Lokasi Makam Haris Darma atau Haji Abidin Muja Hairi di Limbangan disebutnya makam Mbah Khotib, berada di lokasi makam Leuwi Karet di Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut.
Mandala Padepokan Tembong Agung awal didirikan oleh Aria Bimaraksa dan Aji Putih 678 masehi di Citembong Agung Girang Kecamatan Ganeas Sumedang, kemudian pindah ke Kampung Muhara Desa Leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja dan statusnya berubah dari Kemandalaan menjadi Kerajaan Tembong Agung.
Prabu Guru Aji Putih merupakan putra Ratu Komara keturunan dari Wretikandayun. Prabu Guru Aji Putih hasil pernikahan dengan Dewi Nawang Wulan atau Ratna Inten memiliki empat orang putra; yang sulung bernama Brata Kusuma atau Batara Tuntang Buana yang dikenal juga sebagai Prabu Tajimalela, yang kedua Sakawayana alias Aji Saka, yang ketiga Haris Darma dan yang terakhir Jagat Buana yang dikenal Langlang Buana
Brata Kusuma dipanggil oleh Prabu Aji Putih ayahnya, kemudian pada saat terang bulan dinobatkan menjadi Pemangku Kerajaan Tembong Agung dengan gelar Prabu Tajimalela. Menikah dengan Rangga Wulung putri Adinata dari isterinya Sari Ningrum, selanjutnya mengganti nama kerajaan menjadi Sumedang Larang.
Di awal kekuasaannya mengangkat pejabat-pejabat kerajaan dari lingkungan keluarga. Kedudukan patih dijabat oleh pamannya sendiri yaitu Astajiwa dan sejumlah menterinya terdiri dari saudara-saudaranya.
Sakawayana atau Zainal Mustopa atau Mbah Jalul menjadi mangkubumi di daerah sekitar Gunung Tampomas. Harisdarma atau Mbah Khotib atau Haji Muja Hairi menjadi mangkubumi daerah di sekitar Cipancar Girang Limbangan Garut, meneruskan Prabu Wijaya Kusuma karena isterinya Mulyasari putra ke 2 Prabu Wijaya Kusuma dari isterinya Dewi Lenggang Kancana, yang yang makamnya di lokasi Komplek makam Sunan Cipanncar dan berdampingan dengan Makam Mbah Khotib Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut. Sedangkan Langlangbuana atau Jagat Buana menjadi mangkubumi di daerah Lemah Putih kemudian menjadi pengabdi Kerajaan Galuh.
Pembagian tugas dan wewenang memperlihatkan sistem yang dibangun Prabu Tadjimalela adalah sistem monarki konstitusional, dimana Mangkubumi bertanggung jawab langsung kepada raja. Pemerintahan yang paling rendah adalah kepala dukuh, kedudukannya sebagai pemimpin kampung.
Prabu Tajimalela mempunyai tiga orang putra yaitu: yang pertama Jayabrata atau Prabu Lembu Agung, yang kedua Atmabrata atau Bagawan Batara Wirayuda yang dikenal sebagai Prabu Gajah Agung, dan yang terakhir Marija Jaya atau Batara Dikusuma dikenal sebagai Sunan Ulun yang kelak akan meneruskan Mangkubumi dan Penatagama di Cipancar Girang Limbangan menggantikan Harisdarma atau Haji Muja Hairi atau Mbah Khotib.
Kerajaan Sumedang Larang didirikan oleh Prabu Tajimalela di bekas Kerajaan Tembong Agung. Sebelum menjadi Kerajaan Sumedang Larang, dikenal juga dengan sebutan Kerajaan Himbar Buana.
Lihat Pula Denah Makam dibawah ini :
Keturunan Prabu Wijaya Kusuma
Prabu Purbasora dari Galuh Pakuan Banjar yang jatuh kerajaannya karena suksesi kerajaan Galuh oleh Sanjaya dari Kalingga Utara, menikah dengan Lenggang Kencana, berputra :
1. Prabu Wijaya Kusuma, makamnya di Cipancar Limbangan Garut
1.1 Prabu Permana Di Kusuma (Pandita Ajar Padang), makamnya di Ciseuma Desa Paku Alam Puncak Damar Darmaraja Sumedang. menikahi Dewi Naganingrum.
