Ilmu Tilem Lembu Agung Cakra Buana

Prabu Lembu Agung adalah seorang Ksatria Pinandita yang juara Putra Prabu Tajimalela Batara Tungtang Buana Cucu Batara Guru Aji Putih, dari ketiga putranya, yaitu :
1. Prabu Lembu Agung atau Pangeran Ratu Aria Surya Agung atau Jayabrata
2. Prabu Gajah Agung atau Pangeran Ratu Kancana  Agung atau Atmabrata
3. Sunan Ulun atau Pangeran Aria Jaya Agung

Prabu Lembu Agung merupakan anak paling tua pewaris tahta Kerajaan Tembong Agung Himbar Buana, ketika Batara Tungtang Buana ingin mewariskan tahta kerajaan beliau menyerahkan kepada anaknya namun keduanya baik Lembu Agung dan Gajah Agung menolak karena satu sama lainnya tidak mau saling melangkahi. Lembu Agung menyampaikan silahkan adik saja begitu juga sebaliknya.

Akhirnya Batara Tungtang Buana Resi Guru Tajimalela membuat sayembara berpuasa 40 hari 40 malam Tirakat/Itikaf/Riyadhoh, masing-asing dibekali kelapa muda (dawegan) dan Sebilah Pedang, yang kuat menahan haus dan dahaga dialah pemenangnya. Gajah Agung dalam perjalanannya tidak kuat menahan haus akhirnya tergoda untuk meminum air kelapa muda dan akhirnya mengakui dari awal juga seharusnya Kakanda yang menjadi Raja. Lembu Agung kemudian dinobatkan menjadi Raja, namun karena beliau lebih suka mendalami ilmu Spiritual Lembu Agung hanya menjadi raja selama dua tahun dan kemudian menyerahkan kekuasaan kepada adiknya Gajah Agung. Lembu Agung kemudian mendalami spiritualitasnya dan menjadi resi Guru dan tilem atau ngahyang di Astana Gede Kabuyutan Cipaku, di Lingga tempat beliau berkontemplasi diberi tanda Cakra Buana sebagai tanda beliau manusia yang telah mencapai Miraj ke Langit ke-7 bertemu Tuhan Yang Maha Kuasa menaklukan hawa nafsu menghilangkan kemelekatan duniawi bersatu dengan alam semesta.

Lembu Agung tidak silau oleh Jabatan, Harta, Tahta dan Wanita, beliau memilih mengamalkan kebaikan hidup secara sederhana dengan penuh makna dan mendirikan Padepokan di Astana Gede Kabuyutan Cipaku mengajarkan Ilmu Tilem, Ngahyang, Parama Lenyep, Marifat, Ilmu tertinggi dalam kehidupan manusia bersatu dengan Tuhan dan Alam Semesta.

Seluruh Seuweu Siwi Kabuyutan Cipaku sebelum khitanan yang menunjukan anak-anak akan mencapai baligh wajib berziarah ke Astana Gede Lingga Cakra Buana Lembu Agung Mundinglaya Dikusumah untuk belajar dari kearifan dan perjalanan sejarah leluhurnya agar kelak setelah dewasa mereka menjadi Manusia Unggul, Ksatria Pinandita yang memiliki Budi Luhur tidak silau oleh Harta dan Tahta menjalankan kehidupan sebagai Darma kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Seorang Darma Raja, Pemimpin Yang Amanah, Khalifah Fil Ardi yang dapat menjaga keseimbangan dunia dan alam semesta.

Ilmu Tilem, Ngahyang, Parama Lenyep Lembu Agung Cakra Buana yang berhasil mencapai Cakra ke-7 menghilangkan KEMELEKATAN DUNIAWI dan mencapai tingkat spiritual tertinggi bersatu dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, Inalillahi Wa Ina Ilaihi Rojiun, Mulih Ka Jati Mulang Ka Asal, Berserah Diri Kepada Tuhan Semesta Alam, Tarima Badan Kaula Sirna Adam Ku Alloh Hu Alloh, Alloh, Alloh. Ilmu Tilem Lembu Agung tersurat dalam Al Baqarah ayat 255 berikut ini. Lembu Agung ~ Sapi Betina, Nandini, Al Baqarah.

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar". {
Sapi Betina (Al-Baqarah) : 255}
 
Ashadu sahadat bawa ngajadi, sahadat bathin manusa, malaikat dat maring Allah, medal ti Adam nu ngajadi, metuna ti Ratu Galuh, tinu dat opat, metuna ti kuncung Agung, medal cahyaning Allah, tina Sir acining putih, jasad sukma rohing nyawa.

Sang kuncung batara wenang, sanika ku Alloh langit ngait jagat rapak, tarima badan kaula sirna adam, Hu Alloh, Hu Alloh, Hu Alloh, Hu Alloh, lailahaillalloh muhammaddarosululloh...(Kacikapuan Darmaraja Sumedang)

Waallohu a'lam biroomudih

Baca Juga :

Tidak ada komentar