HANDEULEUM SIEUM HANJUANG SANG MUSTIKA CAHYA MANUNGGAL LIMA (4)

Wahai, Ibunda  Pertiwi!!!
Sungguh malang nasibmu, besar deritanmu, dan tinggi pengorbananmu, Seumur jagung mendapat napas menghirup lepas, sepintas peroleh bebas menghela napas, dan kau harus gerah berkeluh kesah terbakar panas, terpuruk lebih keras, tercabik lebih memelas, Menangisi sial,  meratapi malang, oleh nasib yang harus kembali ke jaman belakang. Hidupmu kembali dikuasai nafsu dimiliki angkara dirampas durja titisan yang berjiwa anjing srigala, Nyawamu kembali harus berkeluh kesah dengan panas bara nafsu angkara warisan buta raksasa, Perjalananmu kembali harus bercengkrama dengan derita dan derai air mata dari ulah titisan yang berjiwa ular berbisa.

Nyawamu dirampas, jati dirimu dipangkas, harga dirimu digadai, kehormatanmu diperjualbelikan, Kekayaanmu dijarah, darahmu dihisap, tenagamu diperas dan keringat sisamu dikuras, Nyawamu diikat, kekuasaanmu dicengkram, ladangmu dirampas,  mata mulutmu ditutup.

Engkau dipaksa menerima menjadi negri kekuatan bangsa perbudakan, yang melepas hidup menyerahkan nyawa kepada titisan Sang Buta Raksasa penguasa raga Batara Kala penguasa durja, Engkau dipaksa berdiri tegak di atas derita anak bangsa,  terbiasa hidup di atas genangan darah dan air mata dan diberjalan di atas puing reruntuhan sisa penggalan nyawa sendiri, Engkau dipaksa menerima keadaan tidak memiliki jatidiri, harga diri dan kehormatan diri. Sebagai bangsa yang tidak beradab dan tidak menentu. Oleh kelalaian, kelupaan, kealfaan, kecerobohan, ketidak telitian, dan kesengajaan, Oleh kemasa bodoan, ketidak pedulian, ketidak pekaan dan kesengajaan.

Dari ahlimu sendiri : Yang tetipu angan  angan, terlupa oleh semaraknya keanéka ragaman perlombaan yang menyesakkan, Yang terperdaya penasaran, terbuai hangatnya selimut asmara jaman kebebasan yang menyakitkan, Yang terkubur kesadaran dan terlupa dengan fatamorgana kemegahan yang mensirnakan, Yang terkubur ingatan ilangnya akal, terbius gemerlap keanéka ragaman pikiran yang menyempitkan, Yang tertutup hati terkubur nurani, terbuai dengan kesibukan mengejar ketidak pastian.

Terbengkalailah sejarah tali ikatan silsilah kesejatian, terbinalah keanéka ragaman kesukuan, Terpupuklah jiwa keakuan, memuncaklah perselisihan sesama keturunan menghancurkan persatuan, Terbinalah persekongkolan terbuka  peluang adab perbudakan, merusakkan kesatuan, Terhiruplah air mata jiwa tercampakan air mata raga, terpupuklah kebodohan terpuruk kehidupan, Terlupakanlah amanat keagungan wasiat kemuliaan, terkuburlah niat kesucian dan itikad keluhuran, Terbengkalailah bangunan tauhid robohlah tiang iman, rubuhlah kejuhudan, ilanglah adab–adaban kesejatian dan  sirnalah akhlak budi pekerti, Terbengkalailah tugas dan kewajiban, sirnalah cita dan hapuslah harapan kemerdekaan, Tertutuplah kepekaan, mabuk kepayanglah dengan banyak kesempatan meraih angan-angan yang membangkitkan ketidak puasan, lumpuhlah syukur, berdirilah tiang murtad berkibarlah bendera kufur.

Sia-sialah darah dan air mata, yang bercucuran sepanjang masa dan jaman, sia-sialah nyawa kehidupan perjuangan dan pengorbanan yang dipertaruhkan, Tanpa pengakuan karena tingginya keakuan dan kesombongan. Tak ada kejujuran karena tinginya kemunafikan  dan banyaknya tangan.

Terbahaklah, para titisan Sang Penguasa Durja buana titisan dajal nyawa batara kala berwajah fir’aunnya dunia yang menunggangi raga anak bangsa, berkendaraan nafsu angkara durja berdarma kala, yang bertepuk dada, memandang sebelah mata ilang rasa, sebagai saudara sesama anak bangsa.

Tertawa rianglah, para pemulung bongkahan yang mendapat bagian titipan peroléhan rampasan karya Fir’aun penggalan dajal darma pengrusakan.

Tertawa senanglah, para pengintip cipratan, yang merasa punya harapan dan kesempatan meraih warisan peroléhan karya fir’aun penggalan dajal tuk memanfaatkan peluang, tersenyumlah, para pemegang mahkota rampasan pusaka curian tatapakan fir’aun penjarahan dajal, dengan akuan akan menjadi juragan kekuasaan bagi ahli warismu dikemudian. menangislah engkau …., merataplah para ahlimu yang menjadi sasaran fir’aun amukan dajal.

Wahai, Ibu Pertiwi!!!
Sungguh tuli dan tak tahu malu, tidak bisa mengerti semua arti dan memahami semua makna, Sungguh buta tak tahu diri, tak bisa memanfaatkan peluang dan kesempatan tuk meraih harapan. 

Sungguh buta tak tahu  diri, dan tak mau tahu,  bahwa aku lahir : Dari jatidiri yang tua rénta yang tercabik cabik-cabik angkara murka sang penguasa durja. Dari genangan darah dan derai air matamu, dan perjuangan antara hidup dan mati para ahlimu. Dari sisa darah,  nyawa dan nafasmu, dan sisa tenaga dan keringat para ahlimu, Dari serpihan, reruntuhkan dan puing-puing kemalangan perjalanan panjangmu. Dari amanat yang menjadi kehormaanmu dan wasiat yang menjadi harga dirimu.

Wahai, Ibu Pertiwi!!!
Janganlah Kau menangis pilu, karena masíh ada waktu mengembalikan reruntuhan kejayaanmu, Janganlah meratap sedih, karena masíh banyak yang belapati membangun puing puing kejayaanmu, Janganlah kauputus-asa  tak tampaknya béla, karena belapati baru memulai dari darma adab rusiah ma’rifat, membangun barisan keagungan para satria nyawa.  

Gempar Padepokan Wangi, Janganlah kau kecewa tak tampaknya jasa, karena jasa merangkak baru sampai darma adab rahasia hakekat batin, membangun barisan kemulyaan para satria akma. 

Gempar Siliwangi, Janganlah kau merana tak tampaknya karya, karena karya melangkah baru sampai darma adab rahasia hakekat lahir, membangun barisan kemulyaan sukma para satria sukma. 

Gempar Garuda, Janganlah kau bersedih tak tampaknya darma, karena kaki menginjak baru sampai darma adab rahasia syare’at batin, membangun barisan keluhuran para satria jiwa Gempar Nusantara. 

Janganlah kauputus harapan belum adanya nyata, karena masih tersisa tenaga tuk berdarma adab syare’at lahir dan sisa waktu tuk melangkah nyata membangun silsilah. membangun barisan keluhuran para satria raga Gempar MundingWangi darma menabur wewangi sejati.

Kalaupun tidak, sisa waktu bisa ditunggu tuk berdarma nyata. Karena telah tumbuh anak cucu tunas bangsa generasi silsilah ahli waris buah harapan kesejatian. Yang bernyawa Sunda, akma Dwipantara, sukma Nusantara, jiwa Galuh (Tauhid) nusantara dan raga Sunda (Juhud) nusantara, dan sudah mengerti arti memahami makna Indo Malanésiamu.

Aku hanya bisa berbuat dengan ketentuan darma menurut adab kesejatian-Nya. Karena aku dicipta sebagai makhluk beradab, dan engkaulah yang telah mewariskan nilai–nilai peradaban yang ditunda dan dituding sirna. Ahlimu.


Untukmu ……  Saudaraku Sesama  Anak  Bangsa
Wahai, Saudaraku!!!
Syare’at adalah kehidupan, aturan dan permainan; kenyataan, kekuatan, dan keharusan; jembatan, jalan  dan  kendaraan; darma,  perbuatan  dan  amalan.

Negara adalah wadah, rumah dan tempat tingla; arena, gelanggang dan ladang; garapan, kerjaan dan loan; kebutuhan,  keharusan  dan  keperluan.

Bangsa adalah penghuni, pengisi, pribumi dan gembalaan; tujuan, kejaran dan pencapaian; kumpulan, himpunan  dan  gabungan; kesatuan, kebersamaan  dan  kemanunggalan.

Sejati adalah jati diri dan bangunan kesejatian; nilai, harga dan kehormatan; harkat, derajat dan martabat; cita, ide dan  hakekat.

Syare’at akan sirna bila diabaikan, dan  negara akan hancur bila dibiarkan, Bangsa akan hilang bila dicampakan, dan sejati akan sirna  bila dilupakan. Mengabaikan syare’at, kiamat datang menjelang. Membiarkan negara, kerusakan datang bertandang. Mencampakan bangsa kelenyapan datang menjemput. Melupakan sejati kelenyapan datang menjelang.

Yang  satu  tak  dapat  diabaikan, yang lain tak  dapat dibiarkan. Yang  satu  tak  dapat  dilupakan, yang lain tak dapat  dimasa bodohkan. Yang  satu  tak  dapat  dikesampingkan  yang  lain  tak bisa  dihilangkan.

Yang  satu  tak  dapat  dilenyapkan, yang  lain  tak  dapat  dihilangkan. Yang  satu  tak  dapat  dianggap  enteng,  yang  lain tak  dapat  diremehkan. Semua  merupakan kesatuan, kemanunggalan, kesejatian  dan  kesempurnaan.

Wahai, Saudaraku!!!
Tidakkah  engkau  ingat, bahwa  kita  adalah  bangsa  yang  besar?
Dibesarkan : Dari perjalanan  panjang melelahkan dan  jaman yang saling bergantian, Dari  masa yang  menghimpit dan  kepahitan dan  kehidupan yang bergelombang, Dari  kebodohan yang menggelapkan dan bara yang menghanguskan, Dari  ejolak yang menerjang  bergantian dan perbudakan yang  menyakitkan. Engkaulah  bangsa  : yang  tercabik karena kebodohan dan  terhempas  karena  keserakahan, yang  lemah karena  kealpaan dan hanyut karena kelalaian, yang  tenggelam karena  kegelapan, Kebodohanlah  yang  membawa  kita, kepada  perbudakan  dan  keserakahan. Keserakahanlah  yang mengantarkan kita, kepada  bercerai berai dan  pertentangan. Kealpaanlah yang menggiring kita, kepada  kesombongan dan  kecongkakkan. Kelalaianlah yang mengantarkan kita, kepada  kepahitan, duka  dan  nestapa. Kegelapanlah yang menghantarkan kita, kepada  terbelenggu,  mati  dan  kaku.

