Nyucruk Galur Mapay Laratan Rundayan Kerajaan Sumedanglarang (Kaopat)

• KARATON SUMEDANGLARANG.

Pada tahun 1950 merupakan akhir rangkaian para bupati keturunan leluhur Sumedang dari masa Pangeran Rangga Gede sampai masa Tumenggung Muhamad Singer 1950. Sejak tahun 1950 Bupati dipilih melalui DPR, bukan seperti masa sebelumnya yang diturunkan secara turun menurun kepada keturunan leluhur Sumedang.

Seperti diceritakan diatas Pangeran Aria Soeria Atmadja mewakafkan barang-barang peninggalan leluhurnya. Setelah para ahli waris menerima barang-barang secara resmi dari Bupati yang sah dan dikukuhkan oleh Pengadilan Negeri, maka para ahli waris mendirikan Yayasan Pangeran Aria Soeria Atmadja (YPASA) dengan akte Notaris Mr. Soedja 28 April 1950 No. 59 yang kemudian YPASA pada tahun 1955 berganti nama menjadi Yayasan Pangeran Sumedang dengan akte notaries Tan Eng Kiam 21 April 1955.

Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum. Karena banyak sekali benda-benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum Wargi-YPS didirikan, yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang saja.

Seiring berjalannya waktu Museum Wargi–YPS ternyata mendapat respon yang baik dari para wargi Sumedang demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena lokasi Museum Wargi –YPS ini sangat strategis sekali, karena letak museum tepat dipusat Kota Sumedang, berada dalam satu kompleks dengan kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Sumedang dan Kantor Bupati Sumedang yang bersebelahan dengan “Gedung Negara” adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang.

Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran Sumedang”.


A. MUSEUM DARI MASA KE MASA

Pada awal berdirinya tahun 1973 Museum Prabu Geusan Ulun memiliki dua buah gedung, yaitu Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung yang digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka peninggalan leluhur Sumedang dan senjata lainnya. Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka.

Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan 1993, Gedung kedua atau Gedung Utama adalah Gedung Gamelan yang dibangun pada tahun 1973 sumbangan dari Bapak Ali Sadikin, Gubenur DKI pada saat itu.

Pada tahun 1982 Museum Prabu Geusan Ulun bertambah dua buah gedung yaitu gedung Srimanganti dan Bumi Kaler, yang sebelumnya gedung Srimanganti sejak masa Dalem Aria digunakan sebagai kantor pemerintah sedangkan gedung Bumi Kaler digunakan sebagai tempat tinggal keturunan leluhur Sumedang.

Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya kolonial, kata Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara). Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya. Pada tahun 1982 dan 1993 Gedung Srimanganti di Rehabilitasi.

Gedung keempat Museum Prabu Geusan Ulun adalah Gedung Bumi Kaler merupakan bangunan berbentuk rumah panggung dan beberapa kali mengalami rehabilitasi pada tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Pada tahun 1997 Museum Prabu Geusan Ulun bertambah dua buah gedung baru yaitu Gedung Pusaka dan Kareta.


B. MUSEUM PELESTARI BUDAYA KARATON

Sejak awal berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun mempunyai tujuan sebagai tempat pelestarian seni budaya dan adat istiadat Sumedanglarang. Nilai sejarah yang terkandung di setiap benda-benda peninggalan leluhur Sumedang perlu dipelihara secara baik agar tetap lestari, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengkajian, studi, eksperimen dan perluasan informasi agar terjadi terus kesinambungan nilai-nilai sosial kultural leluhur Sumedang.

Sehingga kebudayaan dan peradaban generasi terdahulu dapat terus diwariskan, disempurnakan dan dikembangkan. Oleh kerena itu tugas Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS begitu kompleks bukan hanya untuk memelihara nilai-nilai budaya, juga harus dapat diteruskan kepada generasi muda atas nilai-nilai budaya tersebut. Dari realisasi tugas tersebut setiap hari minggu rutin diadakan latihan Tari Klasik, Pencak Silat, Gamelan dan lain sebagainya. Selain itu juga setiap bulan Maulud diadakan acara “Ngumbah Pusaka dan Kirab Pusaka Leluhur Sumedang”.