1.2. Mulyasari, menikah dengan Sunan Ulun (Mariana Jaya).
1.3. Sintara (Ronggeng), ditikah oleh Astajiwa putra ke 3 dari Dewi Komalasari (Sunan Baeti) dan Aria Bimaraksa.
Makam Lenggang Kencana (isterinya Prabu Wjaya Kusuma) di Pasir Astana Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut |
Makam Pusaka Prabu Wijaya Kusumah / Makam Pusaka Rd. Hindi di Pasir Astana Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut |
2. Wiradi Kusuma (Sunan Pamret), makamnya Cipancar Hilir Sumedang, menikah dengan Siti Putih, berputra :
2.1 Suhasanah, ditikah oleh Usoro, putra ke empat Dewi Komalasari dan Aria Bimaraksa.
2.2 Siti Nurjanah.
2.3 Naga Ningrum, makamnya di Cipancar Hilir Sumedang. ditikah oleh Prabu Permanadi Kusuma (Permana Ajar Padang) putra Prabu Wijaya Kusuma Cipancar Limbangan.
3. Dewi Komalasari (Sunan Pancer / Sunan Baeti - Cipancar Hilir Sumedang), bersuamikan Aria Bimaraksa dari Galuh (716 - 723 M). berputra :
3.1. Prabu Aji Putih.
3.2. Darma Kusuma.
3.3. Asta Jiwa.
3.4. Usuro
3.5. Siti Putih (Nyimas Iwa Panca Kudra), makamnya di Pasir Tanjung Limbangan Garut
3.7. Lenggang Kencana.
1. Prabu Wijaya Kusuma, menikah dengan Lenggang Kencana, berputra :
1.1. Prb. Permana Di Kusuma (Pandita Ajar Padang), makamnya di Ciseuma Desa Paku Alam Puncak Damar Darmaraja Sumedang. menikahi Dewi Naganingrum.
1.2. Mulya Sari, (makamnya Astana Hotib Limbangan Garut), menikah dengan Haris Darma, putra Prabu Guru Aji Putih ke tiga, berputra :
1.1.2 Nyimas Lenggang Sari, yang ditikah oleh Mariana Jaya (Sunan Ulun), berputra :
1.1.2.1 Rangga Buana, menikah dengan Aminah, berputra :
1.1.2.1.1 Raga Mulya.
1.1.2.1.1 Raga Mulya dan menikah dengan Karina, berputra :
1.1.2.1.1.1 Siti Mujenar (Maya Sari)
1.1.2.2 Rangga Kusuma, menikah dengan Rohaeti, berputra :
1.1.2.2.1 Surya Kanta, menikah dengan Siti Mujenar (Maya Sari), berputra :
1.2.1.1.1.1 Miramaya yang kemudian ditikah oleh Prabu Wirajaya atau Sunan Pagulingan, putra dari Prabu Gajah Agung (Atma Brata) dari istrinya Sari Naga Ningrum.
1.3. Sintara (Ronggeng), ditikah oleh Astajiwa
Prabu Guru Aji Putih dari istrinya Nawang Wulang, berputra :
1. Brata Kusuma (Prabu Tajimalela), makomya (petilasan tilem) Gunung Lingga Darmaraja Sumedang. beristrikan Rangga Wulung.
2. Sakawayana (Jalaludin Mustopa / Mbah Jalul), beristerikan Sari Legawa. Makamnya Sakawayana (Jalaludin Mustopa / Mbah Jalul) di Astana Cipaku dekat dengan Prabu Lembu Agung Darmaraja Sumedang.
3. Harisdarma atau Abidin Muja Hairi atau Mbah Khotib, beristrikan Mulyasari.
Makamnya Harisdarma dan Mulyasari berada di Kampung Hotib Limbangan,
4. Jagat Buana (Langlang Buana), beristeri Sari Tejaningrum. Makamnya Jagat Buana di Pasir Astana Limbangan dan Sari Tejaningrum di sampingnya komplek makam Pasir Tanjung Cipancar Limbangan.
