Sampurasun...
Pembaca yang budiman
Dalam Ilmu Cipaku Manusia dibedakan menjadi dua, Jelema dan Manusa. Jelema wujudnya bisa saja berbentuk Manusia tapi dalemannya bisa Sato / Hewan, yang buang kotoran sembarangan, kalau manusia buang kotoran ditempatnya, nggak sembarangan. Makin susah mencari manusia teh, kebanyakan wujudnya aja manusa tapi dalemannya sato.
Kalau Manusa mah mipit kudu amit ngala kudu menta, mengambil yang hak nya aja, yang bukan haknya ngak akan berani ngambil, kalau Sato / Hewan makan sesuka hati rumput orang, daun orang lain juga dimakan, kata kasepuhan mah sato mah sagala dihakan, begitu juga yang suka memakan yang bukan hak-nya itulah Sato bukan Manusia. Jadi dalam Terminologi Kabuyutan Cipaku dibagi dua Manusa dan Jelema, Manusa yang berperikemanusiaan, Jelema isinya jelmaan, wujudnya saja Manusia tapi dalamnya bukan Manusia bisa diisi berbagai entitas dari Sato / Hewan, Dedemit, Setan, Siluman, dll. Saat ini kata kasepuhan Kabuyutan Cipaku makin susah mencari Manusa.
Jatigede menjadi Tanda Rancana Alam, bukan Bencana Alam karena Zaman dulu mah tidak ada istilah Bencana Alam, yang ada hanya Rancana Alam, atau Rencana Alam Semesta. Kata kasepuhan Jatigede dikeureuyeuh, Perang Ngeureuyeuh, Eluk Ngeureuyeuh, Jalan But Bet Kaditu Kadieu Tapi Euweuh Nu Make Na, Gedong Sigrong Tapi Mareledong, setelah itu semua terjadi nanti baru Garu Alam muncul karena nanti Bumi akan ditanami kembali, akan tandur kembali, Gunung Gunung Bakal Harudang, Tanah Bakal Ngaruliat, Bibit Unggul Manusa Sajati Dipelak Deui, Salikur, Dua Puluh Punjul Tilu, Nu Tilu Patutunggalan, jadi ya Dua Puluh Satu.
Kalau kita lihat Jalan kaditu kadieu ini Jalan Tol, tidak ada yang menggunakan, mungkin karena jalannya yang dibangun yang di luar Jawa, sedikit yang menggunakan. Gedong Sigrong Mareledong, Gedung Tinggi Kosong Isinya, ini pembangunan Gedung Tinggi Di mana-mana tapi apakah ada yang ngisi??? China sudah mengalami Triple Bubble, Amerika sudah duluan menderita Sub Prime Mortgage Loan Detroit sempat jadi Kota Hantu dan menyatakan Bangkrut, Singapura mulai kosong gedungnya, berlaku di seluruh dunia.
Sejak Jatigede diinisiasi Zaman Belanda Perang Ngeureuyeuh, perang terus terjadi dari Perang Dunia Satu lalu Dua dan sekarang konon hampir Ketiga. Selain Perang Ngeureuyeuh juga Eluk Ngeureuyeuh, Virus terus bermunculan, Virus HIV, Virus Zica, dll. Setelah Eluk maka Gunung Harudang / Gunung Bangun dan Tanah Ngaruliat, Gunung Meletus banyak terjadi, Tanah Ngaruliat yang longsor hampir di semua TV pada saat hujan ada aja yang longsor, belum berita Gempa dimulai yang fenomenal Gempa Aceh, Jogja, Jepang, dll. Setelah fase itu maka akan muncul Garu Alam, Garu ini pembajak tanah, jadi kalau mau menyemai bibit tanah harus digemburkan kembali biar si bibit bisa ditanam.
