Sampurasun
Mencari informasi tentang siapakah Singa Wadana yang makamnya berada di dusun Paseh RT 01 RW 02, Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, penulis bersama ibu Omah menemui Pak Acep tokoh masyarakat setempat yang tinggal di lingkungan Parigi dan ayahnya dulu Aki Emis almarhum adalah Kuncen di makam Singa Wadana, sebelum kuncen yang sekarang yaitu Pak Uu.
Kebetulan Pak Acep yang rumahnya ada di Jalan Parigi Panyindangan Desa Margamukti Kecamatan Sumedang Utara masih famili dekat dengan Ibu saya Suharyati Sumamihardja almarhumah, namun Pak Acep sendiri tidak mengetahui lebih jauh sejarah tentang Singa Wadana semasa hidupnya, dan mendapat sedikit keterangan dari Pak Acep.
Makam Singa Wadana berada dekat dengan pohon beringin besar, menurut keterangan yang saya dapatkan makam Singa Wadana dulunya berada dekat pohon beringin tersebut, tak nampak lagi adanya batuan pondasi jirat makam, namun masih bisa dilihat adanya batu nisannya yang berada terhalang oleh akar-akar pohon beringin besar itu.
Di samping jirat makam diluar makam Singawadana yang ada dalam akar beringin ada pula jirat makam yang kelihatan baru yaitu makam Makam Rangga Wulung dan Makam Sekar Wulan, saya sendiri tidak tahu silsilahnya.
"Dulu makam yang ada di lokasi hanya satu makam saja yaitu makam Singa Wadana saja," Kata Pa Acep ketika saya temui di rumahnya.
Batu Nisan Singa Wadana berada dalam Akar Pohon Beringin Besar Ini |
Makam Singa Wadana berada dekat dengan pohon beringin besar, menurut keterangan yang saya dapatkan makam Singa Wadana dulunya berada dekat pohon beringin tersebut, namun sekarang tidak tampak lagi adanya batuan jirat makamnya, dan yang masih bisa dilihat adanya batu nisannya yang berada terhalang oleh akar-akar dalam pohon beringin besar itu.
Di luar makam Singawadana yang ada dalam akar pohon beringin itu, ada pula jirat makam yaitu makam Rangga Wulung dan makam Sekar Wulan, saya sendiri tidak tahu silsilahnya.
"Dulu makam yang ada di lokasi hanya satu makam saja yaitu makam Singa Wadana saja," Kata Pa Acep ketika saya temui dirumahnya.
Singa Wadana atau Raden Singamanggala adalah putra ke 7 dari ke 29 putra-putrinya Pangeran Rangga Gede dan isterinya Nyi Asidah putrinya Sutra Bandera atau Sastra Pura Kusumah yang makamnya berada di Sagara Manik Desa Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan.
Singa Wadana atau Raden Singamanggala adalah adik dari Raden Bagus Weruh atau Rangga Gempol 3.
Sedikit sekali yang saya dapatkan mengenai Sejaran Singa Wadana semasa hidupnya, namun dalam Buku Sejarah Sumedang Sambungan V.A tahun 1935 karangan Raden Asikin Natanagara dan Buku Sejarah Kabupaten 1 Bhumi Sumedang 1550–1950, karangan Bayu Surianingrat tahun 1983, bahwa Raden Singawadana atau Raden Singamanggala adalah saksi hidup ketika peristiwa penyerangan mesjid Tegalkalong tanggal 15 Nopember 1678, karena Raden Singamanggala, Raden Bagus, Raden Tanusuta ditawan oleh Cilik Widara atau Ngabehi Sacaparana. Kutipan peristiwa penyerangan tersebut diceritakan sebagai berikut :
"Tiga bulan kemudian setelah pasukan Banten mundur, pada 8 September 1678, Kesultanan Banten mengirimkan pasukan sebanyak 10 kapal yang membawa 1000 prajurit untuk menyerang lagi Sumedang.
Tanpa ada perlawanan pasukan Banten berhasil memasuki muara Ciparagi, Ciasem dan Pamanukan. Daerah-daerah itu dihancurkan. Bupati Pamanukan Wangsatanu, terkepung. Bupati Ciasem, Raden Imbawangsa, yang juga saudara sepupu Pangeran Panembahan, ditawan dan kemudian di bunuh.
Untuk menuju Sumedang, pasukan Banten dibantu oleh pasukan dari Bali yang dipimpin oleh Cilikwidara dan Cakrayuda atau Gagak Pranala, menantunya Tumenggung Wiraangun-angun, bupati Bandung. Turut membantu Banten juga Bupati Sukapura. Gabungan berbagai kekuatan itu mengepung Sumedang pada akhir bulan Ramadhan dan mereka menyerang Sumedang saat lebaran yang bertepatan pada hari Jumat, tepatnya tanggal 18 Nopember 1678. Rakyat dan pembesar Sumedang yang sedang berada di Masjid Tegalkalong banyak yang gugur.
Pembesar Sumedanglarang yang gugur di antaranya : Pangeran Tumenggung Tegalkalong, Jagatsatru Aria Santapura, Sacapati, Raden Dipa, Mas Alom dan Nyi Mas Bayoen. Sebagian keluarga Pangeran Panembahan ditawan, yaitu : Raden Singamanggala, Raden Bagoes, Raden Tanoesoeta, sedangkan Pangeran Panembahan sendiri berhasil lolos dari Sumedang. Atas kekalahan ini Pangeran Panembahan meloloskan diri dan meninggalkan Sumedang menuju ke Indramayu pada bulan Februari 1679.
