Batu Kujang 1 dan Batu Kujang 2 Ada Kaitannya Dengan Masa Kecil Prabu Tajimalela

Secara administratif terletak di Kampung Tenjolaya Girang, Desa Cisaat, Kecamatan Cicurug. Situs ini terletak di lereng Gunung Salak di areal yang bergelombang. Secara astronomis terletak pada koordinat 6°45’09 LS dan 106°44’39” BT. Area situs dibatasi aliran Sungai Cisaat di sebelah timur, sebelah utara berupa lahan pertanian, pertemuan aliran Cileueur dan areal persawahan di sebelah barat, dan pertemuan aliran Sungai Cisaat serta dan Cileueur di sebelah selatan. Situs seluas .. ini dibatasi pagar kawat. Di wilayah tumbuh pohon bambu, laban, nangka, durian, damar, harendong, dan tanaman perdu seperti honje, salak, dan hanjuang. Untuk menuju ke situs, kendaraan roda dua dan empat hanya bisa mencapai di kampung terdekat, yaitu Kampung Tenjolaya. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki. Jalan setapak dan menanjak harus dilalui untuk mencapai situs ini. Tantangan lain adalah udara yang cukup dingin pada ketinggian situs mencapai 800-an m dari permukaan air laut. 


Situs Batu Kujang I dan II merupakan situs permukaan tanahnya miring makin ke utara makin tinggi. Di beberapa bagian lahan dibatasi struktur batu sehingga lahan ini membentuk punden berundak. Bentuk lahan yang demikian terbagi menjadi dua, bagian pertama yang terletak di bagian timur situs dan bagian barat dari situs. Kedua bagian itu dibatasi oleh tanggul batu.


Batu Kujang 1, Raden Tumenggung Jaya/Shanyang Siksa Kanda Ing Karesian
Raden Tumenggung Jaya/Shanyang Siksa Kanda Ing Karesian dan Raja Wretikendayun adalah Patanjala pendiri sunda yang mengeser pengaruh hindu Syiwa dan Wisnu.

Batu Kujang II, Ratu Murda Ratu Mulia Sari Ningrum

Di tengah sejuknya udara setempat, Anda akan melihat sebuah situs yang dibatasi struktur batu sehingga lahan ini membentuk punden berundak. Bentuk lahannya terbagi menjadi dua, dengan bagian pertama yang terletak di bagian timur situs dan bagian kedua di bagian barat situs.

Kedua bagian itu dibatasi oleh tanggul batu. Di situs ini terdapat puluhan menhir yang berukuran cukup besar. Namun begitu, penemuan yang paling penting ada di teras keempat atau yang tertinggi, di mana terdapat struktur batu melingkar berdiameter 2 m yang di tengahnya terdapat menhir dengan bentuk menyerupai kujang setinggi 208 cm, yang oleh masyarakat setempat disebut Batu Kujang. Di sebelah timur batu kujang terdapat menhir berukuran tinggi 52 cm. Di teras ini pula terdapat batu alam berjajar.

Tinggalan lain di teras ini adalah batu jolang berukuran 180 cm x 107 cm dengan kedalaman lubang 14 cm.Yang lebih unik, di lokasi ini juga terdapat batu alam berukuran 180 cm x 75 cm yang oleh masyarakat disebut batu maya.Di area situs ditemukan sejumlah batu menhir dan dolmen yang tersebar di atas punden berundak. Di sisi selatan punden ini ditemukan struktur batu menyerupai anak tangga yang diduga sebagai jalan masuk utama ke kompleks pemujaan ini.Pada teras tertinggi, di atas struktur susunan batu melingkar berdiameter 6 m, terdapat menhir setinggi 2,08 m dengan ketebalan 17 cm. Menhir ini menyerupai kujang yang berdiri tegak dengan lebar bagian atas 8 cm, bagian tengah 66 cm, dan bagian bawah 44 cm.Sejumlah ahli arkeologi menduga bahwa tidak tertutup kemungkinan bahwa bentuk kujang yang kini menjadi senjata khas masyarakat Sunda diambil dari bentuk peninggalan ini.

Dugaan itu berdasarkan sejumlah peninggalan di sekitar Batu Kujang yang menyerupai senjata tajam masa kini seperti mata bajak, kapak, dan sabit.Dua teras di bawah Batu Kujang misalnya, terdapat tiga batu menhir berbentuk pipih dan tajam di bagian atas. Sebuah batu menhir setinggi 130 cm diapit oleh dua batu menhir yang masing-masing setinggi 53 cm dan 89 cm. Dari kejauhan, ketiga menhir ini berbentuk seperti mata trisula yang tertancap di sisi selatan punden. 

Kuatnya pengaruh legenda Prabu Siliwangi membuat masyarakat sekitar percaya bahwa Batu Kujang merupakan simbol dari tokoh legendaris itu. Bahkan, tempat ini disebut-sebut sebagai salah satu basis pertahanan Sang Prabu dengan patih dan prajuritnya. Meski demikian dalam penelitian arkeologi, di sekitar situs ini tidak ditemukan perkakas yang menandai adanya perkampungan pada masa itu.
 

