Pusara Situs Lameta Cipaku Darmaraja


Situs ini berada di Kampung Lameta, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja. Secara astronomis berada pada koordinat 06°55'21,9" LS dan 108°05'34,0" BT. Di situs tersebut terdapat dua makam kuna yang terletak berdampingan, yaitu makam Eyang Dira dan putranya, Eyang Toa, dengan jarak 2,6 m.. Makam terletak di antara pemukiman penduduk. Luas lahan kedua makam tersebut adalah 3,5 x 2,6 meter, dikelilingi oleh susunan batu batu monolit setinggi 15-20 cm. Lahan makam dibatasi oleh tembok bata setinggi 90 cm, dan pagar terluar setinggi 1,2 meter.

Menurut cerita rakyat, Eyang Dira dan Eyang Toa adalah penjaga sungai Ciliwung dan Cisadane. Mereka juga dipercaya sebagai pangeran Jayakarta.

Katanya, hal yang disebut terakhir berpengaruh pada sejumlah peziarah untuk melakukan usaha di Jakarta.

Peziarah datang ke situs tersebut melakukan “nyuguh” atau “ngarujak goah” (memberi sesajen) pada saat “mendak bulan” atau bila akan mengadakan selamatan sehubungan dengan pembuatan rumah, anak akan ujian, ingin sembuh dari sakit, dan lain-lain.

Hasil Ekspedisi Drs Wisahya, Pusara Situs Lameta memiliki simbol khusus dimana di dalam satu balay terdapat dua makam, makam sebelah barat terdiri dari dua pusara seperti lajimnya pusara kebanyakan di luar ciri cipaku, sedangkan makam di sebelah timur terdapat lima pusara, rinciannya adalah dua pusara lajim dan terdapat tiga pusara simetris jika dipandang dari berbagai sudut pusara yang berjumlah lima tetap akan simetris, belum banyak diperoleh keterangan arti pesan dari pusara lima tersebut, tetapi saya ingin menegaskan kembali bahwa: "situs semua, situs tidak sembarangan dibuat dan tidak sembarangan diletakan seolah tidak beraturan, jika situs situs dirubah bentuk atau bahan akan menghilangkan jejak pesan, dan jika dipindah dipindah ke tempat lain maka akan menghilangkan alur atau koordinat situs dan menjadi tidak memiliki makna pesan lagi".

Situs Lameta, berupa makam keramat Embah Dira dan Embah Toa, pendatang dari Betawi yang membedah aliran Cihaliwung dan Cisadane. Tokoh ini juga diceritakan sebagai orang (tempat lalandong/berobat) Prabu Siliwangi. Situs Lameta berada di pemukiman penduduk Kampung Lameta Desa Leuwihideung, KecamatanDarmaraja;


Penenggelaman Kawasan Jatigede juga menyimpan masalah, yakni soal situs-situs sejarah kuno Kerajaan Sumedang Larang, yang berada di daerah yang terkena dampak Proyek Jatigede, secara keseluruhan situs-situs tersebut adalah:

1. Situs Leuwiloa, berupa makam kuna (keramat) Embah Wacana, yang berlokasi di Kampung Leuwiloa, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

2. Situs Nangewer, berupa makam kuna (keramat) Embah Mohammad Abrul Saka, yang berlokasi di Kampung Nangewer, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

3. Situs Tembongagung, bekas-bekas kerajaan Tembongagung yang sudah sulit dikenali, hanya ditemukan sebaran keramik Cina dari masa Dinasti Ming, yang berlokasi di Kampung Muhara, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

4. Situs Pasir Limus, merupakan kompleks makam kuna Eyang Jamanggala, Eyang Istri Ratna Komala Inten, Eyang Jayaraksa (Eyang Nanti), dan makam lain. Di sebelah timur kedua makam ini terdapat monolit. Diduga ada tatanan batu membentuk bangunan berundak. Makam ini disebut juga petilasan Tilem.

5. Situs Muhara,0 berupa makam keramat Eyang Marapati dan Eyang Martapati, yang berada di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

6. Situs Marongpong, berupa makam keramat Embah Sutadiangga dan Embah Jayadiningrat, pendiri Kampung Cihideung, yang berlokasi di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

7. Situs Nangkod, makam Embah Janggot Jaya Prakosa, yang berlokasi di Kampung Nangkod Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

8. Situs Sawah Jambe, berupa tiga batu berdiri (menhir) yang terletak di wilayah kampung Sawah Jambe, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.

9. Situs Lameta, berupa makam keramat Embah Dira dan Embah Toa, pendatang dari Betawi yang membedah aliran Cihaliwung dan Cisadane. Tokoh ini juga diceritakan
sebagai orang (tempat lalandong/berobat) Prabu Siliwangi. Situs Lameta berada di pemukiman penduduk Kampung Lameta Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja;

10. Situs Betok, kompleks makam yang berlokasi di Kampung Betok, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja

11. Situs Tanjungsari, berupa kompleks makam kuna Embah H. Dalem Santapura bin Betara Sakti, penyebar agama Islam di Darmaraja, dengan enam makam putranya, yang berlokasi di Dusun Kebon Tiwu, Desa Cibogo, Kecamatan Darmaraja. Di lokasi ini juga terdapat makam Demang Patih Mangkupraja, Patih Sumedang semasa Pangeran Kornel, dan makam-makam para juru kunci. Dekat situs terdapat sumur kuna yang disebut Cikahuripan.

