Rencana Energi Geothermal Terbarukan Gunung Tampomas dan Dampaknya

Rencana pembangunan Enegi Geotermal Terbarukan panas bumi Gunung Tampomas sudah barang tentu akan menimbulkan dampak pemanasan global, disamping pemanasan Global yang diakibatkan oleh Waduk Jatigede jika dimusim kemarau. Ada pepatah dari para leluhur Sumedang "Jangan membangunkan Maung nu keur Sare" artinya jangan membangunkan Harimau yang sedang Tidur.

Hal sesuai dengan kondisi Gunung Tampomas dimana Gunung ini sudah tidak aktif lagi (Harimau lagi tidur), sebelum terjadi pembangunan ada baik kita mengingatkan usaha pemborosan panas bumi diperkirakan panjangnya pemboran Panas Bumi 2000 m kebawah tanah, jika seandainya panas energi terbarukan ini meledak atau bocor kemana-mana dan akan timbul bocoran di luar daerah sekitar Gunung Tampomas.  

Sudah cukuplah Sumedang berkorban dengan Waduk Jatigede untuk kepentingan Listrik negara, dimana pendiri trah peninggalan Sumedanglarang ditenggelamkan, begitu juga ribuan hektar sawah subur, hektaran tegalan/hutan yang mempunyai ribuan pohon-pohon ratusan tahun yang subur sebagai resapan air dan penghasil O2, belum lagi jeritan rakyat kecil tiada berdaya ketika pembayaran ganti rugi dan ratusan rumah-rumah mereka ditenggelamkan walaupun hati berat mereka terpaksa menghuni pemukiman baru sebagai tempat tinggal ditenggelamkan hanya untuk kepentingan energi listrik terbarukan ini. Walaupun listriknya hanya untuk kepentingan para kapitalis di kota-kota Besar. Akankah Negara ini dibawa kearah "Negara Kapitalisme", gejala-gejalanya sudah nampak dan jelas.   

Belum lagi pemanfaatan Gunung Tampomas seperti pemanfaatan galian c acapkali menimbulkan gejala kerawanan sosial di sekitar galian seperti terganggunya lalu lalang Truk-truk yang melebihi tonase sehingga membuat jalan-jalan rusak disekitar areal galian, dan jalan-jalan yang dilaluinya. Karena kesal penduduk Ujung Jaya  membangun portal permanen untuk menghadang mobil tronton besar yang melalui jalan Raya Cijelag - Cikamurang dan akhirnya mobil truk tronton dialihkan menuju jalan tol Cipali - Kertajati (19/12/2015).

Sejak energi berbahan bakar fosil diisukan mulai menipis, khalayak mulai mempertanyakan banyak hal; Lalu, bagaimana kita hidup? Banyak jawaban yang ditawarkan. Di antaranya adalah dengan menghemat bahan bakar fosil tersebut dan mencari sumber energi alternatif.

Menghemat bahan bakar fosil. Sejenak merupakan kebijakan yang sempurna. Akan tetapi, sikap itu kurang menyelesaikan masalah. Apalagi untuk jangka panjang. Hal ini disebabkan karena bahan bakar tersebut (minyak bumi dan batubara) lama-kelamaan akan habis. 

Alhasil, kepesimisan ini memaksa manusia untuk memikirkan alternatif kedua, yakni mencari sumber energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif adalah energi geothermal atau energi panas bumi.

Energi geothermal adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Panas ini bernilai sangat besar karena setiap penurunan 100 meter akan terjadi kenaikan suhu sebesar 3 Celcius di sekitar kawasan Tampomas. Panas bumi tertinggi terdapat dalam inti bumi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa energi yang dihasilkan pun akan banyak juga. Pemilihan energi panas bumi sebagai sumber energi alternatif merupakan pilihan yang tepat. Pernyataan tersebut bukan tidak beralasan karena telah banyak negara-negara seperti Amerika Serikat dan Kanada yang menggunakan energi panas bumi untuk mencukupi kebutuhan energi mereka. Beberapa pemanfaatan energi tersebut antara lain adalah untuk memanaskan ruangan agar tetap bersih (steril) dengan cara ekonomis, energi pemompaan, dan yang lebih penting lagi adalah menyediakan kebutuhan akan energi listrik. Selain itu, geothermal bisa dijadikan salah satu solusi ketergantungan kita pada energi fosil.