Sebagai konsekuensi atas kemenangannya, Sumedang dikuasai oleh Banten. Oleh Kesultanan Banten diangkatlah Cilikwidara sebagai wakil Sultan Banten di Sumedang dengan gelar Ngabehi Sacaprana. Diangkat menjadi wakilnya adalah Tumenggung Wiraangun-angun dengan gelar Aria Satjadiraja.
Singawadana adalah salah seorang wadana di wilayah Sumedang masa pengaruh Mataram ketika Raden Bagus Weruh atau Dipati Rangga Gempol 2 atau Pangeran Kusumahdinata 5, bupati antara 1633-1656, yang berkuasa pada masa pengaruh Mataram. Dan ketika Raden Bagus Weruh atau Dipati Rangga Gempol 2 sampai dengan Pangeran Panembahan atau Dipati Rangga Gempol 3 atau Pangeran Kusumahdinata V, Bupati Sumedang antara 1656-1706, jabatan Wedana Bupati dihapuskan dan selanjutnya para bupati bertanggung jawab langsung kepada Sultan Mataram.
Singawadana yang tidak lain adalah Raden Singamanggala, adalah salah satu anak dari 29 putra-putrinya Pangeran Rangga Gede, dan silsilahnya berdasarkan data Rukun Wargi Sumedang atau YPS file, adalah sebagai berikut :
Generasi ke 1
Pangeran Santri atau Ki Gedeng Sumedang atau Kusumahdinata 1, mempersunting Nyimas Setyasih atau Ratu Inten Dewata atau Ratu Pucuk Umun Sumedang, mempunyai salah satu anak dan anak pertama yaitu Pangeran Angka Wijaya atau Prabu Geusan Ulun, makamnya di Dayeuh Luhur Kecamatan Ganeas
Generasi ke-2
Pangeran Angka Wijaya atau Prabu Geusan Ulun atau Koesoemahdinata 2 mempersunting isteri pertama nyimas Gedeng Waru atau Nyimas Sari Hatin, putrinya Raden Hasata atau Sunan Pada, mempunyai anak 12, salah satunya : Pangeran Rangga Gede atau Kusumahdinata 3, makamnya di lingkungan Panday, Kelurahan Regolwetan Kecamatan Sumedang Selatan
Generasi ke-3
Pangeran Rangga Gede atau Koesoemahdinata 3, mempunyai anak diantara 29 putra-putrinya, yaitu : Raden Singgamanggala atau Dalem Singawadana.
Generasi ke-4
Raden Singamanggala atau Dalem Singawadana mempunyai 9 anak, yaitu : anak ke 1 Raden Singamanggala 2, anak ke 2 Kiai Singadiwangsa, anak ke 3 Kiai Kertamanggala, anak ke 4 Kiai Paranamanggala, anak ke 5 Kiai Wangsakerta, anak ke 6 Nyimas Adjeng, anak ke 7 Nyimas Ante, anak ke 8 Nyimas Baros, dan anak ke 9 Kiai Abdoel Moetolib atau Syekh Bangkir
Generasi ke-5
- Raden Singamanggala 2, mempunyai 6 orang anak, yaitu : anak ke 1 Raden Singamanggala 3, anak ke 2 Mas Djajakoesoemah, anak ke 3 Kiai Wangsamerta, anak ke 4 Kiai Singamerta, anak ke 5 Kiai Bagoes, anak ke 6 Kiai Wangsakerta
- Kiai Singadiwangsa, mempunyai 4 orang anak, yaitu : anak ke 1 Raden Haji Adnan, anak ke 2 Sarpijem, anak ke 3 Haji Darmi, anak ke 4 Dinyep
- Kiai Kertamanggala blank data keturunannya.
- Kiai Paranamanggala blank data keturunannya.
- Kiai Wangsakerta, blank data keturunannya.
- Nyimas Adjeng mempunyai anak : Raden Sariamanggala
- Nyimas Ante, mempunyai anak : anak ke 1 Nyimas Ratna, anak ke 2 Nyimas Radja, anak ke 3 Nyimas Bunder, anak ke .4 Nyimas Moelya, anak ke 5 Mas Tjandramanggala, anak ke 6 Kiai Soerabaya, anak ke 7 Kiai Soemadipa, anak ke 8 Kiai Moehamad Sajid, anak ke 9 Kiai Poeradiredja, anak ke 10 Nyimas Sampan, anak ke 11 nyimas Moernata, anak ke 12 Nyimas Ander, anak ke 13 Nyimas Tarum, dan anak ke 14 Nyimas Gender.
- Kiai Abdoel Moetolib atau Syekh Bangkir mempunyai seorang anak, yaitu Mas Tjandradipa
Salam Santun.
1. Sejarah Sumedang (Sambungan V.A 1935) Karangan R. A Natanagara, hal 7.
Assalamu'alaikum. Mohon pencerahan dan infonya. Makam Mas Tjandramanggala bin Nyi Mas Ante itu ada dimana ? Dan siapa sajakah keturunan beliau ?
BalasHapus