Makna dan Arti Pohon Jati

Sampuran...

Bila kita berziarah ketempat-tempat yang tua/buhun/purba, kita sering melihat pohon jati yang ribuan tahun umurnya, saya ambil contoh : Di Gunung Padang Darmarja Sumedang, pemakaman umum tua desa Cipancar, di Situs Prabu Lembu Agung, di Situs Gunung Sangkanjaya, di Situs Gunung Lingga, Di Situs Gunung Paniis, di Kampung Adat Dukuh Pameungpeuk Garut, di Situs Jati Purba Cirebon, di Situs Kawali Ciamis, Di Situs Gunung Salak, dan berbagai tempat di Jawa Barat, bahkan Pulo Djawa Dwipa.

Konon kabarnya peraHU Nabi Nuh a.s / Noah / Enoch / Henokh / Margana Kancana Sumirat (Nama dalam Bahasa Sunda), terbuat dari Pohon Kayu Jati tua, yang situs peraHU-nya ditemukan di Pegunungan aRarat di Turkey berasal dari pohon Kayu Jati. Kok penamaan nama pegunungan a-Ra-rat, tersebut tidak seperti bahasa Turkey yah??? lebih mirif bahasa/Haksara Lemurian (Bangsa Mu).

Tanaman Jati merupakan tanaman keras, yang biasa dipergunakan untuk bahan bangunan dan Furniture. Selain mempunyai kekuatan yang baik, kayu jati mempunyai nilai estetika, karena kayunya mempunyai corak (motif dan pamor) yang khas.

Jati dalam bahasa Sunda disimbolkan untuk kata GALIH yang berarti pribumi putera atau dikenal dalam istilah klasik Sunda "Wangsa Galuh". Wangsa Galuh dimulai dari Ratu Galuh, yaitu Ratu Dahyang Sumbi (Dewi Mayang Sunda yang merupakan Istri dari Raja Sunda Si Tumang (Taruma Hyang) atau Wisnugopa/Ajisaka ke III.

Di Wilayah Jawa Barat banyak tempat yang berasal dari kata Jati, Seperti : Jati Purba, Jati luhur, Jati Gede, Jati Handap, Jati Tujuh, Jati Jajar, Jati Nangor, Jati Wangi, Babakan Jati, Jati Mulia, Jati Nagara dsb. Selain nama tempat yang diambil dari nama tanaman Jati, banyak pula ungkapan yang menggunakan kata jati, Seperti :
- Jati Sunda yang berarti Sunda Wiwitan.
- Jati diri,
- Mulang ka Jati mulang ka Asal,
- Buruk-buruk papan Jati,
- Jati ka silih ku Junti, dsb.

Secara pengertian kata Jati berarti jenis Kayu (dalam basa Sunda Kai) yang mempunyai kualitas fisik yang unggul yaitu berserat, mempunyai alur motif yang indah, kokok dan tahan lama. Pada masa nagara Purba pohon jati hanya terdapat di Pulau Jawa saja, khususnya di wilayah Jawa Barat.

Makna kata "JATI" sebenarnya menunjuk pada nilai esensial sebuah ajaran yang mula dan inti, dalam bahasa Sunda sering disebut "GALEUHNA AJARAN". Galeuh atau inti ajaran dipersonifikasikan ke dalam bagian dalam atau inti (GALEUH) dari lingkaran (LOGING) kayu jati, GALEUH atau INTI bersifat keras seperti intan (logam mulia yang memiliki tingkat kekerasan yang tinggi).

Kata "JATI" secara keilmuan merujuk pada pengertrian "DHAT INTI" yang disebut "DHAT" yang pada hakekatnya adalah KOSONG, dalam bahasa Sunda bearti "CA'ANG".

Aksara pembentuk Kayu Jati :

Ka bermakna Tanaga
Ji bermakna Yi bermakna Ca'ang

Ka bermakna Tanaga
Ja atau Ya bermakna Hurip.
Ka + Ya = Ca'ang.

Jati adalah Pancer, yang merupakan esensi dari 4 unsur alam, yaitu : BUMI, AIR, API (PANAS) dan ANGIN. Jati bermakna hawa kosong atau hawa bersih, yang mengandung unsur tersebut.

Jati dipersonidikasikan ke dalam inti ajaran yang berarti BERSIH, menandakan yang sejati atau Asli (pituin dalam bahasa Sunda). Femomena Jati ini kemudian diabadikan dalam berbagai penamaan, nama tempat, Gunung, Pasir, Kota, dan lain sebagainya. Kok aneh ya nama-nama tempat seperti perumahan diambil dari nama-nama asing, yang kita nggak tahu philofsofisnya??? miris.

Nama-nama tempat yang berawalan Jati seperti contoh : Jati Purba, Jati Nangor (Nagara). Jati Nagara, Jati Barang, Karamat Jati, Jati Tujuh, Gunung Jati, Jati Nyuat, Jati Wangi, Jati dan lain sebagainya.

Pengenalan dari ajaran sajati atau penguasa sejati ini disimbolkannya yang khusus seperti tiang mesjid, tiang rumah, kusen, daun pintu atau pembuatan unsur-unsur penting dalam arsitektur dan meubeulair.

Pohon Jati biasanya ditanam di tempat-tempat yang khusus, seperti gunung pasir, dan makam-makam para raja (Ra-Buyut), yang merupakan pelaku sejaran Negara ini.


Photo : Di Pajaratan Makam Gede Desa Cipancar - Baginda, Kacamatan Sumedang Selatan, Pajaratan Jati Indung (Dhat ti Indung), sadayana trah-treuh/seuweu-siwi nonoman, Urang Sumedang Asli. Eyang Istri Ratu Komalasari binti Purbasora binti Wretikendayun (Ratu Komara) dan Kakaknya Wiradi Kusumah bin Purbasora bin Wretikendayun. Ratu Komalasari istri dari Arya Bimaraksa (Ki Balangtrang nama dalam cerita Ciung Wanara), dan Ibu dari Prabu Aji Putih Raja Tembong Agung di Darmaraja.

Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna, hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang, hana ma tunggulna aya tu catangna. (Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy).  

Artinya :

Ada dahulu ada sekarang bila tidak ada dahulu tidak akan ada sekaranng, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tidak ada masa silam tidak akan ada masa kini ada tonggak tentu ada batang, bila tidak ada tonggak tidak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada catangnya.

===================
Salam Santun.
Ra-Hayu Waluya Jati-na
Tabe pun,

_/|\_

Baca Juga :

Tidak ada komentar