12. Situs Munjul, berupa kompleks makam dengan makam utama Singadipa, yang berlokasi di Kampung Munjul, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja;

13. Situs Keramat Eretan, berupa makam keramat Embah Geulis, istri Prabu Gajah Agung, dan makam-makam lainnya yang berlokasi di Kampung Cisurat, Desa Cisurat, Kecamatan Wado.

14. Situs Cipawenang, yakni mata air yang dikeramatkan. Situs ini berada di Kampung Cigangsa, Desa Pawenang, Kecamatan Wado. Konon mata air ini dibuat secara ajaib oleh Nyi Mas Ratu Asih, putri dari Kerajaan Nunuk di Majalengka.

15. Situs Cigangsa, berupa kompleks makam umum yang masih difungsikan hingga sekarang. Pada bagian yang paling atas terdapat kelompok makam yang dikeramatkan, di mana terdapat makam utama yaitu makam Embah Dalem Raden Arya Wangsa Dinaya. Situs berlokasi di Kampung Cigangsa Desa Pawenang, Kecamatan Wado.

16. Situs Gagak Sangkur, berupa makam keramat Raden Aria Sutadinata ( berasal dari Banten) yang berlokasi di Kampung Sundulan, Desa Padajaya, Kecamatan Wado

17. Situs Tulang Gintung, berupa makam keramat Eyang Haji Rarasakti atau Jayasakti yang berlokasi di Pasir Leutik, Kampung Sundulan, Desa Padajaya, Kecamatan Wado.

18. Situs Keramat Gunung Penuh, berupa makam keramat Tresna Putih, yang berlokasi di Kampung Bantarawi, Desa Padajaya, Kecamatan Wado;

19. Situs Keramat Buah Ngariung, makam Embah Wangsapraja, penyebar Islam di Buah Ngariung, yang berlokasi di Kampung Buah Ngariung, Desa Padajaya, Kecamatan Wado.

20. Situs Curug Mas, berupa tiga objek, yaitu pertama, kompleks makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang, penyebar agama Islam dari Kesultanan Mataram dan makam pengikutnya yang bernama Angling Dharma, kedua, air terjun Curug Mas yang diyakini sebagi tempat menyimpan bokor emas, bakakak (ayam dibelah) emas, dan tumpeng emas; dan ketiga, sumur keramat yang dinamai Sumur Bandung. Situs ini berlokasi di Kampung Cadasngampar, Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede.

21. Situs Cadasngampar, berupa komplek makam Aki Angkrih, pendatang dari Sumatra yang mendirikan Kampung Cadasngampar, dan makam keluarganya, yaitu makam Aki Angkrih, Nini Angkrih, Aki Kulo, dan Nini Kulo. Situs ini terletak di Dusun Cadasngampar, Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede.

22. Situs Tanjakan Embah, berupa makam keramat Embah Jagadiwangsa dan Embah Sadaya Pralaya, yang berlokasi di Desa Jemah, Kecamatan Jatigede

23. Situs Sukagalih, berupa lima makam yang dilengkapi bangunan cungkup. Tokoh utama yang dimakamkan adalah pendiri desa ini yaitu Eyang Akung. Di sebelah baratnya adalah makam istrinya, selanjutnya Aki Gading dan dua makam lagi tidak diketahui namanya. Situs ini berlokasi di Dusun Sukagalih, Desa Jemah, Kecamatan Jatigede.

24. Situs Keramat Aji Putih. Situs yang berada di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja ini berupa makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan, makam Prabu Aji Putih, dan makam Resi Agung.

a. Makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan. Lokasi objek terletak di tengah persawahan Makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan (istri Prabu Aji Putih) sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk dan masih diziarahi orang, baik penduduk setempat maupun dari luar dengan berbagai keperluan.

b. Makam Prabu Aji Putih. Lokasi makam terletak di sebelah timur laut makam Ratu Ratna Inten Nawangwulan. Objek berupa makam yang terletak di puncak bukit. Bukit tersebut dikelilingi oleh parit dan tidak jauh dari Sungai Cibayawak.

c. Makam Resi Agung. Lokasi makam terletak di puncak bukit sebelah utara makam Prabu Aji Putih. Makam tersebut merupakan makam guru Prabu Aji Putih, pendiri Kerajaan Tembongagung. Makam masih dikeramatkan dan diziarahi oleh masyarakat setempat dan dari luar.

25. Situs Astana Gede Cipeueut. Secara administratif situs terletak di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja. Lokasi situs terletak di pinggir jalan masuk ke Desa Cipaku dan menyatu dengan pemakaman umum warga setempat. Di situs ini terdapat tiga objek berupa makam Raja Sumedanglarang, Prabu Lembu Agung, Embah Jalul, dan istri Prabu Lembu Agung.

Baca Juga :

Tidak ada komentar