Kisah..Dahulu kala, di kaki gunung Salak bagian Utara tersebutlah sebuah padepokan yang dihuni oleh puluhan Resi. Selain tempat tinggal, padepokan itu juga menjadi tempat bagi para pembesar di kerajaan Paran Siliwangi (cikal bakal kerajaan Taruma Negara dan Padjajaran) meminta masukan dan nasehat tentang urusan kenegaraan. Peran para Resi jika diperbandingkan dengan kehidupan modern sekarang ini adalah seperti DPR. Ia menjalankan fungsi legislatif. Sedangkan yang menjalankan peran eksekutif adalah golongan pembesar yang biasa disebut Prabu. Ada satu lagi golongan yaitu Sanghyang. Para sanghyang adalah hakim yang menjalankan fungsi Yudikatif. Singkatnya; Prabu, Resi dan Sanghyang adalah TRI TANGTU BUANA (gambaran awal  trias politika) yang dicetuskan oleh orang Sunda dahulu.


Suatu ketika, para Resi di kaki gunung Salak bagian utara kedatangan tamu agung pemimpin para Sanghyang, yaitu Sanghyang Nagandini. Sang Nagandini membawa tiga bayi mungil. Nagandini bermaksud menitipkan ketiga anaknya itu untuk dididik oleh para Resi yang bijaksana.

Para Resi menerima permintaan Nagandini dengan suka cita. Mereka pun membuat sebuah bak air dengan memahat batu untuk memandikan dan menyucikan ketiga anak itu. para Resi pun memberi nama ketiga anak itu; Tadji Malela, Surya Kencana dan Balung Tunggal. Kelak ketiga anak itu akan menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah Sunda dalam naungan kerajaan Padjajaran.

KABUYUTAN adalah tempat menempa jiwa menyiapkan para pemuka agama handal yang dalam perkembangannya menjadi padepokan terbesar (TANGTU RESI) pada masa KERAJAAN GALUH (TANGTU PRABU - PONGGAWA).

QS. Yusuf :111. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kisah-kisah/kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (pikeun anu Percaya/sanés kanggo jalmi Muslim wungkul)”.

Catatan :
a. Pengajaran bagi yang Berakal!...
b. Membenarkan Pengajaran (kisah-kisah/kitab-kitab) sebelumnya, BUKAN untuk menghapuskan /meniadakan Pengajaran sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW.
c. Menjelaskan segala sesuatu
d. Petunjuk dan Rahmat bagi yang Beriman/Percaya.

Masa Hidup NABI MUHAMMAD SAW, Tahun 570-632 /ABAD 6-7 Masehi.

BAGAIMANA Keberadaan SEJARAH, AJARAN di NUSANTARA sebelum, semasa dan sesudah Nabi Muhmmad SAW wafat di Madinah /Yatsrib (Jazirah ARAB)?.
QS.Al-Hujuraat:13.
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal

QS.Ali-Imran:170-171.
Artinya : Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah (Hiyang/Gusti/Tuhan) yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka memberi kabar gembira kepada orang-orang yang masih hidup setelah mereka, bahwa tiada sesuatu yang mesti mereka khawatirkan dan tidak pula ada sesuatu yang menggelisahkan hati. Mereka bergembira atas nikmat dan karunia besar yang Allah (Hiyang/Gusti/Tuhan) berikan. Allah (Hiyang/Gusti /Tuhan) tidak menyia-nyiakan pahala mereka yang beriman.

QS.Al-Maidah :
“untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang (Syir’atan Waminhaajan)”.

Allah = Hyang/Gusti/Tuhan.

Pengertian Lafazd “ALLAH”, seratan Kang Roni Suprayogi : Lafazh Allah bukanlah "proper name", melainkan istilah Orang ARAB untuk menyebut Tuhannya, tercatat dalam kitab kuno Al Kafi jilid I, bab al Ma'bud :

“Lafazh ALLAH berasal dari kata ilah yaitu Tuhan yang disembah, dan nama (Allah tsb) bukanlah (hakekat Tuhan) yang dinamai itu sendiri.” - cicit Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, pengertian ini sepadan dengan yang dipahami bahasa kita yakni Tuhan 
(t kapital); sedangkan ilah sebagai tuhan (t kecil). Jikalau di-Sunda-kan maka Allah itu sama dengan Gusti (g kapital) atau Pangeran (p kapital). Demikian pula asma-ul husna 99 plus 1 (Allah) bukanlah Al-Musamma (hakekat Allah) melainkan segala sifat yang baik yang disematkan manusia kepada Tuhan yang dipujanya itu, yakni Allah SWT.

QS. Ash-Shaffat : 1-4.
Artinya : 1). Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, 2). Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), 3). Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran, 4). Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

Baca Juga :

Tidak ada komentar