Jenis Batuan Apakah yang Ada di Area Pesawahan di Kecamatan Jatigede?

Batu Besar di sekitar Area Pesawahan di Kecamatan Jatigede
Dongeng Geologi - Hamparan Batu meteorkah yang jatuh jutaan tahun yang lalu di sekitar area persawahan ini??? lokasi ini berada di kecamatan Jatigede menurut narasumber (Andri S Mulyadi, Pangawung Rangga dan Ustad Cikiray) area ini di sebut Sanghiang Tikoro berbatasan dengan Bendungan Jatigede.

Batuan besar sebesar mobil seperti karakeristik batu di atas ada juga di Gunung Nirmala (Gunung Sangkanjaya), yang konon dulu dipakai tempat mengundinya untuk menjadi Raja diantara putra kembar prabu Batara Kusumah Tajimalela Kerajaan Sumedanglarang. Batuan di Gunung Sangkanjaya, lebih aneh lagi Batuan sebesar Mobil Tronton tersebut malam berdiri diatas puncak Gunung Sangkanjaya dengan hanya di topang oleh batu-batuan kecil dibawahnya, tanpa mengelinding ke dasar jurang sebelah kananya. Bahkan mungkin beberapa sejak adanya batuan tersebut yang diduga telah ada ribuan tahun sebelum masehi, telah terjadi beberapa kali Gempa Bumi Tektonik dan Vulkanik, namun batu tersebut tetap berada di tempatnya, sungguh keajaiban alam dan  kekuasaan Allah SWT,  zat yang Maha Kuasa atas segalanya, 


Batuan Besar di Gunung Sangkanjaya (Sanghyang Jaga Lawang)

Batuan Besar Sebesar Mobil Toronton di Puncak Gunung Sangkanjaya Yang Hanya
ditopang Batuan Kecil dibawahnya

Batuan Besar Sebesar Mobil Toronton di Puncak Gunung Sangkanjaya Yang Hanya
ditopang Batuan Kecil dibawahnya
Meteor Jatuh di Majalengka, Membentuk Cekungan Raksasa


Bukit-bukit batu itu memanjang berbentuk setengah lingkaran mengepung Kota Majalengka. Ada di sebelah utara, barat, dan selatan dari kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat.

Formasi yang disebut sebagai Struktur Majalengka ini pernah dipelajari ahli geologi. Bukit memanjang pada struktur diterjemahkan sebagai sesar naik (thrust fault), yaitu mencuatnya lapisan batuan secara vertikal.

Sesar atau patahan adalah rekahan yang mengalami pergeseran yang jelas. Jaraknya berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter. Panjangnya hitungan desimeter hingga ribuan meter.

Menurut R.P. Koesoemadinata, guru besar geologi di Institut Teknologi Bandung, curiga bahwa formasi itu merupakan fenomena geologi. Bukan apa-apa, Struktur Majalengka berbentuk melnuingkar yang tak bisa diinterpretasikan sebagai sesar naik. Struktur Majalengka hingga ke Jatigede Darmaraja merupakan kompleks kawah hasil tumbukan meteorit.

Dia merujuk pada empat hingga lima struktur melingkar. Yang terbesar berdiameter 6 kilometer dalam struktur itu. Dugaan tersebut dia sampaikan ke koleganya.

Hipotesis kawah meteor atas struktur melingkar merupakan hal yang wajar. Di seluruh permukaan bumi tercatat 178 struktur melingkar yang disebabkan tumbukan batu angkasa.

Bentuknya berupa cekungan berbentuk mangkuk dengan tepian yang lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya.

Suatu penelitian sekilas pada Google Earth map memperlihatkan bahwa adanya Geo Circles (saya meniru istilah  crop circles yang diberitakan di sekitar Jogya) bersekala besar di daerah barat daya Majalengka (gb.1). Bentuk morfologi ini pernah dipetakan secara geologi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, P3G (sekarang Pusat Survai Geologi, Bandung), dan ditafsirkan sebagain anjakan (thrusting) yang melengkung pada Lembar Arjawinangun (sekala 1: 100.000)  yang diterbitkan tahun 1973 (gambar 1).