Menurut kasepuhan bibit yang akan ditanam Salikur, 20 Punjul Tilu, Nu Tilu patutunggalan atau sebenernya satu, jadi 20 + 1, 20 dari 4 x 5, Pandawa Lima di 4 penjuru mata angin, dan 1 sebagai pusatnya. Yang dua puluh ini disebut sebagai Sangiang yang akan membangkitkan Dangiang dimana Zaman akan dikembalikan pada asalnya yaitu Zaman Emas, Zaman Satya Yuga, Zaman Kerta. Nah yang 20 Sangiang akan membangun yang 40, mengapa 40 karena perkampungan Kabuyutan Sunda dahulu 40 orang artinya 10 orang di empat penjuru mata angin, dan 40 orang ini dalam Islam mah jumlah minimal untuk sholat Jumat. Satu kampung / Kabuyutan dihuni 40 orang, atau 40 KK, maka 20 Sangiang x 40 Buyut akan menghadirkan total 20 x 40 = 800 Buyut atau Kabuyutan dan ini yang disebut Salaka Domas atau Arca Domas.
Secara Alami Sudah mulai hadir Program 20 Desa Emas yang digagas Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) Tapi rupanya belum berhasil masih terseok-seok, padahal itu Wangsit Illahiah 20 Desa, 20 Kabuyutan, Satu Kabuyutan diisi 40 KK, maka ada 20 x 40 = 800, itulah yang disebut Sasaka Domas, 800 Kabuyutan, yang akan dibangun oleh Budak Angon, membangunkan 800 Ksatria, Arca Domas di seluruh Nusantara. Budak Angon akan membangunkan DNA Nusantara yang selama ini tertidur lelap, dimulai dengan mencari 20 Sangiang, Pandawa Lima di Empat Penjuru Mata Angin yang nantinya akan melahirkan 800 Paku Alam, 800 Buyut, 800 Kabuyutan yang akan menjadi Juru Selamat Bangsa.
Cipaku / Paku Alam, cikal bakal peradaban dunia, ketika dunia masih dalam satu hamparan benua. Dua Puluh titik koordinat baik Mikro / Jatidiri maupun Makro / Jatigede, sampai sekarang masih berfungsi sebagaimana mestinya dirawat oleh Alam Semesta. Jakarta di Monas, makanya Sukarno bikin Paku Alam, Lingga Hyang sebagai penanda.
Di Bogor di Kebun Raya ada Tetenger Sukarno yang sekarang penuh sampah tidak terawat tapi tetap lestari walaupun kotor dan Jokowi mendekat ke Bogor. Bandung di Bumi Siliwangi UPI sekarang melahirkan Guru-guru, di Kuningan di Gedung Linggajati tempat Indonesia diakui sebagai negara pertamakali.
Cipaku Bogor, Simbolnya Emas tempat Hyang Madewa bersemayam masih tetap lestari, Sukarno ingin dikubur disini. Belum ada yang merawat, semoga ke depan ada yang merawat, sekarang Paku Alam ini dithawafi searah jarum jam, artinya menancapkan Paku Alam, kalau berlawanan arah berarti melepas, mensucikan, kalau searah jarum jam lihat skrup itu menanamkan Paku Alam, Paku Kesadaran, Itu bagian dari Rencana Alam. Ka'bah itu dithawafi berlawananarah jarum jam, fungsinya untuk melepas, mensucikan, maka dalam medan magnet agar bumi seimbang selain positif ada negatif, maka ada yang mensucikan ada juga yang menanamkan kesadaran, ke atas dan ke bawah, yin dan yang, seimbang, di Ka'bah energinya ke atas, melepas ke langit sedangkan di Nusantara di Indonesia sebaliknya ke bawah, menanamkan kesadaran makanya disebut "Paku Alam", "Paku Bumi", karena menjadi "Paku Pengikat Bumi", "Pamageuh Jagat" sesuai As Syuara 208 : "Allah SWT tidak akan mengazab satu kaum selama masih ada satu orang (Paku Alam) yang memberi peringatan".