3. Harisdarma atau Abidin Muja Hairi atau Mbah Khotib, beristrikan Mulyasari, berputra :
3.1. Hasmada Mustopa.
3.2. Lenggang Sari.
3.3. Lir Hustadi.
Lenggang Sari diperistri oleh Sunan Ulun (Mariana Jaya), putranya ke tiga Prabu Tajimalela. Makamnya Sunan Ulun (Mariana Jaya) dan isterinya Lenggang Sari di Pasir Astana Cipancar Girang Limbangan.
Sunan Ulun menikah dengan Lenggang Sari, berputra :
1. Rangga Buana, yang menikah dengan Aminah putra ke - .3 dari Darma Kusuma dan Siti Nurjanah.
2. Rangga Kusuma, yang menikah dengan Rohaeti, putra no. 2 dari Darma Kusuma dan Siti Nurjanah.
3. Jagat Raksa, yang menikah dengan Siti Ningrum.
4. Pancanata Kusuma menikah dengan Nuryatimah, putra no.4 pasangan Darma Kusuma dan Siti Nurjanah.
5. Mulya Agung menikah dengan Fatimah
Makam Sunan Ulun di Pasir Astana (Komplek Makam Sunan Cipancar Dalam Pagar) Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut |
Makam Nyai Raden Lenggangsari (isterinya Sunan Ulun) di Pasir Astana Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut |
Makam-Makam: Rangga Buana, Jagat Raksa dan Mulya Agung di Pasir Astana Limbangan.
Makam-makam: Rangga Kusuma, Pancanata Kusuma dan Suryakanta di Sempil - Sukasirna Poronggol Limbangan.
Keturunan Sunan Ulun
Rangga Buana menikah dengan Aminah, berputra :
1. Raga Mulya.
2. Sari Fatimah, diperistri oleh Hidayat putra pasangan Hasmada dan Sarinah (turunan Harisdarma), beputra :
- Fatimah
- Hasanah (Banon Pujasari) yang diperistri oleh Prabu Lembu Agung (Jaya Dibrata / Batara Sakti).
Rangga Kusuma menikah dengan Rohaeti, berputra :
1. Sartini
2. Suryakanta.
Surya Kanta menikah dengan Siti Mujenar putra kesatu dari Raga Mulya dan Karina, berputra :
2.1 Miramaya yang diperistri oleh Prabu Pagulingan (Prabu Wirajaya/ Sunan Guling) Raja Sumedanglarang ke 5, putranya Atmabrata / Prabu Gajah Agung. 893 - 998 M
2.2 Anita yang diperistri oleh Hasidi, putranya Jagat Raksa dan Siti Ningrum.
Berdasarkan peta lokasi / denah makam yang ada diatas maka, yang dimaksud Mbah Khotib adalah Haris Darma (Haji Mulya Hairi, putranya Prabu Guru Aji Putih ke tiga, yang beristerikan Mulyasari putra ke 3 Prabu Wijaya Kusuma.
Mbah Khotib adalah Haris Darma (Haji Abidin Muja Hairi), beliau sejaman dengan Prabu Brata Kusuma (Prabu Tajimelela) dan Sakawayana (Jalaludin Mustopa / Jainal Mustopa / Mbah Jalul), sebab Haris Darma, Prabu Brata Kusuma (Prabu Tajimalela) Raja Tembong Agung Sumedang larang 2 Masa pamarentah 721 - 778 M, atanapi abad ka 7 s/d 8 M, adalah kakak sekandung dari Haris Darma (Abidin Muja Hairi). Sakawayana yang menjadi Dalem di wilayah suku gunung Tampomas dan Haris Darma menjadi Dalem di Wilayah Suku Gunung Haruman Limbangan Garut.
