan membenarkan kitab suci dan nabi sebelum dia. Al Quran menyatakan bahwa Nabi Musa diutus oleh Allah (satu Tuhan) kepada Firaun Mesir dan Israel untuk petunjuk dan peringatan.

Pada saat itu keadaan benar-benar genting dan terhimpit dialami Nabi Musa dan pengikutnya. Namun dengan segala kekuatan iman yang dimiliki, Nabi Musa berusaha menenangkan para pengikutnya. Setelah itu turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi Musa :
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS:Asy-Syu’ara Ayat: 63).
Setelah lautan terbelah, Nabi Musa dan para pengikutnya bergegas melintasi jalan tersebut. Kemudian disusul Firaun dan pasukannya yang mencoba untuk ikut melintasi jalan yang dilalui Nabi Musa dan pasukannya.


Namun lautan telah kembali seperti semula setelah Nabi Musa dan pasukkan melewatinya. Firaun dan pengikutnya pun tenggelam. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam salah satu surah, yang artinya :
“Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS:Asy-Syu’araa Ayat: 65-67).
Nabi Musa (Moses) disebutkan lebih banyak dalam Al Quran daripada orang lain, dan hidupnya dinarasikan dan diceritakan lebih banyak daripada nabi lainnya.

Kerajaan Mesir diperintah selama sekitar tiga ribu tahun oleh puluhan dinasti. Satu dinasti terdiri atas sejumlah Firaun. 

Lantas, Firaun manakah yang mengurus Nabi Musa (Moses) dan yang  mengejar Nabi Musa hingga akhirnya tenggelam di Laut Merah?

Para peneliti sejauh ini telah mengerucutkan kesimpulan pada dua nama, yakni Firaun Ramses II dan anaknya Firaun Merneptah. Ramses II (memerintah 1279-1213 SM) tidak diragukan lagi adalah firaun terbesar dari Dinasti ke-19 dan salah satu pemimpin terpenting Mesir kuno. Mumi atau jasadnya telah diteliti banyak ahli, termasuk Dr Maurice Bucaille, seorang ahli bedah asal Prancis, pada 1975-1976.

Firaun yang memelihara dan membesarkan Nabi Musa di istananya ialah Ramses II. Setelah dewasa dan berdakwah agama tauhid, Nabi Musa dikejar Firaun berikutnya dan tenggelam di Laut Merah, yaitu Merneptah. Kini, jasad kedua Firaun tersebut dapat disaksikan di museum di Kairo, Mesir.

Fakta Firaun Ramses II  Mesir Zaman Nabi Musa Alaihis Salam Yang Tak Lolos Dari Kematian
Identitas Firaun dalam kisah Nabi Musa AS telah banyak diperdebatkan, tetapi banyak ulama dan sejarawan cenderung setuju bahwa Ramses II adalah firaun yang dimaksud. Firaun yang sok paling dikenang karena eksploitasinya di Pertempuran Kadesh, warisan arsitekturnya, dan karena membawa Mesir ke zaman keemasannya.

Keluarganya berasal dari non kerajaan
Ramses II lahir pada 1303 SM dari Firaun Seti I dan istrinya, Ratu Toya. Keluarganya berkuasa beberapa dekade setelah kekuasaan Akhenaten (1353-36 SM). Ramses dinamai kakeknya, firaun besar Ramses I yang membawa keluarga biasa mereka ke jajaran bangsawan melalui kecakapan militernya. Ramses II berusia 5 tahun ketika ayahnya naik takhta. Kakak laki-lakinya mati pada usia 14 tahun dan Ramses II dinyatakan sebagai pangeran. Sebagai putra mahkota muda, Ramses menemani ayahnya dalam militer, sehingga ia mendapatkan pengalaman kepemimpinan dan perang. Pada usia 22, Ramses II memimpin tentara Mesir sebagai komandan mereka.