Wahai, Kiranya!!!
Kita tak mampu bercermin bening, karena bersemayam sombong dan congkak. Kita tak bisa  berpikir jerih, karena  terbelenggu  kebodohan. Kita tak dapat  berindra jelas, karena  terlena  dengan  angkara. Kita tak mampu merasa peka, karena tertutup serakah dan gulita. Kita tak mampu berkarya nyata, karena tak memiliki daya. Kita tak bisa  ngaji  diri, karena padamnya cahaya suci. Kita  habiskan  waktu dengan  nafsu, padahal waktu terus melaju. Kita  sia-siakan  masa dengan  nista, padahal  kala terus berlalu. Kita abaikan jaman  dengan  kebodohan, padahal  kehidupan  berjalan bergantian. Kita campakkan  sejarah  dengan  kecongkakan,  padahal  sejarah  terus bergelombang. Kita buang  kala  dengan kegelapan, padahal  kehidupan  perlu lentera penerang.

Kapankah kiranya kita menjadi besar, padahal waktu selalu ditempuh. Kapankah kiranya kita menjadi jaya, padahal  masa selalu  menjemput. Kapankah kiranya kita menjadi perkasa, padahal jaman selalu  menghadap. Kapankah kiranya kita menjadi bahagia.,  padahal  dunia  selalu  menghampiri.

Wahai, Ibunda Pertiwi!!!
Sungguh  malang  nasibmu, Engkau  besar  tapi  tak  pernah  menjadi  besar, engkau kaya raya  tapi  melarat, Engkau  kuat  tapi  lemah  dalam  diri,  engkau  jaya  tetapi  hanya  dalam  kata dan cerita. Ku tak sudi bila engkau hanya sekedar menjadi penjilat dan tak rela  sekedar menjadi pengikat, Ku tak  mau  bila engkau  hanya  sekedar  menjadi  pengemis, dan tak rela hidup terus meringis, Ku tak sudi bila sekedar menjadi budak, dan tak rela  bila engkau  hanya sekedar  menjadi  pengikut.

Ingatlah, wahai saudaraku!!!
Negeri yang berdiri tegak ini, dibangun dengan gelora tekad dan semangat. Negri yang berdiri jaya  ini, dibangun dengan percikan darah dan serpihan nyawa. Negeri yang  berdiri perkasa ini, dibangun dengan rintihan duka dan nestapa. Negeri yang berdiri kokoh ini, dibangun dengan  tetesan  keringat dan   derai  air mata. Negeri yang berdiri  besar ini, dibangun dengan  kebersamaan dan  persaudaraan. Negeri yang  berdiri megah ini, dibangun  dengan  ketulusan, cinta dan pengorbanan.

Dari para jiwa sejati  yang tahu diri dan rendah hati, yang mengerti arti, dan punya harga diri. Yang telah pergi  mendahului, Yang  ada dan terhampar diseluruh nusa, sebagai amanat, wasiat, kemauan dan harapan,Yang ada dan tersebar diseluruh negri, sebagai warisan, peninggalan, kasih sayang dan ketulusan.

Wahai, saudaraku!!!
Sejati adalah sejati, suci dan murni, lahir dari dalam diri, tumbuh dari harga diri, dibesarkan nurani. Yang lahir  di seluruh negeri tidak  terkecuali,  menyerahkan jiwa dan raganya untuk  pertiwi. 

Jangalah  kita campakkan, kita hinakan, kita sia-siakan, kita abaikan, dan kita hempaskan. Mereka adalah sejati yang melahirkan banyak arti, sejati yang  melahirkan  diri sendiri, Mereka sejati yang melahirkan pertiwi, sejati yang berdiri  di atas nurani.

Wahai, para sejati, leluhur silsilah negeri!!!
Aku lahir dan terlahir karenamu dan ku kan menjemputmu, Aku  menghadap  kepadamu dan  mohon  do’a  restumu, Aku  harus berjalan sepertimu dan meneruskan riwayatmu, berdiri sepertimu menghidupkan sejatimu, Aku harus bersandar sepertimu, menegakan harga dirimu, bernafas sepertimu menghidupkan  nurani. Aku kan  membisikan saudaraku, memohon darah dan jiwanya, Aku kan membangunkan saudaraku, tuk membangunkan harga dirinya, Aku kan  menghidupkan saudaraku, agar dapat  melanjutkan, Aku kan  mengasuh saudaraku, agar tahu arah jalan, Aku kan  memapah saudaraku, agar sampai ke  tujuan, Aku kan  menghisap saudaraku, agar tak menghisap kesejatianmu, Aku kan  mengubur saudaraku, agar tak merusak nadi jantungmu, Aku kan  menghancurkan saudaraku, agar tak mengubur kesejatianmu.

Dengan hati  bukannya dengan dendam membara dan fikiran bukannya dengan nafsu angkara, Dengan cahaya bukannya dengan  kegelapan dan akal bukannya dengan kebodohan, Dengan jiwa bukannya  dengan indra dan karya bukannya dengan kata, Dengan cita bukannya dengan angan-angan dan  harapan bukannya dengan kesombongan, Dengan ketulusan bukannya dengan kecongkakan dan keyakinan bukannya  dengan sandaran.

Wahai para sejati, leluhur silsilah ibunda pertiwi!!!
Wahai para pahlawan pertiwi, pembéla tanah air, pengantar dan pembangun negri!!!
Hiduplah  engkau  selamanya,  Dalam kedamaian, dalam kesunyian, dalam ketenangan, Dalam keridhaan, ketulusan, dalam  harga diri. Dalam kejayaan dan keabadian cahaya Maha sejati, Aku  dan  saudara  sejatiku, adalah  sejarah  yang  engkau  lahirkan dan  harapan  yang  engkau  inginkan, adalah  bukti  yang  engkau  kerjakan dan sejati  yang  engkau  perjuangkan.  Aku,  saudara  sejati,  para  sejati  dan  Mahasejati adalah  satu, Satu dalam cita, dalam rasa, dalam jiwa, dalam ide, cinta dan nilai. Tetapi  sejuta  dalam karya…  dan  sejuta  dalam  keanékaragaman nyata.

Wahai, Saudara-saudaraku!!!
Sampai  kapankah  kita  kan  terus  memakai  pakaian  kebesaran nafsu angkara, berhias cahaya kemunafikan, berdandan dendam membara, berkarya darah dan air mata sia-sia, berpandang dengan kegelapan, bercengkrama dengan kesombongan dan kecongkakan, berjemur  dengan  sinar kegelapan. Hidup  dengan  duka  dan  nestapa, suka dengan menjual  harga  diri, bangga dengan kebodohan dan perbudakan, senang dengan penjilatan menjual diri, bahagia  dengan  tawaan dan cercaan, senang dengan pegadaian dan penjualan, suka dengan nafsu tak tergembalakan, puas dengan pengrusakan dan penghancuran?

Di manakah  nilai  sejatimu?  Di manakah  nilai  harga  dirimu? Kita mengemis karena dunia,  ditengah  kekayaan yang melimpah ruah, Kita menangis karena dunia,  ditengah hamparan pijakan yang luas, Kita tercabik  dengan  nafsu, ditengah badai yang menerjang terjang, Kita  bercerai-berai dengan dendam,  ditengah ancaman serigala yang siap menerkam, Kita  bersebrangan  karena  keserakahan,  ditengah ancaman yang menyesatkan.

Wahai, Saudaraku!!!
Aku tak rela sejati dijual karena angkara durja dan harga diri digadai karena nafsu angkara, Aku tak rela martabat ditukar karena kebodohan dan keadilan dicabik-cabik,karena kegelapan, Kita harus miliki sikap, sebagai sejati dari negeri ini dan sebagai harga dari bangsa ini, Kita harus punya tekad sebagai arah dan tujuan, miliki sikap sebagai senjata tuk  mempersatukan, miliki tekad, sebagai  kekuatan  tuk  berperang dan kuasai sikap sebagai senjata  tuk  menghancurkan.

Wahai kiranya,
Iblis, adalah cahaya merah menyala, bangunan bara yang bernyawa, menitis di alam ma’rifat jati diri. nyawa, membuahkan kekuatan nafsu darma béngkok dalam bangunan kehidupan nyawa adam.

Sétan, adalah cahaya merah bangunan api kesejatian nafsu yang nyukma dialam hakékat lahir. batin, membuah kekuatan kedoliman darma kerusakan bangunan kehidupan akma sukma adam.

Dajal, adalah kesejatian kerusakan yang mengembang (meraga) di alam syaré’at batin jatidiri jiwa, mengeras membuahkan darma kenistaan dalam bangunan kehidupan jiwa adam makhluk bumi.

Kenistaan, yaitu kasajatian dajal yang mengembang (meraga) di alam syaré’at lahir  jatidiri raga, membatu membuah darma perbuatan kiamah dalam bangunan kehidupan raga adam makhluk bumi.

Kiamah, yaitu kehancuran yang lahir dari perbuatan nista amparan kezaliman, bangunan kabéngkokan, amparan nafsu angkara bangunan bara api kesajatian iblis yang hidup dalam nyawa, membuahkan neraka bagi hidup dan kehidupan umat manusia; meraga dan menjiwa dalam wujud najis, bebaan, kotoran dan kekeruhan, porak poranda dan reruntuhan, keakuan dan bercerai berai; melahirkan tetesan darah dan linangan air mata raga saripari hidup acining hurip darma naraka; membuahkan sakit, pahit, perih, pedih, pilu, derita dan sengsara. Menjadi jembatan pintu pembuka jalan hilangnya nilai kesejatian, runtuhnya jatidiri, robohnya bangunan kasajatian.

Maka sirnalah kahormatan, hilang harga diri sebagai abdi kaula adam, hamba dan agama, sebagai kaum anak bangsa dan negaranya, sebagai umat manusia dan bumi yang menjadi ladang garapan kehidupan anak cucu adam.

