Jatigede Lebak Cawene
Jatigede menurut Kasepuhan Kabuyutan Cipaku adalah Lebak Cawene yang dalam Wangsit Siliwangi sebagai tempat hadirnya Sang Budak Hideung si Budak Angon yang ditemani Budak Jangotan yang akan menaklukan Budak Buncireung. Budak Angon adalah simbol kebaikan yang digambarkan sebagai manusia yang sederhana namun penuh makna yang selalu ditemani oleh Budak Jangotan sebagai simbol manusia yang arif bijaksana dan lawannya adalah Budak Buncireung yang merupakan simbol manusia yang tamak, serakah, dan buruk budi pekertinya. Menurut Buk Pakuning Alam Kabuyutan Cipaku sosok Budak Angon direpresentasikan dengan kembalinya Nu Tilu atau Sang Pencerah yang merupakan wakil dari Tuhan yang akan menjadi juru selamat di dunia, apabila kita melihat Logo Kabupaten Sumedang terlihat jelas sekali keyakinan akan hadirnya Sang Pencerah itu tergambar dari logonya dimana bawahnya ada simbol air yang merepresentasikan Waduk Jatigede, lalu kemudian ditengahnya ada Monumen Lingga, dan di atasnya ada cahaya yang menyebar ke berbagai penjuru, dengan slogan Insun Medal atau selengkapnya Insun Medal Madangan, Aku Lahir Menerangi Dunia yang merupakan kalimat yang diucapkan oleh Prabu Tajimalela, Batara Tungtang Buana, Cinde Wulung, yang artinya Selendang Hitam, setelah berkontemplasi dan beliau mendapatkan Cahaya Illahi/ Cipaku.
Kehadiran Sang Pencerah menjadi simbol atau siloka berakhirnya Zaman Kegelapan digantikan Zaman Keemasan atau Zaman Kebaikan, secara obyektif dapat dipahami sebagai tumbuhnya kesadaran manusia di alam semesta ini kembali ke Fitrahnya sebagai Manusia yang mendapatkan Cahaya Illahi, Nur Muhammad, Nur Adam, Cahaya Kebaikan dan Kedamaian. Para Spiritualis dan Kasepuhan Kabuyutan Cipaku meyakini bahwa tanda kehadiran Sang Pencerah adalah Jatigede. Jatigede sangat unik sudah lebih satu abad sejak direncanakan pembangunannya pada Zaman Belanda namun kemudian mangkrak terhenti cukup lama, baru pada tahun 2015 lah, Jatigede kemudian dapat dibangun, secara syariat merupakan Pembangunan Waduk Jatigede untuk penyediaan pengairan dan listrik namun secara spiritual dapat dilihat sebagai penyucian wilayah Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku, dari sebelumnya dimiliki oleh perorangan dengan kegiatan beranekaragam, saat ini seluruh tanah beserta isinya menjadi milik Negara Republik Indonesia dan tentu saja saat ini posisinya sedang digenangi air dan menjadi areal konservasi dimana Waduk Jatigede tidak boleh dipakai untuk kegiatan keramba apung, airnya tidak boleh dikotori, wilayah Kabuyutan Cipaku saat ini sedang disucikan oleh Air Cimanuk.
Dalam Uga Jatigede disebutkan tentang Jatigede Jati Tujuh, Cimanuk Marigi Deui, Sumedang Ngadaun Ngora, Galunggung Ngadeg Tumenggung, Jatigede adalah Jati Tujuh, The 7th Sign yang merupakan tanda kehadiran Sang Mahdi atau Sang Messiah atau Sang Juru Selamat atau Sang Pencerah yang dalam wangsit Siliwangi disebut Budak Hideung atau Budak Angon yang akan melawan Budak Buncireung yang merupakan Simbol Dajal. Cimanuk Marigi Deui artinya Cimanuk akan mempersatukan kembali, mengembalikan kesedia kala, kalau sebelumnya Manusia di Dunia dikuasai oleh jelmaan- jelmaan, ruh keburukan merajalela, maka Lembah Sungai Cimanuk akan menjadi tanda kehadiran Sang Pencerah Si Budak Hideung Budak Angon yang akan menaklukan dan mengembalikan Ruh Manusia kembali mendapatkan Cahaya Illahi, Cipaku, Cahaya Kedamaian dan Kebaikan. Sumedang Ngadaun Ngora artinya setelah Sumedang Ngarangrangan ibarat pohon yang kehilangan daun begitu juga ruh manusia yang kehilangan Cahaya Illahi, maka Sang Pencerah akan menumbuhkan daun- daun lagi sehingga ruh atau spirit menjadi cerah dan segar kembali. Galunggung Ngadeg Tumenggung artinya Galuh Hyang Agung menjadi pemimpin, merupakan simbol kehadiran Sang Budak Angon Si Budak Hideung sebagai simbol kebaikan hadir di dalam ruh manusia, memimpin ruh manusia mendapatkan Cipaku, Cahaya Illahi, dan mengakhiri Zaman Kegelapan, kegelapan hati akibat dikuasai Si Budak Buncireung Sang Dajal yang merupakan simbol karakter buruk yang ada dalam diri manusia.
Jatigede adalah Jatidiri, dimana Tuhan Yang Maha Kuasa akan mengajarkan manusia kembali mengenal Jatidirinya, kembali kepada kesucian, kebaikan, dan kedamaian melalui Cipaku, Cahaya Terang Benderang di hati atau ruh manusia. Jatigede dapat menjadi tempat untuk berkontempasi mengenal diri sendiri, mengenal jati diri, untuk berkaca dan mengetahui siapa yang sebenernya saat ini menguasai ruh kita.