Museum Prabu Geusan Ulun tercatat di Internasional Council of museum (ICOM) Asia Pasifik sejak tahun 1993.


C. EKSISTENSI KARATON SUMEDANGLARANG SEBAGAI PUSAT PELESTARIAN BUDAYA.

Berdasarkan lintasan sejarah Jawa Barat bahwa di Sumedang pernah berdiri sebuah kerajaan besar yang bernama Sumedanglarang dan sebagai penerus dari kerajaan Pajajaran (baca bab Sumedanglarang) dan peninggalan2 dari leluhur Sumedang, sehingga keberadaan Karaton Sumedanglarang diadakan kembali yang sebelumnya sejak akhir dari bupati keturunan Sumedang keberadaan Karaton hilang.

Ekstensi yang ditampilkan oleh Karaton Sumedanglarang tercatat sebagai anggota Forum Komunikasi dan Informasi Keraton se Nusantara (FKIKN) dan sebagai Dewan Pembina di Assosiasi Kerajaan Karaton Indonesia (AKKI).

Keberadaan Karaton Sumedanglarang tampil di kancah nasional maupun internasional melalui pameran benda-benda Karaton (Court Arts Of Indonesia) di Rotterdam Belanda tahun 1992, Pameran Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS) di New York tahun 1993, Pameran Dunia Islam di Australia tahun 2005 dan ikut serta sebagai peserta sejak tahun 1997 dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.

Keberadaan Karaton Sumedanglarang berbeda dengan Karaton Sumedanglarang dahulu yang dipimpin oleh seorang Raja/Prabu, sedangkan Karaton Sumedanglarang sekarang dipimpin oleh seorang Ketua Pemangku Adat.

Karaton Sumedanglarang sekarang berfungsi sebagai Pemangku adat masyarakat Sumedang menpersatukan pikiran dan tindakan anggota masyarakat adat yang berorientasi kepada kebudayaan dan kepariwisataan dalam kesatuan tekad untuk melaksanakan penelitian, penggalian, pelestarian, pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata serta menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat adat Kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan warisan budaya dan wisata budaya serta nilai-nilai budaya daerah, yang menjadi warisan masing-masing sebagai pendukung sektor kepariwisataan bangsa Indonesia.


MASA PEMERINTAHAN RAJA SUMEDANGLARANG DAN BUPATI SUMEDANG

I. MASA KERAJAAN.

1. Prabu Guru Aji Putih (Raja Tembong Agung) 696 - 721 M
2. Batara Tuntang Buana / Prabu Tajimalela. 721 - 778 M
3. Jayabrata/Prabu Lembu Agung 778 - 893 M
4. Atmabrata/Prabu Gajah Agung. 893 - 998 M
5. Jagabaya/Prabu Pagulingan. 998 - 1114 M
6. Mertalaya/Sunan Guling. 1114 – 1237 M.
7. Tirtakusuma/Sunan Tuakan. 1237 – 1462 M.
8. Sintawati/Nyi Mas Ratu Patuakan 1462 – 1530 M
9. Satyasih/Ratu Inten Dewata Pucuk 1530 – 1578 M. (kemudian digantikan oleh Pangeran Santri)
10. Png. Kusumahdinata II/Prabu Geusan Ulun 1578 – 1601 M


II. MASA BUPATI PENGARUH MATARAM.

11. Pangeran Suriadiwangsa/Rangga Gempol I 1601 – 1625 M
12. Pangeran Rangga Gede/Kusumahdinata IV 1625 – 1633 M
13. R. Bagus Weruh/Pangeran Rangga Gempol II. 1633 – 1656 M
14. Pangeran Panembahan/Rangga Gempol III 1656 - 1706 M

III. MASA PENGARUH KOMPENI VOC.

15. Dalem Adipati Tanumadja. 1706 – 1709 M
16. Pangeran Karuhun/Rangga Gempol IV 1709 – 1744 M
17. Dalem Istri Rajaningrat 1744 – 1759 M
18. Dalem Adipati Kusumadinata VIII 1759 – 1761 M
19. Dalem Adipati Surianagara II 1761 – 1765 M
20. Dalem Adipati Surialaga. 1765 – 1773 M