Perang, perang, perang!!!
Perang besar, perang akbar, perang total. Prajurit sejati pantang  mundur, patriot sejati pantang kalah, ksatria sejati pantang menyerah, Bertempurlah menaklukan kekuatan dajal, mengalahkan keperkasaan nafsu sendiri, bukan merusak diri, Bertempurlah menaklukan kekuatan fir`aun menguasai medan sendi  kehidupan ambisi sendiri.

Prajurit yang gagah perkasa, adalah  yang  dapat menguasai keakuan sendiri, Patriot  yang  gagah  perkasa,  adalah  yang  dapat  menaklukan  nafsu  sendiri, Ksatria yang gagah perkasa, adalah yang dapat mengalahkan ambisi sendiri, Pahlawan yang berani  mati, adalah yang mati karena menguasai diri dan menjaga diri, Bukan pengrusakan, penghancuran dan pembinasan yang merugikan diri, bangsa dan negara sendiri. Musuh  besar adalah  yang  tak  disadari, musuh jahat adalah yang tak diketahui. Bahaya besar  dalah yang tak dimengerti, musibah besar adalah yang tak mau mengerti, yaitu, Kezaliman yang senantiasa ada dalam diri dan  kebodohan yang  mengitari pikiran diri. Kemunafikan yang senantiasa menguasai jati diri dan nafsu yang  bersemayan  dalam  hati. Kegelapan yang senantiasa menyelimuti nurani dan syetan yang keluar masuk  urat nadi, Kenistaan yang mengantarkan kepada keserakahan, kerusakan, kehancuran, kiamah dan neraka.

Para sejati, yang rela mengorbankan darah dan nyawanya, rela menyerahkan jiwa raganya, rela  mengorbankan  kehidupannya sebagai tumbal bangsa, pakunya  tiang  negara. Adalah semua ukuran, tingkatan, lapisan dan keanekaragaman bangunan jatidiri di seluruh negeri, dengan segala kekurangan dan kelebihannya  : Para raga, jiwa, sukma, akma dan nyawa. Para bocah,  pemuda,  pemudi,  orang tua,  lanjut  usia,  laki,  perempuan. Para birokrat dan politikus, prajurit, polisi, keamanan,  guru, pendidik, profesi dan binaan. Para buruh,  petani,  pedagang,  nelayan, dan para pelajar,  mahasiswa,  ilmuwan,  cendikiawan. Para rohaniawan, ulama,  kyai,  ustadz,  da’i,  santri  sejati  semua ajaran  kebenaran. Para tokoh, petinggi, tetua, kesepuhan, rakyat, cacah, menak, ningrat, kepala, pemimpin, koordinator. Para artis, seniman, sastrawan, wartawan, petualang, pengelana, pengembala, pengembara. Para dermawan, hartawan, pemulung, peminta, pengemis, yatim, piatu, jompo, tunawisma, tunakarya. Para relawan, preman, pencari peluang, pencuri kesempatan dalam kesempitan.

Nyanyikan irama  perang, dendangkan tarian perang!!! Tabuhkan genderang perang, tiupkan  terompet  peperangan!!! Kibarkan merah putih, tancapkan bendera kemenangan, amankan semua rampasan perang!!! Bangunkan dan hidupkan  para sejati  di seluruh  negeri  tidak terkecuali!!!

Dari semua arah pintu gerbang keanekaragaman lapisan, tingkatan, perjalanan, persinggahan dan petualangan, Syare’at lahir, syaré’at batin, hakekat lahir hakekat batin dan ma’rifat sebatas kesanggupan, Bangunan jatidiri raga, jiwa, sukma, akma, dan nyawa sebatas kemampuan, Cucuran keringat, tetesan darah, gelak tawa dan linangan air mata, Kekuasaan, kenegaraan, pembelaan, keamanan, kemasyarakatan, kesenian, Perburuhan,  pertanian,  perdagangan, perburuan, pencarian, pendidikan, keilmuan dan ke ahlian, Keagaman, kepercayaan , kerohaniawanan, keulamaan, keyakinan, ketauhidan dan kejuhudan, Kekayaan, kedermawan, kesempatan dan kesempitan, Dengan menghunus pedang meruncingkan senjata : Akal  dan  pikiran, ilmu  dan  amalan, sabar  dan  tawakal, iklasan dan kerelaan, Keyakinan  dan  kepasrahan, dzikir  dan do’a, syukur dan harapan, Cita  dan  kemauan, dari  cinta, kasih  sayang, kesadaran  dan  kebersamaan, Niat  dan  itikad, tekad  dan  semangat, kemauan  dan  keuletan, kerja  keras  dan  kekhusuan, Dari semua pintu yang memungkinkan untuk jadi ladang pertempuran. Anak Bangsa.

Kepada, Saudara sejati!!!
Para Mualaf - Santri Sejati, Musafir  Petualang  Ilmu  Sejati,  Bocah Angon Pengembala  Cahaya Sejati.
Wahai Saudaraku !!!
Engkau lahir dan tercipta dari ketentuan sebagai santri petualang sejati, Senantiasa haus dengan ilmu, dahaga  dengan  pengetahuan, Berkelana mencari  makna, mengembara mencari  kebenaran, Menjelajahi  lorong  kehidupan singgah ditiap persinggahan kehidupan.

Waktumu habis di perjalanan, masamu di jalanan, tempatmu di persimpangan jalan, Umurmu habis  di pengembaraan, usiamu  dalam  petualangan, tempatmu  di penyelaman, Engkau  musafir  petualang sejati, santri sejati, sampai akhir nanti,  nyawa raga dijemput pati.

Kusampaikan  sesuatu, Tuhan Pencipta  dan makhluk  tercipta, Dua  sisi,  kaya  akan  arti  dan  makna  yang  rahasia, Dua  sisi,  ada  di  alam  semesta  yang  fana  dan  abadi, Dua  sisi,  ada  dalam  diri  yang  fana  dan  diri  yang  hakiki.

Yang mencipta tunggal abadi, yang tercipta jamak yang fana, Yang mencipta esa, yang tercipta berjodohan, Yang berjodohan bertolak belakang dan bersebrangan, Yang berjodohan bertentangan dan berlainan, Yang berjodohan berawal sama dan berakhir tidaklah sama, Yang berjodohan bermula  sama  dan  berakhir pula tidak sama, Yang berjodohan berawal dan berakhir sama dan juga tidak sama.

Wahai saudaraku!!!
Carilah ilmu sampai ketemu, pengetahuan sampai kaudapatkan, Bacalah diri sampai mengerti, alam sampai paham, dan hidup sampai khatam. Baca dan ajilah Tuhan sampai kaudapatkan dan kehidupan sampai khatam, Yang ada dalam diri sejati, kehidupan diri sejati dan  kehidupan  alam semesta. Di sanalah, hakekat mustika permata dan cahaya sejati incaran insan, Di sanalah, tahta  kerajaan  sejati  dan  alam  kehidupan  abadi, Di sanalah, adanya  hakekat  kebenaran  yang  sempurna  dan  sejati, Di sanalah, tempatnya  diri  yang  sejati  dan  Gusti  Yang  Widi. Di sanalah, adanya Tuhan Pencipta dan mahluk alam tercipta, Sampai engkau menyaksikan dengan  mata  hatimu  sendiri.

Aku  senantiasa : Berharap  agar  engkau  segera  dapat  bertatap, dan  berdo’a  agar   segera  dapat  bertemu, Berkeinginan agar engkau segera dapat menyaksi, dan berharap agar segera dapat memiliki.

Wahai Saudaraku!!!
Semua insan manusia lahir dan tercipta sebagai pengembala, Pengembala diri yang  sejati dan rasa yang bercahaya. Pengembala bumi yang bernyawa, raga yang berjiwa, jasad bernyawa, tubuh yang  hidup. Pengembala akal yang cemerlang, nafsu yang bersinar, hati yang benderang,  pikiran terang, diri  yang merasa  sakit, raga yang menderita, rasa yang berduka, raga yang merasa lara, jiwa yang merasa bahagia, raga  yang merasa sentosa, hati yang menyesali, raga yang menderita, Akal selamat, jiwa ragalah yang sejahtera, nafsu celaka, jiwa ragalah yang tersiksa.

Wahai Saudaraku!!!
Akal dan nafsu adalah rahmat. Dengannya : Terciptalah semua  kehidupan, terbentuklah semua urusan, terjadilah semua kejadian, Semaraklah semua keanekaragaman, terbentanglah tatapan yang ada di hadapan, Akal dan nafsu menjadi ukuran, batasan  dan  ketentuan. Baik dan buruk adalah perjalanan, selamat dan binasa adalah akhir perjalanan, Kebaikan dan keburukan adalah akibat, keselamatan  dan  kecelakaan adalah  dampak. Akal dan nafsu adalah sebab, hati dan  pikiran adalah takaran, Ilmu dan pengetahuan adalah lentera penerang, amal dan perbuatan adalah  tanaman, Akhlak dan budi pekerti adalah pakaian dan perhiasan dandanan kesejatian.

Wahai Saudaraku!!!
Peganglah tongkat sebagai pegangan dan penunjuk jalan, Hunuslah keris pusaka sebagai senjata  keyakinan dan cambuk sebagai peringatan, Peganglah ilmu sebagai lentera cahaya penerang jalan dan pengetahuan sebagai kendaraan, Tirulah amal perbuatan  nabi sebagai  pakaian kebesaran, ahlak budi pekertinya sebagai perhiasan, dan perbuatannya sebagai patokan dan ukuran.

Jadikanlah : Syahadat sebagai tongkat pegangan perjalanan, iman sebagai keris pusaka senjata keyakinan, syaré’at-Nya sebagai  kendaraan  dalam  petualangan dan kejuhudan sebagai  pakaian  kebesaran, Agar engkau menjadi pengembala  sejati  yang  tahu  arti, tahu diri  dan  tidak  tinggi  hati, Yang  bertahta  dalam  alam  raga  sejati.  dan  alam  batin  abadi, Agar gembala menjadi aman, selamat sentosa dan sejahtera, Hidup di alam semesta  yang  fana  dan  alam jagat raya yang  kekal abadi, Agar diri  menjadi  senang  dan  mendapat  kemenangan. Bertemu, hadir, menghadiri dan duduk bersanding  di samping  Majikan dan Yang Maha sejati.