Pertanyaan yang timbul kenapa Haris Darma putra Prabu Aji Putih begelar haji? karena menurut "Wawacan Darmaraja", Prabu Aji Putih dan adiknya Darma Kusuma (Mbah Khotib) telah mengenal agama eslam (salamet) yang dikenalkan oleh Syekh Rukmantara dan kemudian belajar agama eslam dari Syekh Rukmantara. Dan begitu pula Prabu Aji Putih dan Darma Kusuma berangkat berhaji ke Tanah Suci melalui pelabuhan tertua di Jawa Barat yaitu Caruban (Cirebon), oleh karenanya sepulangnya dari Mekah, Prabu Aji Putih disebut juga Haji Purwa Darmaraja (orang pertama yang bergela haji di Tembong Agung Darmaraja), yang sehari-harinya tidak tertinggal dengan Tasbeh di tangan sebagai Bintang Kerti.
Pertanyaan yang timbul kenapa Haris Darma putra Prabu Aji Putih begelar haji? karena menurut "Wawacan Darmaraja", Prabu Aji Putih dan adiknya Darma Kusuma (Mbah Khotib) telah mengenal agama eslam (salamet) yang dikenalkan oleh Syekh Rukmantara dan kemudian belajar agama eslam dari Syekh Rukmantara. Dan begitu pula Prabu Aji Putih dan Darma Kusuma berangkat berhaji ke Tanah Suci melalui pelabuhan tertua di Jawa Barat yaitu Caruban (Cirebon), oleh karenanya sepulangnya dari Mekah, Prabu Aji Putih disebut juga Haji Purwa Darmaraja (orang pertama yang bergela haji di Tembong Agung Darmaraja), yang sehari-harinya tidak tertinggal dengan Tasbeh di tangan sebagai Bintang Kerti.
Silahkan dibaca dalam cerita bahasa Sunda di blog dibawah ini yang suka dibacakan pada tanggal 14 muharaman di Cipaku Darmaraja.
https://cipakudarmaraja.blogspot.com/2016/08/mangsa-ngadegna-karajaan-tembong-agung.html
"Hiji waktu jalan kaarifan baris molongpong ti panto Mekah nepi ka pulo Tutung. Jelema arantay-antayan nareangan kaarifan, tapi teu nyaho nu disebut Arif. Pesek eusina ieu ti kawula".
Bukti artepak pekakas adalah Pedang Ki Mastak, gagaman Prabu Brata Kusuma dari Prabu Aji Putih hasil uji laboratorium Logam Bandung bekerja sama Unpad bahwa Pedang Ki Mastak bahan logamnya bukan dari negeri Indonesia melainkan bahan logam dari negeri-negeri Jazirah arab yaitu Damaskus, hal itu diterangkan oleh Kang Lucky Djohari Soemawilaga
https://cipakudarmaraja.blogspot.com/2016/08/mangsa-ngadegna-karajaan-tembong-agung.html
"Hiji waktu jalan kaarifan baris molongpong ti panto Mekah nepi ka pulo Tutung. Jelema arantay-antayan nareangan kaarifan, tapi teu nyaho nu disebut Arif. Pesek eusina ieu ti kawula".
Bukti artepak pekakas adalah Pedang Ki Mastak, gagaman Prabu Brata Kusuma dari Prabu Aji Putih hasil uji laboratorium Logam Bandung bekerja sama Unpad bahwa Pedang Ki Mastak bahan logamnya bukan dari negeri Indonesia melainkan bahan logam dari negeri-negeri Jazirah arab yaitu Damaskus, hal itu diterangkan oleh Kang Lucky Djohari Soemawilaga
Matak pantes ceuk sepuh Cipancar Girang Limbangan jeung Cipancar Hilir Sumedang teh, puseur panyebaran asal muasal. (Ci = Cai, Pancar = pusat / induk asal muasal). dina harti hiji patalian adik lanceuk sageutih pala putra Prabu Purbasora nyaeta : Prabu Wijaya Kusuma Cipancar Girang Limbangan, Wiradi Kusuma (Sunan Pamret) sareng Dewi Komalasari (Sunan Pancer / Sunan Baeti, atawa Sunan Buyut nu ngarundaykeun Raja-raja Sumedanglarang) Cipancar Hilir Sumedang.
Tidak ada komentar
Posting Komentar