Awal Kerajaan Sunda dan Galuh

Suryawarman Raja Tarumanagara ke VII tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya Wretikandayun mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

Sepeninggal Suryawarman, Kretawarman kemudian menggantikan Suryawarman menjadi Raja Tarumanagara ke VII. Di dalam buku Rintisan Penelusuran Masa Silam Jawa Barat disebutkan Tarumanagara ketika pada masa Sudawarman sudah mulai nampak anti klimaks dari masa keemasan Tarumanagara. Sudawarman, raja Tarumanagara ke IX, dengan gelar Sri Maharaja Sudawarman Mahapurusa Sang Paramertaresi Hariwangsa. Ia berkuasa sejak tahun 550 sampai dengan 561 saka  (628 – 639 M) dan dikenal sebagai raja yang berbudi luhur.

Kemunduran atau gejala meredupnya kejayaan Tarumanagara mulai nampak pada masa Sudarwana, konon dimungkinkan terjadi, Pertama, pemberian otonomi kepada raja-raja bawahan yang diberikan oleh raja-raja sebelumnya tidak disertai hubungan dan pengawasan yang baik. Akibanya para raja bawahan merasa tidak terlindungi dan tidak diawasi.

Sudawarman secara emosional juga tidak menguasai persoalan di Tarumanagara, sejak kecil ia tinggal di Kanci, kawasan Palawa. Sehingga masalah Tarumanagara menjadi asing baginya. Memang ia dapat menyelesaikan tugas pemerintahannya, hal ini disebabkan adanya kesetiaan dari pasukan Bhayangkara yang berasal dari Indraprahasta, telah teruji kesetiannya terhadap raja-raja Tarumanagara, mereka hanya berpikir tentang : bagaimana cara menyelematkan raja. Sehingga setiap pemberontakan dapat diselesaikan dengan baik.

Kedua, pada jaman Sudawarman telah muncul kerajaan pesaing Tarumanagara yang sedang naik daun. Seperti ditenggara terdapat Kerajaan Galuh, didirikan tahun 612 M, sebelumnya termasuk Wilayah Tarumanagara. Galuh didirikan oleh Wretikandayun, cucu dari Kretawarman, raja Tarumanagara kedelapan. Selain Galuh terdapat kerajaan Kalingga di Jawa Tengah yang sudah mulai ada didalam masa keemasannya. Sedangkan di Sumatera terdapat kerajaan Melayu (termasuk Sriwijaya) dan Pali.

Kemerosotan pamor Tarumanagara tidak akan berakibat parah jika pengganti Sudarwan, yakni Dewamurti dapat bertindak arif. Ia dianggap sebagai raja yang kasar dan tidak mau berbelas kasihan, cenderung menebar aib didalam keraton Tarumanagara. Hingga pada akhirnya ia dibunuh oleh Brajagiri, anak angkat Kretawarman, raja Tarumanagara ke VIII, yang ia permalukan. Barjagiri sendiri tewas dibunuh oleh Sang Nagajaya, menantu Dewamurti.


1. Sundapura
Kemudian Sang Nagajaya mewarisi tahta mertuanya dengan gelar Maharaja Nagajayawarman Darmastya Cupujayasatru. Ia berasal dari Cupunagara, kerajan dibawah Tarumanagara. Nagajaya memerintah Tarumanagara sejak tahun 562 sampai dengan 588 saka (640 – 666 M). Setelah wafat digantikan oleh Linggawarman, dinobatkan sebagai raja ke 12 Tarumanagara pada tahun 588 saka atau 666 M, dengan gelar Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirtabumi. Kemudian ia digantikan menantunya, yakni Tarusbawa, dengan gelar Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manungmanggalajaya Sundasembawa, sebelumnya ia raja sundapura. Tarusbawa memerintah sejak tahun 591 sampai dengan 645 saka (669 – 723 M).

Karena melihat pamor Tarumanagara yang terus merosot, Tarusbawa sangat menginginkan untuk mengangkat Tarumanagara kembali kemasa kejayaannya. Ia pun memimpinkan kejayaan Tarumanagara seperti jaman Purnawarman yang bersemayam di Sundapura. Dengan keinginannya tersebut ia merubah nama Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda (Sundapura atau Sundasembawa).