Kepada, Saudara  Sejati,
“Para Wali, Sang Pemegang Amanah Wasiat”
“Para Wali,Cahaya  Pengembala Adab”
“Para Wali Agama  Pengembala  Amat”
“Para Wali Kuasa Darma Pengelola Bangsa dan Negara”

Kepada : “Para Wali Cahaya Pengembala Adab”
Wahai Saudaraku, pemegang  tahta  kuasa bangunan syare’at!!!
Berbahagialah dan mulialah engkau, yang lahir dan tercipta : Sebagai pemegang  tahta  kuasa, dan pemegang  kuasa  tongkat  kebesaran  bangunan syare’at, Sebagai ahli yang  mengibarkan  bendera  kebesaran syaré’at, dan ahli waris yang memikul beban amanah wasiat syaré’at, Sebagai ahli waris yang menjunjung adab kesejatian syare’at, memikul beban kenabian dan wasiat kerasulan syare’at.

Sebagai pemegang kunci rahasia para jiwa raga, Mahapencipta, alam semesta dan makhluk  tercipta menurut adab kesejatian syaré’at, Di tanganmu, kuasa kedamaian kehidupan, dan kearifan kehidupan syare’at. Di tanganmu, kebenaran ilmu, dan kelurusan  kehidupan  syare’at. Di tanganmu, kunci rahasia adab kehidupan bangunan syare’at!!!

Ingatlah kiranya... Syaré’at adalah, Sebuah bangunan kesejatian-Nya, yang hak  menurut sifat syareat-Nya (Syare’at Muhammad). Sebuah kerajaan kebesaran-Nya, yang hak menurut darma syare’at-Nya, Sebuah simbol kesejatian bumi dan raga, yang hak menurut adab perjalanan kesejatian syare’at-Nya.

Senantiasa bersentuhan : Dengan urusan kehidupan lahir dan batin, tubuh makhluk binatang beraga dan berjiwa, Dengan urusan hati dan buah sanubar, nafas dan paru, otak dan pikiran, Dengan urusan pengetahuan dan logika, pemahaman dan keyakinan, Dengan juhud dan darma, urusan rasio dan kenyataan, karya dan budaya, bahasa dan misil siloka.

Tenang tentramnya jiwa raga karena kejuhudan atas tauhidnya; damainya jiwa raga karena menjaga urusan pada tempatnya; jayanya jiwa raga karena kekhusuan pada ketentuannya; kemenangan jiwa raga karena perbuatan menjungjung adab kesejatian syare’at-Nya; dan surganya (Su-waruga/Suwarga) nya  jiwa raga karena ketetapan jiwa raga pada ajaran kebenarannya.

Tenang dunia karena kejuhudan bersama atas tauhidnya, tentramnya dunia karena kebersamaan menjaga  urusan  pada  tempatnya, Jayanya dunia karena kekhusuan bersama pada aturannya, damainya dunia karena perbuatan bersama menjungjung adab kesejatiannya, dan surganya dunia karena ketetapan bersama pada ajaran kebenarannya.

Ingatlah, wahai Saudara sejatiku!!!
Janganlah kaucampakkan hakekat.
Karena itu adalah : Bangunan kesejatian-Nya, yang hak  menurut sifat hakekat-Nya (Hakekat Muhammad), Kerajaan kebesaran-Nya, yang hak menurut darma hakekat-Nya, Simbol kesejatian langit dan adam, yang hak menurut adab perjalanan kesejatian hakekat-Nya, Tempat petualangan akal dalam perjalanan ainal yakin, perjalanan cahaya dalam petualangan ilmu sejati, petualangan kalbu perjalanan rasa, darma adam khalifah bumi pengembala jiwa dan raga, Janganlah kaucampakkan ahlinya. Karena mereka adalah,  Adalah sejatinya hamba Gusti, pengembala nyawa penguasa jiwa pengembala raga, Adalah musafir sejati yang menelusuri jejak para nabi, pengelana sejati yang menggenggam arti  sejati, Adalah pengembara  sejati  yang  menggali  mutiara  sejati, penyelam  diri  yang  hidup  penuh  arti, Adalah pencari  arti  yang  kaya  akan  hakiki, penggali  sejati  yang  yang  kaya  akan  makna  sejati.

Janganlah  kaucampakkan ahlinya...Di tangannyalah rahasia nyawa sejati, di pundaknyalah tugas menghidupkan dunia. Di tangannyalah rahasia hidup sejati, di pundaknyalah  tugas kelanggengkan alam semesta.

Di tangannyalah rahasia cahaya sejati, di pundaknyalah  tugas menerangi kehidupan jagat raya. Di tangannyalah rahasia darma sejati, di pundaknyalah  tugas membangun bangunan. kesejatian hakekat-Nya,  Hakekat Muhammad.

Ditangannyalah rahasia Mahasejati, di pundaknyalah tugas mengemban amanat nyampaikan wasiat kebenaran, menurut adab kesejatian hakekat-Nya. Merekalah Mustika Permata Cahaya Sejati

Wahai Saudaraku, pemegang tahta kuasa bangunan hakekat!!! Berbahagialah dan  mulialah  engkau, yang  lahir dan tercipta : Sebagai  pemegang  tahta  kuasa, dan pemegang  kuasa  tongkat  kebesaran  bangunan hakekat, Sebagai  ahli  yang  mengibarkan  bendera  kebesaran syaré’at, dan  ahli  waris  yang  memikul  beban amanah wasiat hakekat.

Sebagai ahli waris yang menjunjung adab kesejatian hakekat, memikul beban kenabian dan wasiat kerasulan hakekat, Sebagai pemegang kunci rahasia para akma-sukma, Mahapencipta, alam semesta dan makhluk  tercipta menurut adab kesejatian hakekat, amanah wasiat hakekat.

Di tanganmu,  kuasa  kedamaian  kehidupan, dan kearifan kehidupan hakekat Di tanganmu,  kebenaran  ilmu, dan kelurusan  kehidupan  hakekat, Di tanganmu,  kunci  rahasia adab kehidupan bangunan hakekat!!!

Ingatlah kiranya!!!
Hakekat senantiasa bersentuhan : Dengan urusan kehidupan akma dan sukma, adam beraga dan adam berjiwa, Dengan urusan kalbu dan akal, nafsu dan kekuatan, Dengan urusan ilmu dan cahaya, penyaksian dan ainal yakin, Dengan urusan rasa dan kerahasiaan, tauhid dan darma. Tenang tentramnya adam karena kejuhudan jiwa raga atas tauhidnya, damainya adam karena kemampuannya menjaga kurungannya, kemenangan adam karena kemampuan memimpin jiwanya mengembalakan raganya, surganya (su-waruga/suwarga) nya adam karena ketetapan adam pada perjalanan kesejatiannya. Dan jayanya adam karena keluhuran ilmu, kebesaran cahaya, keluasan jangkauan dan ketajaman sinarnya. Tenang dunia hakekat karena kejuhudan semua adam atas tauhidnya, tentramnya dunia hakekat karena kemampuan para adam menjaga kurungannya, damainya dunia hakekat karena kemampuan adam mengendalikan kendaraannya, surganya dunia karena ketetapan bersama pada ajaran kebenarannya, dan jayanya dunia hakekat karena keluhuran ilmu, kebesaran cahaya, keluasan jangkauan dan ketajaman sinar para adamnya.

Ingatlah, wahai Saudara sejatiku!!!
Janganlah  kaucampakkan  syare’at!!!
Karena : Itu adalah bangunan kesejatian-Nya, yang hak  menurut sifat syaré’at-Nya (Syaré’at Muhammad), Itu adalah kerajaan kebesaran-Nya, yang hak menurut darma syare’at-Nya, Itu adalah kendaraan perjalanan sejatinya, yang hak menurut adab kesejatian syare’at-Nya, Itu adalah simbol kesejatian bumi dan makhluk raga, yang hak menurut perjalanan kesejatian syare’at-Nya, Tempat petualangan pikir perjalanan yakin, petualangan dzikir perjalanan do’a, perjalanan darma pengembaraan hati gembalaan adam khalifah bumi pengembala jiwa dan raga, Kendaraan akal dalam perjalanan ainal yakin, kendaraan cahaya dalam petualangan ilmu sejati, kendaraan kalbu perjalanan rasa, kendaraan dan kurungan darma adam khalifah bumi pengembala jiwa dan raga. 

Janganlah  kau campakkan  ahlinya! Karena mereka adalah, Sejatinya hamba Gusti, armadanya akma, gembalaan sukma adam khalifah bumi, Kendaraananya adam hamba Gusti,dalam menjalani perjalanan tauhid darma juhudnya di muka bumi, Rumahnya adam hamba Gusti,dalam menjalani pengembaraan darma kekhalifahannya di muka bumi, Kurungannya adam hamba Gusti, dalam menjalani petualangan darma pengembalaannya di muka bumi.

Janganlah kaucampakkan ahlinya!!! Di tangannyalah pemahaman, di pundaknyalah tugas menghidupkan alam, Di tangannyalah pengetahuan, di pundaknyalah  tugas  membangun kejayaan kehidupan alam, Di tangannyalah wawasan, di pundaknyalah tugas mengelola alam dan kehidupan, Di tangannyalah darma nyata, di pundaknyalah tugas membangun peradaban penghuni alam, Di tangannyalah rahasia Mahasejati, di pundaknyalah tugas mengemban amanat nyampaikan wasiat kebenaran, menurut adab bangunan kesejatian syare’at-Nya Syare’at Muhammad. Merekalah Mutiara Cahaya Sejati.

Wahai Saudara ahli tarekat!!!
Ingatlah kiranya…Hakekat tanpa syare’at longgar, dan syaré’at tanpa hakekat  hampa dan kosong, Hakekat tanpa syare’at iman tak berislam, dan syaré’at tanpa hakekat takwa tidak beriman, Hakekat tanpa syare’at telanjang bulat (jurig), dan syaré’at tanpa hakekat raga tak berjiwa (bangkai), Hakekat tanpa syare’at telanjang adalah ahli kubur (jurig), dan syaré’at tanpa hakekat mayat hidup, Syaré’at dan hakékat, adalah sifat-nya, darmanya dan bangunan kesejatian-Nya di bumi, menurut ukuran adab kesejatian.

Hidup  ini adalah  tarekat,  dan kehidupan  adalah perjalanan  tirakat di bumi, Penghidupan adalah jalan tarékat dan tempat garapan hidup adalah kendaraan tirakat, Niat adalah  pintu, kebeningan adalah  jalan, tauhid adalah kendaraan dan juhud adalah perjalanan dalam  bertarekat.