Namun struktur geo-circles ini sulit untuk dapat dijelaskan sebagai gejala tektonik, sebagai anjakan (thrusting)  walaupun usaha untuk menjelaskan dengan ”gliding tectonics” (tektonik longsoran) sering diajukan,. Penjelasan demikian tidak memuaskan karena struktur anjakan  (thrusting, sesar naik) yang berbentuk setengah lingkaran (semi-circles) ini menghadap ke semua arah penjuru angin, sehingga memerlukan keberadaan  suatu pusat tinggian, yang justru tidak ada. Juga jurus tektonik regional (regional tectonic trend) sini ada mengarah Barat-laut –Tenggara relatif tanpa gangguan.  Justru  pusat-pusat geo-circles ini merupakan cekungan, antara lain Cekungan Sungai Cilutung, yang dapat ditafsirkan sebagai kawah raksasa yang  di bentuk karena dihantam oleh suatu rentetan beberapa meteor berukuran besar (a train of meteors). Gejala geo-circles baratdaya Majalengka ini merupakan suatu kompleks kawah meteor, dan paling tidak dapat dihitung adanya 5 kawah hantaman (impact craters) , yang saling bertumpukan pada citra Google Earth Map ini (lihat gambar 2).
 

Dasar kawah ini ditutupi oleh batuan pasir tufaan Formasi Citalang, yang ditetapkan umurnya sebagai Pliocene, sekitar 4 juta tahun yang lalu. Dengan demikian kompleks kawah meteor tersebut berumur paling tua 4 juta tahun yang lalu. Keberadaan adanya ”multi- meteor craters” di satu tempat dapat dijelaskan dengan membenturnya  iring-iringan meteor yang terdiri pecahan asteroid yang menghantam  bumi, sebagaimana halnya dengan yang terjadi di Jupiter beberapa tahun yang lalu yang dibentur secara beruntun oleh  Levy-Schumacher 9 yang terdiri dari iring-iringan 9 buah meteor.

Namun demikian, penafsiran ini perlu diteliti lebih lanjut sebagain”ground-check”, terutama meneliti ulang susunan  dan kandungan dari lapisan batuan yang membentuk dinding kawah-kawah ini. Diketemukan adanya pecahan batu meteorite tentu akan membuktikan kebenaran ini. Ground check sekilas telah dilakukan pada semi-circle yang paling barat, yaitu sebelah barat sungai Cisaar, namun ternyata dinding kawah ini ditutupi hutan yang lebat, sehingga tidak diketemukan adanya singkapan untuk mengetahui susunan batuannya.

Jika benar geo-circles ini adalah kawah hantaman meteor, maka ini pertama kalinya diketemukan meteor crater di Indonesia. Di negara lain seperti Australia, Asia, Afrika, Eropa, Amerika bahkan di Antartika, sudah banyak diketemukan gejala ini, tetapi jumlahnya sekitar 100 – san  (lihat gambar paling atas)


Jika sendainya benar bahwa ’geo-circles” ini adalah disebabkan hantaman meteor (meteoric impact) ini mempunyai konsekwensi ekonomis, karena di Mexico suatu hantaman meteor bukan saja membentuk kawah tetapi juga meretakkan batuan di bawahnya dan telah membentuk reservoir minyak bumi. Namun tentu ini masih sangat spekulatif.

Kawah Vredefort di Afrika Selatan merupakan struktur terbesar dengan diameter 300 kilometer.

Lalu kawah meteor Chixulub di Semenanjung Yucatan, Meksiko, berdiameter 180 kilometer. Kawah ini diketahui sebagai penyebab kepunahan dinosaurus sekitar 65 juta tahun silam.

Sekelompok mahasiswa pernah melakukan penelusuran di sekitar Struktur Majalengka untuk membuktikan dugaan Koesoemadinata. Namun batuan yang dicari belum ditemukan. Vegetasi yang lebat di sekitar kawah tumbukan menghalangi upaya pencarian???