Penggantian nama kerajaan yang ia lakukan tidak dipikirkan dampaknya bagi hubungan Tarumanaga dengan raja-raja bawahannya. Karena dengan digantinya nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda berakibat raja-raja daerah merasa tidak lagi memiliki ikatan kesejarahan, apalagi Tarusbawa bukan anak Linggawarman, melainkan seorang menantu dan bekas raja Sundapura.


1. Letak Sundapura
Tentang letak Sundapura jika dikaitkan dengan prasasti di Kampung Muara Cibungbulang dan Prasasti Kebantenan menimbulkan pertanyaan. Karena bisa ditafsirkan, bahwa perpindahan ibukota Tarumanagara dari Sundapura telah terjadi sejak masa Suryawarman. Selain itu, posisi letak prasasti Muara dahulu termasuk berada diwilayah kerajaan Pasir Muara.

Didalam Pustaka Jawadwipa diterangkan mengenai lokasi Sundapura, : “telas karuhun wus hana ngaran deca Sunda tathapi ri sawaka ning tajyua Taruma. Tekwan ring usana kangken ngaran kitha Sundapura. Iti ngaran purwa prastawa saking Bratanagari”. (dahulu telah ada nama daerah Sunda tetapi menjadi bawahan kerajaan Taruma. Pada masa lalu diberi nama Sundapura. Naman ini berasal dari negeri Brata).





2. Pemisahan Galuh
Keinginan melepaskan diri dari Sundapura dicetuskan oleh Wretikandayun, penguasa Galuh. Padahal leluhur Wretikandyun sangat setia terhadap Tarumanagara, namun karena ada perubahan nama (mungkin juga adanya pemindahan ibukota Tarumanagara ke wilayah Sundapura) berakibat ia merasa perlu melepaskan diri.

Keinginan melepaskan diri ini bukan seuatu yang muskil untuk untuk dilaksanakan, mengingat Galuh telah merasa cukup kuat untuk melawan Tarumanagara, karena Galuh telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan Kalingga, menikahkan Mandiminyak, putranya dengan Cucu Ratu Sima. Keinginan tersebut ia sampaikan melalui surat.

Isi surat dimaksud intinya memenjelaskan, bahwa : Galuh bersama kerajaan lain yang berada di sebelah Timur Citarum tidak lagi tunduk kepada Tarumanagara dan tidak lagi mengakui raja Tarumanagara sebagai ratu. Tetapi hubungan persahabatan tidak perlu terputus, bahkan diharapkan dapat lebih akrab. Wretikandayun memberikan ultimatum pula, bahwa Tarumanagara janganlah menyerang Galuh Pakuan, sebab angkatan perang Galuh tiga kali lipat dari angakatan perang Tarumanagara, dan memilki senjata yang lengkap. Selain itu Galuh juga memiliki bersahabat baik dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang siap memberikan bantuan kepada Galuh kapan saja.

Permintaan untuk memisahkan diri tersebut tidak akan dikabulkan jika terjadi jaman Purnawarman. Namun berdasarkan perhitungan Tarusbawa, pasukan Tarumanagara yang ada saat ini dibandingkan pasukan Galuh masih seimbang, sehingga sulit untuk memenangkan peperangan. Tarusbawa juga termasuk raja yang visioner dan cinta damai. Ia memilih mengelola setengah kerajaan dengan baik dibandingkan mengelola seluruh kerajaan dalam keadaan lemah.

Pada cerita berikut dikisahkan, : akhirnya Tarusbawa menerima tuntutan Wretikandayun. Dan memecah kerajaan menjadi dua, sesuai dengan permintaan Wretikandayun. Dengan menggunakan Citarum sebagai batas negaranya.

Dalam tahun 670. berakhirlah Tarumanagara sebagai kerajaan yang menguasai seluruh Jawa Barat. Namun muncul dua kerajaan. Disebalah barat Citarum menjadi kerajaan Sunda, sedangkan disebelah timur Citarum berdiri kerajaan Galuh (Parahyangan).