Dia nyaris lolos dari kematian di Kadesh
Pada 1275 SM, Ramses II memulai kampanye untuk merebut kembali provinsi-provinsi yang hilang di utara. Pertempuran terakhir dari kampanye ini adalah Pertempuran Kadesh, yang terjadi pada tahun 1274 SM melawan Kekaisaran Het di bawah Muwatalli II. Ini adalah pertempuran paling awal yang tercatat dengan baik dalam sejarah dan melibatkan sekitar 5.000 hingga 6.000 kereta kuda. Hal ini menjadikan Pertempuran Kadesh menjadi pertempuran kereta kuda terbesar yang pernah terjadi. Ramses bertempur dengan gagah berani, namun dia kalah jumlah dan terperangkap dalam penyergapan oleh tentara Het dan nyaris menemui kematian di medan perang. Dia secara pribadi memimpin serangan balik untuk mengusir orang Het dari Mesir.

Dia dikenal sebagai Ramses the Great
Sebagai firaun muda, Ramses berperang sengit untuk mengamankan perbatasan Mesir melawan orang Het, Nubia, Libya dan Suriah. Dia terus memimpin militer yang menghasilkan banyak kemenangan, dan dia dikenang karena keberanian dan kepemimpinannya yang efektif atas tentara Mesir. Selama masa pemerintahannya, tentara Mesir diperkirakan berjumlah sekitar 100.000 orang. Dia juga seorang pemimpin yang sangat populer. Penerusnya dan kemudian orang Mesir memanggilnya "Leluhur Hebat"

Dia menyatakan dirinya sebagai Tuhan
Menurut tradisi, festival sed adalah yobel yang dirayakan di Mesir kuno setelah seorang firaun memerintah selama 30 tahun, dan kemudian setiap tiga tahun setelah itu. Pada tahun ke-30 pemerintahannya, Ramses secara ritual diubah menjadi Tuhan Mesir. 14 festival sed diadakan selama seluruh pemerintahannya. Setelah dinyatakan sebagai Tuhan, Ramses mendirikan ibu kota baru, Pi-Ramesses, di Delta Nil dan menggunakannya sebagai basis utama untuk kampanyenya di Suriah.

Arsitektur Mesir berkembang dibawah pemerintahannya
Ramses mendirikan lebih banyak patung kolosal dirinya daripada firaun lainnya. Dia juga terpesona dengan arsitektur, membangun secara luas di seluruh Mesir dan Nubia. Pemerintahannya menghasilkan sejumlah besar pencapaian arsitektur, dan pembangunan serta rekonstruksi banyak kuil, monumen, dan struktur. Bangunan ini termasuk kuil raksasa Abu Simbel, monumen batu untuk dirinya sendiri dan ratunya Nefertari, dan Ramesseum, kuil kamar mayatnya. Kedua candi dibuatkan patung raksasa Ramses sendiri. Dia juga menghormati ayahnya dan dirinya sendiri dengan menyelesaikan kuil di Abydos.

Dia menandatangani perjanjian perdamaian internasional pertama
Selama tahun ke-8 dan ke-9 masa pemerintahannya, Ramses memimpin lebih banyak kampanye militer melawan orang Het, berhasil merebut Dapur dan Tunip. Pertempuran dengan orang Het berlanjut di kedua kota ini sampai 1258 SM, ketika perjanjian damai resmi dibuat antara firaun Mesir dan Hattusili III, raja orang Het saat itu. Perjanjian ini merupakan perjanjian perdamaian tertua yang tercatat di dunia.

Dia ayah lebih dari 100 anak
Tidak diketahui jumlah pasti anak yang dimiliki Ramses II selama hidupnya, namun perkiraan kasarnya adalah sekitar 96 putra dan 60 putri. Ramses hidup lebih lama dari banyak anak-anaknya, dan akhirnya digantikan oleh putranya yang ke-13.