Selain itu, sedimen yang tebal membuat lapisan batuan sisa tumbukan terkubur jauh di bawah tanah. Koesoemadinata menyarankan agar dilakukan pengeboran untuk menemukan bebatuan tersebut.

Pada saat tumbukan terjadi sekitar 4 juta tahun lalu, Pulau Jawa telah terangkat dari samudra dan berada tak jauh dari posisi saat ini.

Nenek moyang manusia yang muncul saat itu adalah Australopithecus. Belakangan, spesies ini berevolusi menjadi Pithecanthropus erectus, yang berdiam di daerah aliran Sungai Bengawan Solo pada 1,6 juta tahun lalu.

Menurut peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, meteor mungkin saja pernah menumbuk daratan Indonesia dan menyisakan kawah. Tekanan tinggi yang dihasilkan tabrakan mendorong permukaan tanah sehingga membentuk cekungan.

Adapun pada bagian pinggir terjadi pengangkatan permukaan tanah dan membentuk struktur lingkaran. "Secara umum struktur ini cenderung berbentuk lingkaran," ujarnya.

Sedangkan terbentuknya kompleks kawah Majalengka, menurut dia, bisa jadi disebabkan tumbukan yang terjadi tidak serentak.

Thomas menduga sebanyak empat-lima kawah di Majalengka terbentuk pada waktu yang berbeda, karena pembentukan kompleks kawah meteor sulit terjadi.

Dia mencurigai aktivitas cuaca yang sangat aktif di khatulistiwa menghapus jejak tabrakan tersebut. Akibatnya, sulit mengenali langsung kawah tumbukan di Indonesia karena telah berubah dari bentuk aslinya. Namun beberapa mineral tertentu bisa dijadikan petunjuk keberadaan kawah tumbukan.

Koesoemadinata membenarkan telah terjadi perubahan pada struktur kawah Majalengka. Cekungan pada kawah kini tertutup sedimen Pliosen yang berumur 4-5 juta tahun lampau.

Selain itu, sebagian dari pinggiran kawah mengalami keruntuhan akibat erosi, apalagi terdapat Sungai Cilutung yang membelah kompleks kawah. Umur kawah tak akan lebih muda dari umur sedimen.

Survei seismik terhadap Struktur Majalengka dan perbatasan juga pernah dilakukan. Pada penelitian tersebut, data lapisan tanah diambil melalui beberapa lintasan. Hasilnya, lapisan cekungan yang terkubur sedimen tidak ditemukan.

Koesoemadinata menduga telah terjadi pelapukan batuan pada lapisan cekungan.

Jejak mineral sisa tumbukan juga menjadi pencarian berikutnya. Saat ditumbuk, batuan mengalami perubahan bentuk akibat tekanan dan panas mahatinggi.

Shatter cone adalah salah satu jenis batuan yang tercipta dari tumbukan meteor. Batuan ini tersusun atas kerucut yang diperkirakan berasal dari tekanan sebesar 2-30 miliar Pascal.

Planar deformation features merupakan material gelas dan tersusun paralel juga menjadi pertanda sisa tumbukan.

Mineral lain yang bisa menjadi petunjuk adalah diapletic glass serta batuan campuran biotit dan feldspar.

Mineral ini akan menjadi sidik jari tumbukan karena masing-masing tercipta pada tekanan dan temperatur tertentu. Pengeboran merupakan salah satu upaya menemukan bukti-bukti geologis tumbukan meteor di Majalengka.



Penelitian Geologi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui karakteristik batu-batu alam besar dilokasi Gunung Sangkanjaya dan di Area Pesawahan kecamatan Jatigede, demikian pula upaya penyelamatan batuan tersebut untuk alasan pembangunan.

==========================
Sumber :
1. R.P. Koesoemadinata, Guru besar Emeritus Geologi Institut Teknologi Bandung.
2.  https://tekno.tempo.co/read/news/2011/05/06/095332626/meteor-jatuh-di-majalengka-membentuk-cekungan-raksasa#qILXoXJCEZjyU2Ga.99
3.  https://rovicky.com/2011/04/07/majelangka-dihantam-meteor-raksasa-4-juta-tahun-lalu/

Baca Juga :

Tidak ada komentar