Ratu Adil seperti yang disampaikan dalam berbagai Kitab maupun juga Wangsit Siliwangi itu bukan individual namun merupakan simbol berakhirnya Zaman Kaliyuga / Zaman Gelap kembali ke Zaman Emas, Zaman Satya, Zaman Kerta makanya sedang dibangun 30 menit dari Jatigede yaitu Bandara Kerta Jati karena dari sana prosesnya dimulai. Menurut Manuscript Cipaku akhir baring supagi aya Kariaan di Karang Sambung (Kerta Jati Majalengka), Ngariakeun si Balung Tunggal, Kariaan dalam bahasa Sunda artinya Hajat Besar, dan Balung Tunggal adalah sebutan lain dari Prabu Tajimalela, Prabu Siliwangi, Prabu Ciung Wanara, Prabu Cakra Buana, dll.
Dalam Wangsit Siliwangi sebelum hadir Sang Ratu Adil maka disuruh mencari Budak Angon, Sang Penggembala dan itu juga Siloka / Simbol untuk Guru / Ulama / Pendidik yang bersih yang jujur yang nanti akan melahirkan bibit-bibit unggul, manusia sejati, Ksatria Nusantara, Maung Nusantara, Manusia Unggul, Manusia Cahaya Nusantara / Macan yang disinari Cahaya Illahi, Tajimalela / Siliwangi. Jadi Budak Angon maupun Sang Ratu Adil bukan individual tapi nanti serentak dibangunkan semuanya Para Sangiang dan Para Buyut Salaka Domas / Arca Domas, 800 = 20 x 40 = (5 x 4) x (4 x 10), 4 adalah 4 penjuru Mata Angin dan 5 adalah Pandawa Lima.
Salaka Domas atau Arca Domas 800 Buyut/ Bayt nanti dipilih oleh Alam Semesta di Nusantara yang membangun kesadaran itulah Paku Alam sesuai As Syuara 208, Allah SWT tidak akan mengazab satu kaum selama masih ada yang memberi peringatan, itulah yang akan menjadi Paku Alam, Pengikat Jagat Raya. Kalau ada yang ngaku-ngaku Ratu Adil dan / atau Budak Angon, apalagi ngaku-ngaku punya pusaka yang sifatnya fisik / material / tangible seperti keris, kujang dll itu dipastikan bohong bin wadul bin bahloul.
Sesuai Wangsit Siliwangi ada masanya nanti mudu aredan heula, pada gila dulu soalnya yang dicari hal yang bersifat fisik / materi / tangible / seperti pusaka fisik, mahkota fisik, padahal bukan tentang fisik tapi tentang mental dan spiritual yang adanya dalam diri kita sendiri.
Dalam Terminologi Islam Tokoh Budak Angon Wangsit Siliwangi ini mirip dengan kisah Al Masih, Titisan Nabi Isa AS yang dikenal sebagai Sang Pengembala. Sampai sekarang banyak sekali yang mengaku sebagai Al Masih, barangkali sesuai Wangsit Siliwangi memang ada masanya Mudu Aredan Heula.
Berikut ini informasi tentang Gedong Sigrong Mareledong, Bangunan- bangunan tinggi menjulang tinggi tapi nggak ada yang mengisi :
Singapura pun mulai sepi :
Keterangan Gambar diatas adalah Titik Koordinat Paku Alam diberbagai belahan dunia ternyata Satu Garis, Yang Biru adalah Cipaku Bogor Indonesia, satu garis ke Cipaku Sumedang, Cipaku Purbalingga, Magelang, Wonogiri, Banyuwangi dan ke sebelah barat segaris dengan Sri Langka, India, Yaman, Ka'bah Masjidil Haram Mekah Al Mukaramah, dan Mesir yang saat ini menjadi Bendungan Aswan, di Indonesia pun Cipaku Sumedang saat ini menjadi Bendungan Jatigede.
Rahayu Jati Ingsun Medal Madangan..
Cag ah....
#PrungAh #PakuAlam #RatuAdil #BudakAngon #SalakaDomas #AlMasih #DNANusantara #ZamanEmas
=======================
Writer : Mang Asep Kabayan
Bade tumaros ,dupi kerajaan padjajaran nu awal aya na dimana ....,atanapi asal usul ngadeg na pajajaran ...,timana ,nuhun
BalasHapus