Gunung Sangkanjaya Darmaraja Sumedang
Sampurasun
Gunung Sangkan Jaya yang berada di wilayah administratif Dusun Cicadas, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
Untuk menuju lokasi Gunung Sangkanjaya, rute yang kita lalui melewati sungai dan menapaki jalan setapak menanjak dan dipertengahan perjalanan melewati batu besar, penduduk sekitar menyebutnya dengan batu jaga lawang, dan memang terasa ada energi kasat mata di batu ini, seolah-olah portal gerbang medan energi gelombang bias elektromagnetik untuk menuju batu besar sebesar mobil tronton yang ada di puncak Gunung Sangkan Jaya.
Gunung Sangkanjaya dulu dinamai Gunung Nurmala, yang berada di wilayah administratif Dusun Cicadas Desa Cipeuteuy Kecamatan Darmaraja kabupaten Sumedang, pada puncak Gunung Sangkanjaya terdapat satu batu yang besar sekali yang tidak bisa dimeungerti dengan logika, karena batu besar tersebut hanya ditopang oleh batu-batu kecil dibawahnya, seolah-olah medan gravitasi bumi tak berpengaruh sama sekali pada Batu Besar tersebut.
Batu besar yang berwarna agak keputihan sebesar truk tronton di Puncak Gunung Sangkanjaya tersebut, tidak pernah bergeming dari tempatnya walaupun telah puluhan abad tetap berdiri pada tempatnya, tidak berguling ke sebelah kirinnya yang curam di bawahnya, bila berguling akan jatuh ke pesawahan.
Dari porii-pori batu besar tersebut keluar air yang menetes, orang-orang yang berjiarah menyebutnya dengan sebutan air jam-jam, dimana air tersebut tidak pernah kering meskipun musim kemarau.
Disamping itu terasa ada getaran energi alam pada batu besar yang berada di Puncak Gunung Sangkanjaya tersebut, mungkin berasal dari batuan asteroid yang jatuh ke planit bumi jutaan tahun yang lalu atau mungkin muntahan batu besar yang terlempar dari meletusnya gunung Sunda. Perlu penelitian lanjutan karena saya bukan ahli astronomi atau ahli geologi batuan.
Berdasarkan cerita rakyat dan buku layang Darmaraja Gunung Sangkanjaya, dulunya adalah tempat bertapanya para resi, para raja Sumedanglarang.
Sejarah Kerajaan Tembong Agung dan Sumedanglarang menceritakan, Brata Kusuma alias Prabu Tajimalela alias Prabu Tuntang Buana alias Prabu Cakrabuana, Raja Sumedanglarang antara 712-778 Masehi dari permaisurinya Dewi Mayakasih atau Rangga Wulung, mempunyai 3 orang anak laki-laki, yaitu :
- Anak ke 1, Prabu Lembu Agung alias Jayadi Brata
- Anak ke 2, Prabu Gajah Agung alias Atma Dibrata
- Anak ke 3, Sunan Ulun alias Mariana Jaya
Buku Layang Darmaraja menceritakan, Gunung Sangkanjaya yang ada batu besar di puncaknya adalah tempat bertapa dan diujinya putra-putranya Brata Kusuma atau Prabu Tajimalela, ketika akan melanjutkan memimpin keprabuan Tembong Agung di Darnaraja dan Kerajaan Sumedanglarang di Ciguling Pasanggrahan, yaitu diujinya Prabu Lembu Agung alias Jayadi Brata dan Prabu Gajah Agung alias Atma Brata. Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung disuruh oleh ayahnya Prabu Tajimalela untuk bertapa dan disediakan kelapa muda, ketika Prabu Lembu Agung mau ke jamban dan saudaranya Prabu Gajah Agung merasa kehausan, sehingga membelah kelapa tersebut dengan Pedang.
Oleh karenanya dalam pengujian tersebut Prabu Gajah Agung kalah untuk meneruskan keprabuan di Tembong Agung, dan Prabu Lembu Agung lah yang meneruskan keprabuan Tembong Agung di Darmaraja, sedangkan Prabu Gajah Agung disuruh ayahnya Prabu Tajimalela dengan dibekali Pedang untuk mencari Pohon ki Menyan membuka lahan dan pemukiman baru melewati sungai Cipeles, hingga akhirnya menemukan pohon ki menyan tersebut di daerah Geger Sunten Ciguling, dan mendirikan Pasanggrahan atau Padukuhan baru sebagai cikal bakal kerajaan Sumedanglarang.
Referensi sejarah Sumedanglarang lainnya menceritakan Gunung Sangkanjaya yang dulu namanya Gunung Nurmala, juga merupakan salah satu petilasan ketika Prabu Tajimalela alias Batara Cakra Buana melakukan tawajuh Gunung dan Balung Tunggal atau Jabang Tutuka putranya Usuro dan Suhasanah. Usuro adalah adiknya Prabu Guru Aji Putih
Salam Santun
Post a Comment