Syahadat adalah tongkat pegangan, iman adalah keris senjata pusaka, islam adalah dandanan dan ihsan adalah pakaian dan adab kesejatian, Yakinkanlah  dirimu, kuatkanlah tekadmu, teguhkanlah pendirianmu, tetapkanlah  hatimu, Berpegang teguhlah kepada janji sejati syahadatmu, Berjalan luruslah kepada patokan, ketentuan, aturan dan janganlah abaikan itu, Berdiri tegaklah dengan ketegaran iman, islam dan ihsan, Arungi lautan syare’at dan selami rahasia hakekat, Sebrangi bahtera kehidupan syare’at dan  sebrangi bahtera kehidupan hakekat, Jalani kehidupan syare’at dan gali rahasia kehidupan hakekat, Berpegang teguhlah kepada syare’at dan raihlah rahasia  hakekat.

Selama engkau masih menyandang nyawa, memiliki akma, mempunyai sukma, menggunakan jiwa dan memanfa’atkan raga, Janganlah  engkau  tinggalkan  syare’at dan abaikan hakékat kecuali atas kehendak-Nya dan di luar kemampuanmu, agar dapat menjadi sejati yang arif dan bijak, Di pundakmu terletak kemenangan atas kebesaran  dan keagungan bangunan syare’at dan hakekat, Dan janganlah tertipu daya karena gemerlapnya, teraniaya karena semaraknya, terlena karena keasyikannya, dan terlupa karena keanekaragaman syare’at dan hakekat. Dan engkau  harus  meyakinkan, bahwa syare’at dan hakekat, Terlahir atas kuasa Yang Mahapencipta dan atas kehendak Yang Maha kuasa, Terlahir atas rahmat Yang Maha kuasa dan atas  kebesaran Yang Maha kuasa.

Kuasa, kehendak  dan  rahmat-Nya, adalah sifat Sang Pencipta dan melekat pada Sang tercipta, Tak ada sifat dan tabe’at dari perbuatan-Nya yang melekat pada Sang Tercipta yang tak berguna, tak bermanfaat, tak  berfaedah,  tak  berarti, tak  bermakna, dan tak  berharga, atau yang hina.

Kecuali kita tidak bisa menempatkan sifat dan tabi’at pada tempatnya menurut ukuran adabnya. Karena Tuhan  Maha sempurna  dan sempurna terhadap yang jadi ciptaan-Nya.

Ingatlah  kiranya!
Alloh adalah dzat-Nya. Maksud dan tujuan, awal dan akhir perjalanan, Muhammad adalah sifat-Nya. Pembuka jalan, penunjuk jalan, dan pengantar perjalanan, Muhammad adalah bangunan-Nya. Arah  jalan, panduan  petualangan, dan  perahu kendaraan, Muhammad adalah  sifat  dan bangunan kesejatian di semua alam kehidupan. Makhluk, adalah darma-Nya. Perbuatan, perjalanan, persinggahan, petualangan dan pengembaraan. Insan, adalah surat, ayat, kalam, sabda dan kitab-Nya di semua alam dan kehidupan. Diri, adalah bacaan, ajian dan penyelaman bagi perjalanan tarekat syare’at, dan misil siloka bagi perjalanan tarekat hakekat.

Jadilah  engkau  penengah  perselisihan antara dua kebenaran dalam diri, Jadilah  engkau  pendamai  perseteruan antara dua keyakinan dalam diri, Jadilah engkau penunjuk  jalan kebenaran antara dua pengalaman dalam diri, Jadilah  engkau  penerang  jalan  kebenaran antara dua  pemahaman dalam diri, Semoga  tarekatmu  menjadi  penunjuk  jalan  kebenaran  di atas  kebenaran.

Kepada :“Para Wali Agama Pengembala Umat“
Wahai saudaraku, para wali pengembala umat, Engkau yang lahir dengan membawa ketentuan dan memiliki sinar cahaya terang, Engkaulah  ahli waris penghulu tauhid, penyandang pelita juhud, penabur cahaya terang benderang, Engkaulah pemegang tongkat tauhid,  sebagai amanat Mahacahaya wasiat para cahaya.

Ingatlah  kiranya!!!
Tuan telah dianugerahi  pengetahuan, Segala yang ada, terjadi karena sebab, Kegelapan menjadikan sebab ketidaktahuan, dan ketidaktahuan manjadikan sebab kebodohan, Kebodohan  menjadikan sebab keingkaran, dan keingkaran menjadikan sebab kezaliman, Kezaliman menjadikan sebab kerusakan, dan kerusakan menjadikan sebab kesengsaraan, Kesengsaraan  menjadikan sebab penderitaan, dan penderitaan menjadikan sebab kepahitan, Kepahitan menjadikan sebab kegelisahan, dan kegelisahan menjadikan sebab ketidakterkendalian, Ketidakterkendalian menjadikan sebab kegoncangan, dan  kegoncangan menjadikan sebab kiamat. Akhir  dari  semua  sebab  kegelapan adalah kiamah, Yang berwujud kegoncangan, kezaliman, kerusakan dan  kehancuran, Yang berwujud duka, lara, néstapa, derita, sengsara, siksa dan  neraka, Yang berwujud penyesalan jiwa beriring tétésan air mata raga dan darah air nyawa raga.

Sungguh : Kiamat itu dekat yang jauh adalah perjalanan, dan siksaan itu dekat yang jauh adalah perbuatan, Derita itu  dekat yang  jauh adalah  perasaan, dan neraka itu dekat yang jauh adalah perkiraan.

Wahai kiranya!!!
Kursi adalah tempat duduk, Berdiri tegak karena kaki tegak dengan empat, Hilang satu kursi mudah tergoyang, hilang dua kursi menjadi tergoncang, Hilang tiga kursi mudah jatuh, hilang empat kursi menjadi runtuh, Dunia adalah tempat menetap, insan manusia adalah  penghuni  tidak  tetap, Raga adalah makom  tempat  menetap, diri sejati  adalah  penghuni  tetap.

Dunia, alam, kehidupan dan insan manusia, Berdiri tegak, karena tiang penyangga  kesempurnan empat, Berwujud kesejatian ilmu dan amalan, berwujud syare’at,  tarekat, hakekat dan  ma’rifat.

Hilang yang satu  dengan sirnanya  ma’rifat, makom dan tempat  mudah bergoyang, Hilang yang satunya lagi  dengan sirnanya  hakekat,  makom  dan  tempat  mudah  tergoncang, Hilang yang satunya lagi dengan sirnanya tarekat, makom dan tempat  menjelang runtuh, Hilang yang satunya lagi dengan sirnanya syare’at, makom dan tempat menjadi runtuh, Hilang yang empat rusaklah  kehidupan, hancurlah  alam, sirnalah  insan, Hilang yang empat, kerusakan  bertandang, kiamat  menjemput  datang.

Wahai  kiranya!!!
Tuanlah sang  pengembala umat, Lahir dan terlahir dengan  ketentuan dan patokan, Di tangan tuan lentera  cahaya  penerang  kegelapan, dan cahaya pelita ketidaktahuan, Di tangan tuan cahaya pelita kebodohan, dan di pundak  tuan semua beban keselamatan.

Tumbuhkanlah rasa sayangmu tuk lahirkan ketulusan, dan rasa asihmu tuk mendapatkan keridhaan, Tumbuhkanlah rasa cintamu tuk lahirkan kesenangan,  dan rasa  rindumu  tuk lahirkan  harapan. Bangunkanlah  jiwamu, tuk lahirkan  kesadaran akan wasiat dan  harga  diri, Bangunkanlah  jiwamu, tuk lahirkan  kesadaran akan  amanah  dan  pesan  kebenaran, Bangunkanlah  ragamu, tuk lahirkan  darma,  amalan  dan  perbuatan kehormatan diri, Bangunkanlah hati dan  pikirmu,  tuk  lahirkan  kesadaran  akan  kewajiban.

Cintailah mereka!!!
Mereka sengsara, karena kaya akan kebodohan dan  miskin  dengan  ilmu  dan pengetahuan. Mereka dzalim, karena kaya akan kegelapan dan miskin dengan kebenaran dan pemahaman. Mereka ingkar, karena kaya akan kepedihan dan  miskin  dengan  nasehat dan wasiat. Mereka rusak, karena kaya akan derita dan miskin  dengan  kebaikan dan  kasih  sayang. Mereka lupa, karena kaya akan air mata dan miskin akan tawa. Mereka tersiksa, karena kaya dengan tipu daya dan miskin dengan kebenaran. Mereka menderita, karena  kaya dengan  nafsu  angkara  dan  miskin  dengan  kesejukan. Mereka hina, karena kaya dengan nista dan miskin dengan adab darma.

Wahai  kiranya!!!
Di atas cahaya ada cahaya, Setiap cahaya akan berhias Cahaya, bila dipercikan dengan keikhlasan, Setiap cahaya akan bermakna Cahaya, bila ditaburkan dengan ketulusan, Setiap cahaya akan berguna Cahaya, bila disampaikan dengan kerelaan, Setiap cahaya akan bersinar Cahaya, bila ditaburkan dengan kasih sayang, Setiap cahaya akan berkekuatan Cahaya,  bila  disampaikan  dengan kecintaan, Setiap cahaya akan sirna Cahaya, bila disampaikan dengan kebencian, Setiap cahaya akan terpukul Cahaya, bila disampaikan dengan cara bernafsu.

Wahai pengembala umat berhias cahaya!!!
Janganlah tuan terlena dengan semaraknya tipu daya dunia, terlupa dengan semaraknya fatamorgana, berebut tawa berlomba suka, Janganlah tuan tertidur dengan  hangatnya  selimut  suka  yang  fana, terbuai dengan semaraknya bangga dan tawa, berebut senang berlomba menang, Janganlah tuan tertidur dengan hangatnya selimut jaya yang fana, terbuai semarak  puji dan kata, berebut sabda berlomba kata, Janganlah tuan terlena dengan semarak tipu daya fatamorgana, terlupa dengan kuasa dan perkasa, berlomba dunia berebut kuasa, Janganlah tuan terkubur keangkuhan keanekaragaman, congkak dan sombong, kandas dengan nafsu angkara murka, berebut tahta berlomba makhkota.