Ada beberapa alasan mengapa pebisnis usaha terbarukan energi geothermal seperti : Chevron, disamping untuk pemanfaatan Gas Bumi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :  




1. Potensi Energi Geothermal Sangat Besar
Negara Indonesia dilewati sekitar 20% panjang sabuk api (ring of fire). Jalur ini merupakan jalur dimana gunung api banyak dijumpai. Dari gunung-gunung api inilah sumber panas diperoleh. Energi akan terus ada.

2. Kemudahan Teknologi
Energi geothermal merupakan energi yang dihasilkan oleh panas bumi. Panas atau suhu tinggi ini sangat mudah dimengerti sebagai sumber energi. Akan tetapi, perlu adanya transformasi energi ke dalam bentuk energi lain sehingga siap pakai. Saat ini teknologi pemanfataan geothermal sudah ada. namun karena Indonesia termasuk daerah tropis kebutuhan panas ini tidak banyak diperlukan. Jusru kebutuhan pendingin yang diperlukan dan yang diperlukan di Indonesia ini terutama adalah untuk penerangan dan transportasi.

Penerangan di Indonesia hampir 100% mempergunakan listrik. Teknologi konnversi energi panas (steam) menjadi energi listrik sudah terbukti dimana-mana sehingga secara teknologi tidak ada masalah dengan pemanfaatan energi geothermal ini. Juga kebutuhan untuk penerangan dan transportasi jelas ada di Indonesia. Kereta Api listrik di Jakarta sudah sejak lama memanfaatkan listrik sebagai sumber penggeraknya. Hal ini tentunya juga akan sangat mungkin untuk memanfaatkan geothermal sehingga dipergunakan sebagai energi pembangkit energi listrik juga untuk kebutuhan industri (lapangan kerja).

3. Menyelamatkan Lingkungan
Pemanfaatan energi geothermal atau secara real dalam bentuk pembangkit listrik bersifat ramah lingkungan, tidak memberikan kontribusi pada efek rumah kaca??  Hal ini disebabkan karena Pembangkit energi geothermal tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan listrik sehingga level emisinya sangat rendah.

4. Tidak Membutuhkan Pasokan Bahan Bakar
Lokasi pembangkit listrik untuk energi panas bumi tidak memerlukan area yang luas, setelah dilakukan pembandingan capacity factor, ternyata pembangkit listrik yang mempunyai capacity factor tertinggi adalah pembangkit listrik tenaga geothermal (PLTG).

Dampak negatif :

Meski memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa kelemahan energi panas bumi. Kekurangan ini dapat mempengaruhi atau semua tiga tahap produksi-pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi :

Mungkin kelemahan terbesar tenaga panas bumi adalah bahwa tidak membangun pembangkit listrik panas bumi di mana saja yang diinginkan.  untuk itu memerlukan lokasi yang tepat mengandung batuan panas. Setelah itu tidak semua batuan ini bisa dibor karena terlalu keras. Batuan ini juga harus memiliki kedalaman yang memungkinkan untuk di bor.

Ada juga risiko lain untuk dipertimbangkan, kadang-kadang sebuah lokasi panas bumi memungkinkan untuk dibor akan tetapi sudah kehabisan tenaga uap. Bisa jadi hal ini terjadi ketika musim kering berlangsung untuk waktu yang lama. 

Kerugian terakhir menyangkut potensi bahaya energi panas bumi. Ketika dilakukan pengeboran kedalam tanah dan yang dapat ditambang bisa jadi ini juga berarti bahwa ada kemungkinan zat-zat lain yang tidak ramah lingkungan bisa juga terikut. Gas dan mineral berbahaya dapat merembes dari bawah tanah dan sangat sulit menemukan cara untuk membuang zat ini dengan aman ke lingkungan sekitar.