Dari Tulisan di atas kita tarik Benang merah bahwa Chandrawarman di gantikan oleh Suryawarman dan memindahkan Ibukota Tarumanagara ke Sundapura.

Selanjutnya Kretawarman menggantikan Suryawarman menjadi Raja Tarumanagara ke VIII. Sepeninggal Kretawarman Tarumanagara di Perintah oleh Sudawarman tahun 550 - 561 Saka (628 - 639 M) dan tarumanagara Mulai mengalami kemundurannya,Selanjutnya Kerajaan Tarumanagara mengalami Perebutan Kekuasaan Berdarah dengan di bunuhnya  Raja Dewamurti yang menggantikan Sudawarman oleh Brajagiri kemudian Brajagiri dibunuh oleh Nagajaya menantu dari Dewamurti. 

Nagajaya Menjadi raja Tarumanagara tahun 562-588 Saka (640 - 666 M) selanjutnya Linggawarman Menggantikan Nagajaya setelah 3 tahun memerintah Tarumanagara Linggawarman digantikan Tarusbawa yang memerintah tahun 591-645 Saka (669 - 723 M) Tarusbawa menjadi Raja Penutup pada sejarah Kerajaan Tarumanagara karena Tarusbawa mengganti nama Tarumanagara menjadi kerajaan Sunda. yang mengakibatkan Wretikandayun Raja Galuh cucu dari Kretawarman raja Tarumanagara ke VIII memisahkan diri dari Kerajaan Sunda,maka pecahlah bekas Kerajaan Tarumanagara menjadi 2 Kerajaan Sunda yang diperintah Tarusbawa dan Kerajaan Galuh yang di perintah Wretikandayun.
 



3. Kretawarman
Kretawarman (wafat 628) adalah raja Kerajaan Tarumanagara yang kedelapan yang mewarisi bapaknya, Suryawarman, yang mangkat pada tahun 561 dan memerintah selama 67 tahun antara tahun-tahun 561 - 628.


Pada saat kepemimpinannya terjadi peristiwa besar pada masa Raja ke 8. Kertawarman menikahi Setyawati  dari golongan sudra. Keadaan bertambah rumit karena Setyawati berpura-pura hamil, padahal Kertawarman diketahui mandul. Untuk menutupi skandal ini sang Raja mengangkat anak angkat, Brajagiri dari golongan sudra juga. Manuver yang gagal, karena suasana kerajaan memanas. Namun sampai akhir hayatnya, Kertawarman tetap menjadi raja.

Kertawarman kemudian digantikan oleh adiknya, Sudhawarman. Sudhawarman digantikan anaknya, Hariwangsawarman,  yang beribu India, dan dibesarkan di kerajaan Palawa. Didikan India menjadikannya keras dalam memegang aturan kasta. Sehingga Brajagiri yang saat itu memegang jabatan senapati diturunkan pangkatnya menjadi penjaga gerbang keraton. Brajagiri yang sakit hati kemudian membunuh Hariwangsawarman. Tragedi kembali menyelimuti Tarumanagara.

Kertawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya Prabu Sudhawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan dari anak seorang pencari kayu bakar (wang amet samidha) Ki Prangdami bersama istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat Hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir Pantai Selatan Garut. Putrinya Setiawati (Arum Hondje) dinikahi Kertawarman yang hanya digaulinya selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan (dan mungkin dilupakan).

Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan meninggal dunia. Anaknya oleh Ki Parangdami dipanggil Rakeyan mengingat keturunan seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali bin Abi Thalib (599 - 661 M) yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang / ilmu berkelahi yang tinggi.

Rakeyan Sancang (lahir 591 M) putra Raja Kertawarman (Kerajaan Tarumanagara 561 – 618 M). Rakeyan Sancang inilah yang sering dirancukan dengan putra Sri Baduga Maharaja, yaitu Raja Sangara, yang menurut Babad Godog terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat Suci.

Tidak terdapat banyak maklumat tentang Kertawarman. Namanya hanya tercantum dalam Naskhah Wangsakerta. Baginda mangkat pada tahun 628 dan diwarisi oleh puteranya, Sudhawarman .

Baca Juga :

Tidak ada komentar