Kehadiran Sang Pencerah menjadi simbol atau siloka berakhirnya Zaman Kegelapan digantikan Zaman Keemasan atau Zaman Kebaikan, secara obyektif dapat dipahami sebagai tumbuhnya kesadaran manusia di alam semesta ini kembali ke Fitrahnya sebagai Manusia yang mendapatkan Cahaya Illahi, Nur Muhammad, Nur Adam, Cahaya Kebaikan dan Kedamaian. Para Spiritualis dan Kasepuhan Kabuyutan Cipaku meyakini bahwa tanda kehadiran Sang Pencerah adalah Jatigede. Jatigede sangat unik sudah lebih satu abad sejak direncanakan pembangunannya pada Zaman Belanda namun kemudian mangkrak terhenti cukup lama, baru pada tahun 2015 lah, Jatigede kemudian dapat dibangun, secara syariat merupakan Pembangunan Waduk Jatigede untuk penyediaan pengairan dan listrik namun secara spiritual dapat dilihat sebagai penyucian wilayah Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku, dari sebelumnya dimiliki oleh perorangan dengan kegiatan beranekaragam, saat ini seluruh tanah beserta isinya menjadi milik Negara Republik Indonesia dan tentu saja saat ini posisinya sedang digenangi air dan menjadi areal konservasi dimana Waduk Jatigede tidak boleh dipakai untuk kegiatan keramba apung, airnya tidak boleh dikotori, wilayah Kabuyutan Cipaku saat ini sedang disucikan oleh Air Cimanuk.
Dalam Uga Jatigede disebutkan tentang Jatigede Jati Tujuh, Cimanuk Marigi Deui, Sumedang Ngadaun Ngora, Galunggung Ngadeg Tumenggung, Jatigede adalah Jati Tujuh, The 7th Sign yang merupakan tanda kehadiran Sang Mahdi atau Sang Messiah atau Sang Juru Selamat atau Sang Pencerah yang dalam wangsit Siliwangi disebut Budak Hideung atau Budak Angon yang akan melawan Budak Buncireung yang merupakan Simbol Dajal. Cimanuk Marigi Deui artinya Cimanuk akan mempersatukan kembali, mengembalikan kesedia kala, kalau sebelumnya Manusia di Dunia dikuasai oleh jelmaan- jelmaan, ruh keburukan merajalela, maka Lembah Sungai Cimanuk akan menjadi tanda kehadiran Sang Pencerah Si Budak Hideung Budak Angon yang akan menaklukan dan mengembalikan Ruh Manusia kembali mendapatkan Cahaya Illahi, Cipaku, Cahaya Kedamaian dan Kebaikan. Sumedang Ngadaun Ngora artinya setelah Sumedang Ngarangrangan ibarat pohon yang kehilangan daun begitu juga ruh manusia yang kehilangan Cahaya Illahi, maka Sang Pencerah akan menumbuhkan daun- daun lagi sehingga ruh atau spirit menjadi cerah dan segar kembali. Galunggung Ngadeg Tumenggung artinya Galuh Hyang Agung menjadi pemimpin, merupakan simbol kehadiran Sang Budak Angon Si Budak Hideung sebagai simbol kebaikan hadir di dalam ruh manusia, memimpin ruh manusia mendapatkan Cipaku, Cahaya Illahi, dan mengakhiri Zaman Kegelapan, kegelapan hati akibat dikuasai Si Budak Buncireung Sang Dajal yang merupakan simbol karakter buruk yang ada dalam diri manusia.
Jatigede adalah Jatidiri, dimana Tuhan Yang Maha Kuasa akan mengajarkan manusia kembali mengenal Jatidirinya, kembali kepada kesucian, kebaikan, dan kedamaian melalui Cipaku, Cahaya Terang Benderang di hati atau ruh manusia. Jatigede dapat menjadi tempat untuk berkontempasi mengenal diri sendiri, mengenal jati diri, untuk berkaca dan mengetahui siapa yang sebenernya saat ini menguasai ruh kita.
Jatigede dapat menjadi tempat untuk membangkitkan kesadaran diri untuk kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah fil ardi. Situs Lingga Kabuyutan Cipaku yang ditandai oleh Batu Tunggal atau Tetenger Hiji merupakan tempat para leluhur dahulu mengenal jati dirinya, menaklukan Guriang 7, 7 Sifat Raksasa yang setiap saat dapat merasuki kesadaran manusia. Lingga Cipaku adalah Palinggihan tempat linggihnya atau hadirnya Cahaya Illahi di dalam ruh manusia, untuk menerangi kegelapan dengan Cahaya Tuhan, Cahaya yang memancarkan kedamaian dan kebaikan. Bagi yang ingin mengenal Jatidiri dapat mengunjungi Jatigede dan berkontemplasi di Situs Lingga Cipaku dimana saat ini ada tiga titik yang masih belum tenggelam yaitu Situs Astana Gede Cipaku, Situs Gajah Agung, dan Situs Lingga Surian.
Ketiga Situs itu memiliki energi Chi atau Energi Alam Semesta yang besar ibarat Tower BTS Telekomunikasi, disanalah beberapa koordinat tempat yang memiliki medan energi yang dahsyat yang sangat baik untuk kita berkontemplasi mengenal Tuhan dan Alam Semesta.
#JatigedeJatidiri #JatigedeLebakCawene #JatigedeJatiTujuh
#JatigedeJatidiri #JatigedeLebakCawene #JatigedeJatiTujuh
Post a Comment