Dia memiliki lebih dari 200 istri dan selir
Ramses memiliki lebih dari 200 istri dan selir, namun ratu favoritnya kemungkinan besar adalah Nefertari. Ratu Nefertari yang kemudian memerintah dengan suaminya, dan disebut sebagai Istri Kerajaan Firaun. Dia diperkirakan telah meninggal relatif awal pada masa pemerintahannya. Makamnya QV66 adalah yang paling indah di Lembah Para Ratu, berisi lukisan dinding yang dianggap sebagai beberapa karya seni Mesir kuno terbesar.

Dia adalah salah satu firaun Mesir yang paling lama memerintah
Ramses II memerintah 1279-1213 SM, total 66 tahun dan dua bulan. Ia dianggap sebagai firaun terlama kedua di Mesir kuno, setelah Pepi II Neferkare (memerintah 2278-2184 SM). Ramses II digantikan oleh putranya yang ke-13, Merneptah, yang hampir berusia 60 tahun ketika dia naik takhta.

Dia terkena radang sendi 
Ramses II memerintah 1279-1213 SM, total 66 tahun dan dua bulan. Ia dianggap sebagai firaun terlama kedua di Mesir kuno, setelah Pepi II Neferkare (memerintah 2278-2184 SM). Ramses II digantikan oleh putranya yang ke-13, Merneptah, yang hampir berusia 60 tahun ketika dia naik takhta.







Dari perjalanan Nabi Musa Alaihis Salam pada akhirnya diketahui bahwa Allah SWT tidak menyukai perbuatan sewenang-wenang ataupun yang menganiaya orang lain. Itu sebab salah satu perintah Allah kepada Musa adalah melawan Raja yang berkuasa pada zaman itu, Firaun.
Pada akhirnya Raja yang mengaku Tuhan pun mati, tak ada yang abadi di dunia ini. Yang ada hanyalah tinggal jasad Muminya yang telah dibalsem.



9. Turunnya Kitab Taurat kepada Nabi Musa AS
Mukjizat kembali datang kepada Bani Israil dengan turunnya kitab Taurat melalui Nabi Musa AS. Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Isra ayat 2,
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu sebagai petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) “Janganlah kalian mengambil penolong selain Aku.”
Peristiwa itu juga terjadi pada 10 Muharram di bukit Thuwa (Tursina). Di bukit itu turunlah firman Allah SWT. yang terdapat pada Alquran surat Thaha ayat 10 sampai 16,
“Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku. Sungguh, hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas dengan apa yang dia usahakan. Maka janganlah engkau dipalingkan dari (kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa.”

 


10. Nabi Yunus AS Selamat Keluar Dari Perut Ikan Paus
Nabi Yunus AS Diutus oleh Allah untuk memberikan dakwah kepada kaumnya. Tetapi kaumnya tidak mau mengikuti perintahnya hingga habis kesabarannya. Nabi Yunus AS pun pergi dengan kemarahan dan merasa bahwa bumi Allah itu luas sehingga beliau bisa berdakwah di tempat lain.

Namun yang terjadi adalah kemurkaan Allah SWT. yang membuat dirinya harus terjun dari kapal dan dimakan oleh ikan paus. Di malam 10 Muharram, Nabi Yunus AS mendapat 3 kegelapan, yaitu gelapnya perut ikan, gelapnya dasar laut, dan gelapnya malam.

Lalu Nabi Yunus AS pun berdoa kepada Allah untuk dapat keluar dari perut ikan paus itu,

“Tiada Tuhan selain Engkau Ya Allah. Wahai Yang Mahasuci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri," (Q.S. Al-Anbiya: 87). 
 
11. Allah Mengampuni Dosa Nabi Daud Alaihis Salam
Suatu saat Nabi Daud AS Kedatangan dua orang pemuda yang saling berseteru satu sama lain. Mereka meminta pendapat Nabi Daud AS dan meminta keputusan yang adil terkait perselisihan mereka.