IV. MASA BUPATI PENYELANG/PENGGANTI.

21. Dalem Adipati Tanubaya 1773 – 1775 M
22. Dalem Adipati Patrakusumah 1775 – 1789 M
23. Dalem Aria Sacapati. 1789 – 1791 M

V. MASA PEMERINTAHAN BELANDA.

24. Pangeran Kusumadinata IX 1791 – 1828 M
25. Dalem Adipati Kusumayuda 1828 – 1833 M
26. Dalem Adipati Kusumadinata X . 1833 – 1834 M
27. Tumenggung Suriadilaga 1834 – 1836 M
28. Pangeran Suria Kusumah Adinata 1836 – 1882 M
29. Pangeran Aria Suriaatmadja 1882 – 1919 M
30. Dalem Adipati Aria Kusumadilaga 1919 – 1937 M
31. Tmg. Aria Suria Kusumahdinata/Dalem Aria. 1937 – 1946 M

VI. MASA REPUBLIK INDONESIA

32. Tmg. Aria Suria Kusumahdinata/Dalem Aria. 1945 – 1946 M
33. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1946 – 1947 M
34. R. Tumenggung Mohammad Singer. 1947 – 1949 M
35. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1949 – 1950 M
(Bupati terakhir keturunan langsung leluhur Sumedang)

------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA :
• Perpustakaan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
• Het Paradijs Van Java.
• Catatan Sejarah Leluhur Sumedang, Pangeran Aria Soeria Atmadja.
• Natanagara, R. A. V.A. 1935. “Sejarah Sumedang”.
• Widjajakoesoemah, Drs.Asikin .1960. “Runcatan Sajarah Sumedang”.
• Anwas Adiwilaga, Prof.Ir. 1975. Sejarah Jawa Barat (sekitar permasalahannya) Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional, Jabar.
• Atja, Drs. & Didi Suryadi, Drs. 1972. Kitab Waruga Jagat, Lembaga Kebudayaan Universitas Pajajaran (LKUP), Bandung.
• Said Raksakusumah, Drs. H. 1973. Kitab Pacakaki Masalah Karuhun Kabeh, LKUP. Bandung
• Sejarah Leluhur Sumedang Hanjuang, 1977. Museum Prabu Geusan Ulun.
• Atja, Drs & Saleh Danasasmita, Drs. 1981. Carita Parahiyangan (Transkripsi, Terjemahan dan komentar) Proyek Pengembangan Permuseuman Jabar.
• Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat, Prop. Jawa Barat. 1983 . Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat jilid 1 s/d 4.
• Surianungrat, Drs. Bayu. 1983. Sejarah Kabupatian I Bhuni Sumedang 1550 – 1950.
• Kartadibrata, R. M. Abdullah. 1988. Riwayat Kanjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja.
• Kartadibrata, R. M. Abdullah. 1989. Brosur Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.
• Kartadibrata, R. M. Abdullah. 1989 Kumpulan Data-data Gedung.
• Ekadjati, Drs. Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung Lembaga Kebudayaan Unpad.
• Lubis. M.S, Dr. Hj. Nina H., 2000. “Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat”.
• Lubis. M.S, Dr. Hj. Nina H., 2003. “Sejarah Tatar Sunda”.
• Sanusi, Kyai H. Anwar, 2008. “Sejarah Pondok Pesantren Asyrofuddin”.
• Djatisunda, Anis. 2008. Fenomena Keagamaan Masa Sunda Kuna Menurut Berita Pantun dan Babad” dalam seminar “Revitalisasi Makna dan Khasanah Situs Sindang Barang”. Bogor 19 – 20 April 2008. Belum terbitkan.
• Ider Alam, W.D. Dharmawan. 2008. Riwayat Raja-Raja Sumedanglarang.
• Nara Sumber para Juru Kunci Makam Leluhur Sumedang.
• Nara Sumber Silsilah Asahan Teas.
• Nara Sumber Silsilah Museum Prabu Geusan Ulun.

Baca Juga :

Tidak ada komentar