Tipu  daya,  fatamorgana, kuasa dan perkasa, jaya yang  fana, puji  dan  kata, keangkuhan aneka ragaman congkak dan sombong dan nafsu angkara murka, menjadi  sebab : Redupnya  cahaya, yang berdampak  sinar  tak  menyala. Dan tuan akan kehilangan  arti  dan  makna, Tenggelamnya  cahaya, yang berdampak  tak tampak. Dan tuan  akan  tersandung dan tersungkur, Padamnya  cahaya, yang berdampak  tak  tampak. Dan  tuan  akan kehilangan  cahaya  dalam  jiwa, Ilangnya cahaya,  yang berdampak  gelap  gulita. Dan  tuan akan  kehilangan  jiwa  dan  rasa, Sirnanya cahaya, yang berdampak kegelapan. Dan tuan terlupa akan  diri  yang  sejati,  Gusti  Yang Widi  dan  Mustika  Permata  Cahaya  sejati.

Kepada : “Para Wali Kuasa Darma Pengelola Bangsa dan Negara“
Wahai, Tuan raja nagara jatidiri dewata!!!
Tuan dikata wali  nagara, karena kuasa cahaya. Dan dikata raja, karena rahayat, Tuan disebut  pemimpin, karena yang dipimpin. Dan dikata kepala, karena ekor, Tuan disebut  di depan, karena yang di belakang. Dan dikata atasan karena bawahan, Tanpa rakyat, tuan tak layak dikata raja. Dan tanpa yang cacah, tuan tak layak dikata  penguasa, Tanpa yang kecil, tuan tak layak dikata besar. Dan tanpa yang di  bawah tuan tak layak tinggi, Tanpa  yang lemah, tuan tak layak dikata perkasa. Dan tanpa yang apes tuan tak layak dikata jaya.

Wahai, Tuan wali rahayat jatidiri para Dewa(n)!!!
Tuan duduk bersimpuh karena  dipisepuh. Dan berbicara sepuh, karena dijadikan sesepuh, Tuan dikata wali rahayat, karena kuasa nyawa. Dan dikata wakil rahayat karena penyerahan para nyawa Sang Maha Bijaksana, Tuan duduk dikursi dewa, karena kehormatan para nyawa. Dan tuan beteduh digedung dewa karna kemuliaan para nyawa Sang Maha Mulia. Tuan bersabda dewa, karena daulat ra-hayat. Dan tuan bertanda jasa anggota dewa karena darah dan air mata para nyawa Sang Mahakuasa.

Wahai … para ra-ja na-ga-ra jatidiri dewa-ta dan para wali ra-hayat jatidiri pa-ra dewa(n)!!!
Dalam dagingmu, melekat wasiat para nyawa, Dalam tulangmu, tersimpan niat dan tekad para jiwa raga anak bangsa, Dalam darahmu, mengalir amanat para jiwa raga, Dalam nadimu, bergetar derita dan derai air mata raga para nyawa anak bangsa, Dalam nafasmu, tersimpan harapan para nyawa, Dalam jantungmu, berdenyut dzikir dan do’a para jiwa raga  anak bangsa, Dalam karyamu, tersimpan harta pusaka para nyawa, Dalam darmamu, terpendam harta karun para jiwa raga anak bangsa, Dalam silsilah keluargamu, terukir harta pusaka amanat para jiwa raga, Dalam silsilah keturunanmu, terlukis wasiat harta karun pusaka para nyawa anak bangsa.

Engkaulah para dewa agung, pemegang wasiat para nyawa anak bangsa, Engkaulah para dewa mulia, pemegang amanat para jiwa raga anak bangsa, Engkaulah para khalifah, pemegang tongkat kuasa darma para nyawa anak bangsa, Engkaulah para pengembala, pemegang tahta kuasa pengelola pusaka para nyawa Sang Maha kuasa..

Keluar dari amanat para jiwa raga, engkau layak dikata dewa laknat, Dan keluar dari wasiat para nyawa, engkau layak dikata dewa keparat,Keluar dari keduanya, engkau layak dikata dewa laknat keparat, Dan engkau bisa menjadi kendaraan dajal dalam pertualangan darma kenistaan.

Duduklah sebagai sri baduga, berdirilah seperti dewa-ta dan berbuatlah sebagai dewa-sa, Duduklah dengan keagungan, berdirilah dengan kuluhuran dan berbuatlah dengan kemuliaan, Bersimpuhlah dengan ketulusan, berdiri tegaklah dengan ketegaran, berbuatlah dengan ketegasan. Duduklah dengan ketetapan, berdirilah dengan perasan dan berbuatlah dengan kelembutan, Duduklah dengan kebijakan, berdirilah dengan keadilan dan berbuatlah dengan kearifan, Berjalan luruslah dengan tumpuan dan harapan, berlari kencanglah dengan rasa, karya, karsa, Dan berdarmalah sebagai Ksatria.

Tengoklah  ke belakang dengan harapan, bukannya dengan putus asa, Tengoklah  ke depan dengan keyakinan, bukannya dengan angan-angan, Tengoklah  ke kiri dengan adil dan bijaksana, bukannya dengan kedzaliman, Tengoklah ke kanan dengan timbangan dan keseimbangan, bukannya dengan kemungkaran, Tengoklah  ke atas dengan rendah hati, bukannya dengan rendah diri dan ketakutan, Tengoklah ke bawah dengan rendah hati, bukan dengan tinggi hati, angkuh, sombong dan congkak.

Berbuatlah dengan kepastian dan keberanian, bukannya dengan keraguan dan kebimbangan. Janganlah tuan campakkan  nyawanya dan  jangan  pula  sia-siakan hidupnya, Janganlah tuan hinakan harga dirinya dan jangan pula tuan perlakukan tak wajar, Janganlah tuan nodai kehormatan dirinya dan jangan  pula tuan hianati ketulusannya, Janganlah tuan pilah-pilah jatidirinya dan janganlah tuan pilih kasih akan bangunan kesejatiannya.

Mereka punya ada karena  nyawa, punya  arti karena hati, punya harta karena karya, Meréka punya tahu karena ilmu, punya ilmu karena pikiran, punya kaya karena darma, Mereka punya harapan karena miliki keinginan, dan punya angan-angan karena keyakinan, Mereka  punya  kemauan karena miliki  hidup, dan punya harga diri karena  miliki  nurani, Mereka punya martabat karena miliki harkat dan miliki derajat karena keturunan.

Dudukanlah...semua perkara pada tempatnya tuk peroleh ketenangan dan semua urusan tuk peroleh  kedamaian, semua kesibukan pada keharusan tuk peroleh kesejahteraan dan kehidupan tuk peroleh  kemenangan, semua pengetahuan pada tempatnya tuk peroleh keunggulan, pemahaman tuk peroleh  keseimbangan, semua pengertian pada keharusan tuk peroleh kebijaksanaan dan perasaan tuk peroleh kesenangan, Semua hati pada kepekaan tuk peroleh kearifan, dan keadilan tuk peroleh kejayaan.

Ingatlah  kiranya!!!
Kerusakan disebabkan karena kesibukan yang tidak mengenal adab-adaban, Kebinasaan disebabkan karena urusan yang tidak  pada tempatnya, Kehancuran disebabkan karena kegelapan yang tak mengenal sinar, Kebinasaan disebabkan karena perbuatan  yang  tak  dijiwai  akal, Qiamah disebabkan karena keadaan yang sudah tidak bisa dipertahankan.

Do’aku  senantiasa menyertaimu, sepanjang  nafasku, sepanjang  kebenaran, Yang sudah tidak bisa dipertahankan. Restuku senantiasa  menyertaimu, sepanjang  hayatku, sepanjang  keadilan. Dukunganku senantiasa menyertaimu, sepanjang perjalananku, sepanjang kebijaksanaan. Pengabdianku senantiasa  menyertaimu, sepanjang petualanganku, sepanjang kearifan. Penyerahanku senantiasa  menyertaimu, sepanjang  pengembaraanku, sepanjang kejayaan. 
Saudaramu.

Kepada Saudara Sejati, Sesama Hamba
Wahai, Saudara  sejati!!!
Aku senantiasa hadir di antaramu, berupaya berada di sekitarmu, dan berusaha menyertaimu, Aku adalah ahlimu dan  engkaulah ahliku, Satu kata  satu  irama, satu  tempat  satu  kandungan  dan  satu  keluarga, Satu adab satu ikatan, satu  rasa  dan satu  perasaan, Satu  satu arah satu tujuan, satu kendaraan, satu  perjalanan.

Wahai, Saudaraku!!!
Hardiklah aku,  sebagaimana aku kan menghardikmu, Sapalah aku sebagaimana aku menyapamu, dan akuilah aku sebagaimana ku mengakuimu, Terimalah aku sebagaimana aku menerimamu, dan bantulah aku sebagaimana ku membantumu, Lindungilah aku sebagaimana aku melindungimu, dan tolong aku sebagaimana ku menolongmu.

Janganlah  kaubodohi aku karena  ku tidak tahu, dan bohongi aku karena aku selalu setuju, Janganlah kaujauhi aku karena aku lemah tak berdaya, dan khianati aku karena mempercayaimu, Janganlah  kaucampakan aku karena aku tak berjaya, dan hinakan aku karena ku tak  berjasa, Janganlah kaunodai aku karena kepolosanku,  dan campakan aku  karena ku tak mampu sepertimu, Janganlah kausakiti aku karena tak mampu mengerti kamu, perdaya aku karena tak mengikuti akumu, Janganlah kaurusak aku karena tak mengikuti keinginanmu, dan binasakan aku karena tak mengikuti ambisimu.

Wahai, Saudaraku!!!
Darah dagingmu adalah juga darah dagingku, dan darah dagingku adalah juga darah dagingmu, Nyawamu adalah juga  nyawaku dan nyawaku  adalah  nyawamu, Harga  dirimu  adalah  harga diriku dan  harga  diriku  adalah harga dirimu, Kehormatanmu  adalah  kehormatanku dan  kehormatanku adalah  kehormatanmu.

Engkau adalah hak dan kewajibanku  dan aku adalah  hak dan kewajibanmu, Engkau haram atas  darah  dagingku  dan  aku  haram  atas  darah  dagingmu, Karena kita adalah  satu,  terikat tali ikatan ketentuan, karena kita bersatu.

Saudara yang terikat tali ikatan kekerabatan dan  sekeluarga terikat tali ikatan keturunan, Saudara yang terikat tali ikatan persaudaraan dan menyatu terikat  tali  kekeluargaan, Saudara yang terikat tali ikatan perjalanan dan menyatu terikat tali kendaraan, Saudara yang terikat tali ikatan petualangan dan menyatu terikat tali pengembaraan, Saudara yang terikat tali ikatan ketauhidan dan menyatu terikat tali kejuhudan, Saudara yang terikat tali ikatan keyakinan dan menyatu terikat tali adab kesejatian, Saudara yang terikat tali ikatan kerahasiaan dan menyatu terikat tali kesejatian.