Salah seorang pemuda memiliki 99 ekor domba menuntut pemuda lainnya yang hanya memiliki satu ekor domba. Pemuda dengan domba 99 ekor meminta pemuda lainnya itu untuk memberinya satu ekor domba itu agar bisa menggenapkannya menjadi 100 ekor.

Lalu Nabi Daud AS menegur si pemilik 99 ekor domba. Tetapi kemudian Nabi Daud AS mendapat teguran balik dari kedua pemuda tersebut yang ternyata adalah malaikat utusan Allah SWT. untuk memberikan peringatan kepada Nabi Daud AS.

Nabi Daud AS diperingatkan oleh Allah SWT. karena sudah memiliki 99 istri dan masih ingin mengambil istri dari Oria bin Hannan yang hanya punya satu istri. Menyadari kesalahannya, Nabi Daud AS pun berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT.


12. Kembalinya Kerajaan Nabi Sulaiman Alaihis Salam dan dijadikan Kerajaannya Megah
Pada tanggal 10 Muharram terjadi peristiwa penting berkaitan dengan kerajaan Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman AS Merupakan satu-satunya nabi yang diberikan kekuasaan yang sangat megah. Ia juga tidak hanya menjadi raja bagi umat manusia tapi juga seluruh makhluk di muka bumi. Bahkan, bangsa-bangsa jin dan setan juga tunduk kepadanya.

Sebelum bangsa jin dan setan tunduk kepada Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman AS pernah diuji akibat dari kesalahannya. Ketika itu setan sempat menduduki singgasana Nabi Sulaiman AS selama beberapa hari.

Di saat itu, setan membuat berbagai macam hal, seperti ilmu sihir, mantra-mantra, jimat-jimat, dan sebagainya. Akibat ulah setan-setan itu, Nabi Sulaiman AS dituduh sebagai penyihir.

Lalu Allah menyampaikan bahwa mereka hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh setan-setan di atas kerajaan Nabi Sulaiman AS. Hingga akhirnya Nabi Sulaiman AS pun bertaubat dan berdoa,

"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juga pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi," Q.S. Shaad: 35. 

13. Diangkatnya Nabi Isa Alaihis Salam ke Surga
Sebuah peristiwa besar terjadi pada 10 Muharram. Saat itu terjadi menjadi peristiwa diangkatnya Nabi Isa AS ke surga sebagaimana yang telah diceritakan di dalam Alquran surat An-Nisa 157 -159 yang artinya,

“Dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” 

 


14. Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah
Selama 13 tahun Rasulullah SAW berdakwah di kota Mekkah, ada begitu banyak ujian yang dihadapinya. Penolakan dari kaumnya bahkan orang terdekatnya, yaitu pamannya, tidak hanya berupa ancaman secara fisik tetapi juga mental.



Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah menuju Madinah merupakan sejarah penting yang membuka pintu dakwah yang lebih luas. Dakwah Rasulullah menjadi lebih cepat meluas setelah Islam disambut gembira oleh penduduk Madinah. Peristiwa ini juga bertepatan di bulan Muharram.

Banyaknya peristiwa penting yang dialami oleh para nabi, bulan Muharram menjadi bulan yang istimewa. Banyak keutamaan yang dimiliki oleh bulan Muharram. Bahkan, puasa sunnah yang dikerjakan di bulan puasa memiliki keutamaan yang tinggi setelah puasa Ramadan.

15. Pertempuran di Karbala
10 Muharram atau yang dikenal sebagai Asyura yakni saat pertempuran Karbala terjadi pada 61 H dari kalender Islam. Pertempuran itu mempertemukan tentara kalifah Umayyah kedua Yazid I dan pasukan kecil yang dipimpin Hussein ibn Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Hussein terbunuh di pertempuran itu.


Muslim di Timur Tengah yang menganut Syiah biasanya saat itu menunjukkan kesedihan atas meninggalnya Hussein, sementara muslim Sunni akan mengucapkan doa pujian kepada nabi untuk menghormatinya.


Salam Santun


Baca Juga :

Tidak ada komentar