Timbulnya keresahan masyarakat, terjadinya gangguan kamtibmas, menurunnya kesehatan masyarakat dan kekhawatiran menjalani kehidupan di bawah bayang-bayang ancaman bencana longsor, gas beracun, amblasan, kekeringan, kebakaran dan serba ketidakpastian tanpa akhir.

 1. Biaya modal yang tinggi. Pembangunan pembangkit listrik geothermal memerlukan biaya yang besar terutama pada eksploitasi dan pengeboran.

2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan.


Kerugian dengan energi geothermal:

Meskipun demikian, pembangkit listrik tenaga geothermal dapat dibangun dengan sedikit emisi. Pembangunan pembangkit tenaga geothermal mempengaruhi kestabilan tanah di beberapa daerah. Hal ini terjadi ketika air diinjeksikan ke lapisan batuan kering ketika di sana tidak ada air sebelumnya. Uap kering dan uap dalam skala kecil juga membebaskan dalam level rendah gas karbon dioksida, nitrit oksida, sulfur meskipun hanya sekitae 5% dari level jika menggunakan bahan bakar fosil.


Kesimpulan dan Saran 

Berdasarkan data Ditjen SDA Kementerian PU (saat ini bernama Kementerian PUPR), pada kurun waktu 2005 hingga 2009, ada 11 waduk yang telah dibangun diantaranya adalah bendungan Kedungbrubus di Jawa Timur dengan kapasitas 2,03 juta meter kubik, Bendungan Lodan dan Panohan di Jawa Tengah dengan kapasitas masing-masing 5,4 juta m/3 dan 0,79 juta m/3.

Ada pula Bendungan Keuliling di Aceh dengan kapasitas 15,68 juta m/3, Bendungan Telaga Tunjung dan Benel di Bali dengan kapasitas masing-masing satu juta meter kubik dan 1,36 juta meter kubik.

Sementara pada periode 2010 hingga 2014, Bendungan yang dibangun antara lain Bendungan Gonggang di Jawa Timur dengan kapasitas 1,9 juta meter kubik, Bendungan Rajui di Aceh 2,64 juta meter kubik, Bendungan Payaseunara di Aceh 0,93 juta m/3, dan Bendungan Marangkayu di Kalimantan Timur 9,3 juta meter kubik.


Waduk Jatigede hanya salah satu dari 49 waduk yang ditargetkan bakal dibangun pemerintah Jokowi-JK selama 5 tahun ke depan. Bendungan Jatigede di Jawa Barat dengan kapasitas 979 juta meter kubik, Bendungan Jatibarang di Jawa Tengah 13,6 juta meter kubik, Bendungan Bajulmati di Jawa Timur 7,5 juta meter kubik, Bendungan Bendo di Jawa Timur 33,45 juta meter kubik, Bendungan Titab di Bali 10,8 juta meter kubik, dan Bendungan Pandanduri di NTB 25,93 juta meter kubik.‎ Untuk keperluan Listrik dan Irigasi.

Jika seandainya pembangunan energi terbarukan akan dikembangankan lagi di kabupaten Sumedang, ada alternatif lain misalnya pembangunan listrik tenaga Angin ataupun Solar Cell pada lahan tidur yang tak terpakai ataupun lahan kurang subur ada di wilayah Kabupaten Sumedang yang ramah lingkungan (Go Green), janganlah gunung tampomas disuntik untuk "ngahudangkeun maung nu keur sare" (membangunkan harimau yang lagi tidur) begitulah pepatah para sesepuh sumedang. Lebih bagus direklamasi kembali dengan pemanfaatan lahan bekas galian untuk pertanian ataupun reboisasi bekas lahan galian C. Bila perlu tutup penambangan galian C di Gunung Tampomas untuk generasi warga Sumedang yang akan datang seperti hal Gunung Galunggung di Tasikmalaya. (Dediesmd)

Sumber :
===============================
- Bahan kuliah Panas Bumi Teknik Fisika ITB
- Sumber bacaan blog dan penelitian online.

Baca Juga :

Tidak ada komentar