Kita se-ia memikul  beban  amanah dan  sekata  memikul  beban  wasiat, Kita seirama memikul beban hikayat, secerita memikul beban riwayat. Saudara sejati.

Kepada Saudaraku, “Sesama  Insan“
Engkau yang senantiasa hadir, Mengikuti langkahku dan menyertai perjalananku, Mengikuti petualanganku dan menyertai pengembaraanku, Dan akupun begitu. Engkau merasa, mendengar, melihat, bercita, Engkau berjalan, berbuat, berkarya, berdarma, berkendaraan dan  menetap, Dan akupun begitu.

Kita  senantiasa, berjalan  berdampingan  tetapi  tak  searah,  berbuat  dan  berkarya  tetapi  tak seirama, Berjalan bersamaan tetapi beda kendaraan, berjalan menempuh tujuan sama tetapi beda arah jalan, Kita senantiasa tetap menjaga perasaan untuk saling menjaga keseimbangan darma kerahasiaan-Nya.

Janganlah kau usik aku, sebagaimana ku tak mengusikmu, Janganlah kauganggu aku, sebagaimana ku tak mengganggumu, Janganlah kaupaksa aku, sebagaimana ku tak memaksamu, Janganlah kaumusuhi aku, sebagaimana  ku tak memusuhimu.

Ketahuilah wahai saudaraku!!!
Aku hanyalah  menyampaikan pesan kebahagiaan menurut hak-Nya dari Yang Mahabenar, Aku hanyalah menyampaikan amanat keselamatan wasiat kemenangan dari Sang Penguasa Kebenaran. Aku  hanyalah  penyambung  lidah  kasih sayang  Paduka Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Mengenai Satria Jagat Nabi Utusan dan  bangunan kesejatian-Nya (Muhammad) di bumi : Yaitu para Satria Amparan Jagat “ Para Nabi Rosul Alloh “ yang tersebar di bumi, amparan
bangunan kesejatian-Nya (Amparan Muhammad), dan  darma “amparan syaré’at, hakékat dan ma’rifat-Nya,” yang beranékaragam nama dan corak “Perahu Nuh” sebagai kendaraan tauhid darma juhudnya,  menurut adab kaum umat manusia yang tersebar di seluruh penjuru bumi.

Yaitu Satria Awal Jagat “Ahmad bin Abdulah”, bangunan kesejatian syare’at-Nya di bumi dan darma syaré’at Muhammad, yang menggunakan “Perahu Nuh” Ki Arab sebagai kendaraan tauhid darma juhud jiwa raga umat manusia di bumi sampai akhir jaman.

Yaitu Satria Tengah Jagat “Imam Mahdi Sang Waruga Jagat Raya Ratu Adil”, bangunan kesejatian hakekat-Nya di bumi, dan darma hakekat Muhammad, yang menggunakan “Perahu Nuh” Ki Sunda sebagai kendaraan tauhid darma juhud akma-sukma umat manusia di bumi sampai akhir jaman.

Yaitu Satria Akhir Jagat “Insan Sang Agung,” bangunan kesejatian ma’rifat-Nya di bumi, dan darma ma’rifat Muhammad, yang menggunakan “perahu Nuh” Dalam Kerahasiaan sebagai kendaraan tauhid darma juhud nyawa umat manusia di bumi sampai akhir jaman. Yaitu kesempurnaan bangunan kesejatian-Nya (syare’at, hakekat dan ma’rifat Muhammad) di bumi, dan kesempurnaan Perahu Nuh kendaraan tauhid darma juhud umat manusia (jiwa-raga, akma-sukma dan nyawa) di akhir jaman.

Wahai, Temanku!!!
Janganlah  kautaburkan  benih yang menghancurkan, Benih kebencian, karena kan menjadi kezaliman. Benih kedengkian, karna kan menjadi pertengkaran, Benih kegelapan karna kan menjadi kerusakan. Benih kehancuran karna kan menjadi penderitaan. 

Peliharalah alam semesta, karena tempat kita bercocok tanam dan cita agar sampai ke tujuan, Peliharalah rukun, agar  peroleh  ketentraman dan damai  agar  peroleh  ketenangan, Peliharalah  cinta kasih,  agar  peroleh  kesenangan dan kasih sayang agar  peroleh  kerukunan, Peliharalah  adil, agar  peroleh  kemenangan, dan salam agar  peroleh  kejayaan, Peliharalah bijak agar peroleh kesejahteraan dan arif agar peroleh kebahagiaan, Peliharalah keseimbangan agar peoleh kejayaan, dan adab agar peoleh kelanggengan.

Janganlah kautaburkan kebencian!
Karena  percikan  darahnya kan  menjadi  jilatannya, dan tumpahannya kan  menjadi minumannya, Karena  irisan daging kan menjadi santapannya, dan  tulang belulang  kan  menjadi rebutannya, Kita bertengkar senantiasa kan menjadi tontonannya, dan  kebimbangan kan menjadi permainannya, Kita merana senantiasa kan menjadi  kesenangannya, dan  menangis kan menjadi nyanyiannya, Kita menghancurkan senantiasa kan menjadi tujuannya, dan menyesal kan menjadi kemenangannya.

Mereka  itu yang  senantiasa  berupaya, Mencari lengah membuat tipu daya, mencari mangsa melepas angkara murka, dan membuat durjana melampiaskan  dendam  membara.
Mencari jalan membuat  perdaya, mencari  kesempatan menabur derita dan sengsara, melepas durja menampung tetesan darah dan derai air mata, Mencari upaya membangun nista, menghancurkan tiang tauhid merobohkan bangunan juhud semua adab darma yang ada.

Mereka  itu Iblis  musuh  Adam, yang nyukma menjadi setan musuh manusia, yang menjiwa menjadi Fir’aun musuh para nabi dan meraga menjadi dajal musuh Imam Mahdi - Ratu Adil - Sang Waruga Jagat Raya - Satria Penabur Buah Jaitun.

Mereka itu Iblis  musuh  Adam, yang bernyawa akma membara  pemegang tahta kuasa bara. Yang berupaya membuat tipu daya, bekerja membuat celaka, bertekad membuat terusir Adam dan Hawa, bersemayam dalam nyawa manusia. Mereka itu setan musuh manusia, yang bernyawa sukma menyala pemegang tahta kuasa durjana, Yang berwujud  jin  dan  manusia, berupaya membuat tipu daya, bekerja membuat duka dan nestapa, berkarya membuat merana, berusaha membuat sengsara umat manusia, bersemayam dalam lelembutan manusia. 

Mereka itu fir’aun musuh para sejati, bernyawa jiwa membatu nyala pemegang tahta kuasa angkara, berwatak  anjing dan serigala, bersifat ular berbisa, penghuni hutan belantara buana, pemakan bangkai penghuni bumi, penabur bau penyebar bibit penyakit, bersemayam dalam jiwa manusia, Mereka itu dajal musuh Makhluk Alloh KHalifah Dzat Illahi (Mahdi) - Ratu Adil - Sang Waruga Jagat Raya - Satria penabur buah zaitun. Bernyawa raga membaja bara, pemegang tahta kuasa nista, bermisil kebo merah raksasa, bertaring runcing berlumur darah, penghuni dasar bumi penghancur kehidupan penghuni buana, penabur lahar penyebar api darma nista, bersemayam dalam raga manusia. Petualang.

Kepada Kawanku, “Sesama Makhluk Jagat Raya – Alam Semésta“
Wahai malaikat, pengembala cahaya penyiram jiwa! Wahai setan, pengembala api pembakar jiwa! Wahai jin, pengembala  asap  penutup jiwa! Wahai siluman, pengembala malam penganut kegelapan! Wahai binatang, pelayan jiwa pendamping raga! Wahai tanaman, pelayan  jiwa  penyerta raga!

Sungguh,  engkau semua sangatlah berguna dan berjasa dalam darma Sang Mahakuasa, Karena engkaulah  sang tercipta, yang dicipta sebagai kendaraan darma Sang Mahakuasa, Engkaulah  pemberi  arti  dan makna dalam  hidup dan warna dalam  kehidupan insan manusia, Engkaulah  pemberi  corak  dalam  karya, keanekaragaman dalam darma, dan pemberi rasa dalam dzikir dan do’a insan manusia.

Karena dirimu, Aku dapat  mengerti dan memahami, mengetahui dan menyadari, Aku dapat tahu diri dan menjaga diri, memelihara diri dan kehormatan diri, Aku senantiasa  berjalan dalam  perjalananku dan engkau senantiasa berjalan mengikutiku, Aku senantiasa berjalan melewati rintanganku dan engkau senantiasa bekerja membuat upaya.

Wahai Insan Manusia, Engkaulah Pengembala  bumi  pengasuh  jiwa dan raga; pengembala langit pengasuh akma, sukma dan nyawa, Pengembala darma syaréat lahir, syaré’at batin, hakékat lahir, hakékat batin dan ma’rifat.

Kesejatian khalifah darma Bocah Angon Sang pengembala kehidupan dunia dan akhérat, Kesejatian khalifah darma Bocah Angon Sang pengelola malaikat, setan, jin, siluman, binatang tanaman dan semua makhluk yang ada di jagat raya.

Sungguh engkau yang sempurna dari yang menyempurnakan, Engkaulah Sang Tercipta, yang dicipta sebagai misil siloka  Sang Maha Pencipta, Engkaulah Sang Darma, yang dicipta sebagai misil siloka makhluk jagat raya dan alam semesta, Engkaulah Sang Makhluk Jagat Raya dan alam semesta, yang dicipta sebagai misil siloka Kitab Mahasejati dari Sang Mahasejati.

Engkaulah  kiranya Sabda, kalam, ayat, dan suratan, dari kitab semesta Sang Maha Kuasa, Pemberi arti dalam mencari, pembuka makna dalam menggali, pengantar jalan dalam perjalanan misil siloka dan penuntun jalan menuju kerahasiaan Sang Maha Kuasa, Engkaulah  pintu, jalan dan jembatan menuju kerajaan abadi  Sang Hyang Maha Widi.

Karena  dirimu, Aku dapat  mengetahui,  memahami,  menyadari,  siapa aku, Aku dan AKU. Aku senantiasa  berjalan dalam perjalananku dan engkau senantiasa berjalan mengikutiku, Aku senantiasa berjalan melewati rintanganku dan engkau senantiasa bekerja membuat tahu.

Wahai bumi,  yang menjadi  tempat pijakanku! Wahai langit,  yang menaungi perjalanan tauhidku! Wahai air, yang mengairi  kehidupan juhudku! Wahai api, yang menghidupkan tenagaku! Wahai angin, yang  menyertai desah  nafasku! Wahai siang, yang menerangi pertualangan hidupku! Wahai malam, yang  menyertai perjalanan matiku! Wahai waktu, yang mengikat usiaku mengurung umurku! Wahai bulan, yang  mengikuti  derap langkah  kakiku! Wahai bintang, yang mengamat-amati  hidupku! Wahai mentari, yang menerangi akal dan pikiranku! Wahai surga, yang  mengolok-olokanku! Wahai neraka, yang menakut-nakutiku!

Engkaulah kiranya, Yang  jadi  saksi  atas  langkah  dan  perjalananku, Yang menjadi kendaraan dalam petualangan tauhid darma juhudku, Yang membangunkan  jiwaku dan  mendampingi  perjalananku,

Yang  mewarnai  petualanganku dan  yang  memberi pengetahuanku, Yang  menghidupkan  akal  dan  pikiranku dan menyempurnakan ilmu  dan  pengetahuanku.

Engkau  senantiasa  bertasbih,  mensucikan  kebesaran-Nya untuk aku, Dan  aku  pun  bertasbih,  mensucikan  keagungan  dan  kemuliaan-Nya untuk kamu, Engkau bersujud,  sebagai  pengabdianmu  kepada-Nya melalui aku, Dan aku pun bersujud, sebagai penyembahan kepada-Nya, untuk kebaikanmu, Engkau taat  atas  perintah-Nya  dan  aku pun  taat sebagai  ahli-Nya, Engkau  patuh  atas  sabda-Nya  dan  aku pun  patuh  pada  amanat  dan  wasiat-Nya, Engkau juhud kepadaku karena-Nya dan aku juhud kepada-Nya, Engkau hidup untuk aku dan  aku  pun  hidup untuk AKU, Engkau mati demi aku dan aku tetaplah hidup abadi tanpa kamu, Engkau jadi saksi atas hidupkudan aku pun menjadi saksi atas  matimu.

Sungguh aku ridha atas  baktimu darma kejuhudanmu, Sebagaimana  engkau  ridha  atas  perjalanan tauhid dan petualangan darma juhudku. Waruga Jagat Raya

Kepada Saudara Terkutuk,
“Iblis Pemegang Tahta Kuasa Bara“, “Sétan Pemegang Tahta Kuasa Durja“, “Fir’aun Pemegang Tahta Kuasa Angkara“, “Dajal Pemegang Tahta Kuasa Nista“.

Wahai Iblis yang bernyawa akma membara pemegang tahta kuasa bara, Yang berupaya membuat tipu daya, bekerja membuat celaka, bertekad membuat terusir Adam-Hawa

Wahai Setan yang bernyawa sukma menyala, pemegang tahta kuasa durjana, Yang berupaya membuat tipu daya, bekerja membuat duka dan nestapa, berkarya membuat merana jiwa, berusaha membuat sengsara umat manusia.

Wahai Fir’aun yang bernyawa jiwa membatu nyala, pemegang tahta kuasa angkara, Yang bersifat anjing serigala berwatak ular berbisa, penghuni hutan belantara bumi, pemakan bangkai penghuni bumi, penabur bau penyebar bibit penyakit.

Wahai Dajal yang bernyawa raga membaja bara  pemegang tahta kuasa nista, Yang berwujud kebo merah raksasa, bertaring runcing berlumur darah, pemakan darah nyawa manusia, penghuni dasar bumi penghancur kehidupan penghuni bumi, penabur lahar penyebar api.

Wahai nista yang menjadi jembatan  penghubung kiamat darma semesta, Yang berwujud kemanunggalan nyawa penghantar kiamah rusaknya darma kehidupan alam semesta. Engkau hidup, akupun hidup, engkau bernyawa dan akupun miliki  jaya, Aku bersabda engkau membuat upaya, aku berjalan engkau membuat tipu daya,Dan aku tetap  mencari jalan, Aku bercita, engkau  membuat  rintangan; aku berkarya engkau buat kerusakan; dan aku membangun engkau menghancurkan, Dan aku tetap kan melakukan perlawanan.

Wahai yang bernyawa akma membara, sukma menyala!!!
Engkau hidup dengan upaya dan  aku  hidup dengan  do’a, Engkau hidup dengan tipu daya dan  aku  hidup  dengan  upaya, Engkau hidup dengan angkara dan aku hidup dengan cinta, Engkau hidup dengan dendam membara   dan  aku  hidup  dengan  kasih  dan  cinta, Engkau hidup dengan sengsaradan  aku  hidup  dengan  selamat  sentosa, Engkau hidup dengan neraka dan aku  hidup  dengan  surga. Engkau hidup demi angkara,  dan  aku  hidup  dengan  sentosa, Engkau hidup demi dendam membara,  dan  aku  hidup  demi  cinta, Engkau hidup demi neraka,  dan  aku  hidup  demi  cinta, Engkau hidup sepanjang nyawa, dan aku hidup sepanjang  jaya, Engkau mati karena janji, dan aku mati karena pati.

Wahai, nyawa berhias api menyala bara!
Engkau yang senantiasa berbahagia kala aku sengsara, dan merasa sengsara kala aku tertawa, Engkau  yang  senantiasa bersuka ria  kala aku menderita, dan merasa tersiksa kala  aku bahagia, Engkau  yang  senantiasa celaka  kala aku selamat aman sentosa, dan merasa binasa kala aku jaya.

Dengan  upayamu aku  senantiasa  dapatkan  tahu, dengan  tipu dayamu aku dapatkan ilmu, Dengan sumpah serapahmu aku dapatkan hikmah, dengan tawamu aku dapatkan wahyu, Dengan suka riamu aku senantiasa  dapatkan  makna, dengan  kebencianmu aku dapatkan  jatidiri, Dengan kelicikanmu aku senantiasa dapatkan harga diri, dengan kesenanganmu aku dapatkan rasa, Dengan amarahmu aku dapatkan ampunan, dengan keuntunganmu aku dapatkan kemenangan.

Karena  engkau  senantiasa  tak  mau tahu, Bahwa aku tak sendiri dan menyendiri, tak  berpisah  dan bercerai  berai, Bahwa aku tak bercerai dan memisahkan  diri, tak  jauh  dan menjauhkan  diri, Bahwa aku  satu, menyatu  dan  bersatu  dengan  nyawa  Yang Maha Satu.
Sungguh, takkan  berguna  usahamu, Karena aku cinta  dengan nyawa bukan karena surga, dan suka dengan rasa bukannya karena tahta, Karena aku benci dengan hati bukan karena nasib, dan takut dengan dosa bukannya karena neraka, Karena aku harap dengan do’a bukan karena dunia, dan berdzikir dengan nurani bukan karena tahta, Karena aku berbuat dengan kuasa bukan karena rizki, berjalan dengan kehendak bukan karena takdir.

Sungguh, takkan berguna tipu dayamu, Kaukatakan dengan keingkaran, aku dengarkan  dengan  akal  dan  pikiran, Kausesatkan aku dengan tipudaya, aku selamatkan  dengan tobat dan ampunan, Kaubisikkan aku dengan tipuan, aku dengarkan dengan ilmu dan pengetahuan. Kau perbuat aku dengan perdaya, aku perbuat dengan ikhlas, arif dan bijaksana. Engkau tiupkan kegelapan, aku hidupkan  dengan  cahaya, Engkau taburkan kesesatan, aku hidupkan dzikir dan do’a, Engkau buatkan kemunafikan, aku buatkan kearifan, Engkau hembuskan nafsu  angkara, aku taburkan  cinta  sesama.

Wahai yang bernyawa jiwa membatu angkara dan bernyawa raga membaja nista!!!
Engkau rusak tiang ketauhidan  dan robohkan darma kejuhudan, aku bangun reruntuhan dengan ilmu sejati dan darma mulia, Engkau hamparkan nista dan taburkan nafsu angkara durja, aku hamparkan batuwangi dan taburkan silihwangi, Engkau hancurkan peradaban pengisi buana dan alirkan air mata raga, aku bangkitkan puing dengan cahaya langit dan bangun dengan akhlak jiwa mulia, Engkau binasakan kehidupan alam buana dan teteskan darah nyawa, aku bangun reruntuhan dengan kehidupan jaya dan silsilah darma generasi adab mulia, Engkau kerahkan kekuatan semua babalad durja, yang berjatidiri batu angkara, bangunan baja nista darma bebau sejati, karya kerusakan abadi, dan cahaya kekegelapan pintu kiamah sejati, Dan aku iringkan para satria cahaya amparan bumi dan langit, yang berjatidiri batuwangi, bangunan siliwangi, darma wewangi sejati, karya pajajaran abadi, pelita cahaya Mahasejati pakaian jaya sejati. Makhluk Alloh Halifah Dzat Ilahi

Asyhadu allâ ilâha illallâh, wa asyhadu anna Muhammadarrasûlullôh, Subhânallôh,  walhamdulillâh, walâ ilâha illallôh, Allôhu Akbar. Bismillahi tawakkaltu álallôh, lâhaula walâquwwata illâ billâhil ‘áliyyil ázhîm.

Ya Alloh ... Ya  Rosululloh ... Ya  Muhammad ... Ya  Imam Mahdi … Ya  Alloh..ya Rosululloh ... Ya Muhammad ... Ya Imam Mahdi.

Ya Alloh ... Ya  Muhammad Rosululloh,  Imam Mahdi …Ya Alloh ... Ya  Muhammad  Rosululloh , Imam Mahdi.

Ya Alloh … Ya Muhammad Rosululloh … Ya  Alloh …Ya Muhammad Rosululloh ... Ya  Alloh.

Ya Alloh ... Ya Muhammad Imam Mahdi …Ya Alloh ... Ya Muhammad Imam Mahdi ... Ya  Alloh ... Ya Alloh ...Ya Rosululloh … Ya Alloh ... Ya Rosululloh …Ya Alloh ...Ya Rosululloh.

Ya Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …   Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh …  Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh ... Alloh … Alloh ... Alloh.

Baca Juga :

Tidak ada komentar