Sekilas Pertama Kali, Nabi Adam Diturunkan Ke Bumi?

Hampir semua naskah kuno-kuno di bumi Nusantara memuat kisah Nabi Adam alahis salaam, baik naskah yang berasal Sumedang, Baduy dalam, Jawa, Dayak, Sumatera dsb. Salah kisah  dalam Naskah Cipaku "Nabi Adam Alahis Salaam diturunkan di India, di dekat Pengunungan Himalaya, dan Siti Hawa di Arab"? Untuk mengkaji kebenaran berikut kita perlu telaah lebih mendalam.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي  أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Adam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya : Al-Baqarah :30-38 dan Al-A’raaf  :11-25.

Menurut ajaran agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah, anak-anak Adam adalah Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.



Wujud Adam
Diriwayatkan dari Abu Huraira, Nabi berkata: “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 kubit. Kemudian Ia berkata, ‘Pergilah dan berilah salam kepada para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam kepadamu, karena itu akan menjadi salam bagimu dan salam bagi keturunanmu’. Ia berkata, `Al-salaamu `alaykum (damai besertamu).’ Mereka berkata, `Al-salaamu `alaykum wa rahmat-Allaah (damai ada atasmu dan kemurahan Allah).’ Maka mereka menambahkan kata-kata `wa rahmat Allaah.’ Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam bentuk/wujud Adam. Orang senantiasa menjadi semakin pendek hingga sekarang”. Imam Bukhari no. 3336 juga no.246; Muslim 7092, juga al-Haafiz ibn Hajar di Fath al-Baari (6/367)

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi bisa sebagai makhluk asing dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan cerdas, dari peradaban di bumi sampai kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.

Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

"...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebih kan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al Isra' 17 : 70)

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."(QS. At Tin 95 : 4)

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi makhluk purba berpakaian seadanya.


Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan makhluk bernama Adam dan segenap keturunannya yang mana generasinya akan menggantikannya satu dengan yang lain, sebagaimana firmanNya yang lain :


وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ 
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. [QS Al-An’aam : 165]

Allah mengkhabarkan kepada para malaikat dengan cara yang sangat istimewa sebagaimana bila Dia mengkhabarkan sesuatu yang amat besar dan para malaikat bertanya kepadaNya dengan maksud meminta penjelasan dengan cara yang hikmah, bukan dengan frontal dan kritik terhadap Adam dan keturunannya. Qatadah berkata mengenai firmanNya, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,” yang dimaksud adalah para malaikat telah mengetahui bahwa hal itu akan terjadi sebagaimana yang telah mereka lihat sendiri pada penciptaan jin dan syetan sebelum Adam.

Ibnu Umar berkata, Jin diciptakan 2000 tahun sebelum Adam, kemudian mereka menumpahkan darah antar sesamanya, kemudian Allah mengutus bala tentara malaikat dan mengusir mereka ke pulau-pulau yang dikelilingi laut [HR Ibnu Abi Hatim (At-Tafsir no. 321), para perawinya tsiqah hanya saja didalamnya ada Al-A’masy yang merupakan perawi tsiqah yudallis].

Firman Allah, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” maksudnya Aku lebih mengetahui maslahat menciptakan mereka, apa yang tidak kalian ketahui, karena akan ada dari manusia yang Aku ciptakan nanti dari golongan Nabi, Rasul, orang-orang shalih dan para syuhada.



Allah Ta’ala berfirman :

وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” [QS Al-Baqarah : 31]

Ibnu Abbas berkata, yaitu nama-nama yang dengannya manusia mengenalnya seperti hewan, bumi, laut, gunung, unta, keledai dan lain sebagainya [HR Ibnu Jarir (At-Tafsir 1/202); Ibnu Abi Hatim (At-Tafsir no. 336)]. Mujahid berkata, Adam diajarkan nama-nama seluruh hewan, jenis-jenis burung dan segala sesuatu. Demikianlah ini juga menjadi pendapat Sa’id bin Jubair, Qatadah dan yang lainnya.


Makhluk sebelum Adam
Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

"...dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya."
(Al Baqarah 2 : 30)

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat (ditunjuk) Allah sebagai khalifah (pemimpin/pengganti/penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang sebelumnya sudah ada makhluk lain. Maka dengan kata lain adalah, Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memimpin di bumi.

Dalam Al-Quran disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi :
"...dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (Al Hijr 15 : 27)

Dari ayat ini, Ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.


Penciptaan Adam
Setelah Allah menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:

"Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
(Al Baqarah 2 :30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al Baqarah 2 : 30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang dibentuk sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna.


Kesombongan Azazil
Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Azazil dari bangsa jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Azazil dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Azazil dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.


Pengetahuan Adam
Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki akal yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.


Adam Menghuni Surga
Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia masih tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:

"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."
(Al Baqarah 2:35)


Tipu daya Azazil (Iblis)
Penghormatan Untuk Adam ‘Alaihissalam dan Iblis Tidak Mematuhi Perintah Allah untuk Sujud Pada Adam

Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [QS Al-Baqarah : 34]

Ini merupakan penghormatan yang besar dari Allah Ta’ala kepada Adam ‘Alaihissalam ketika Dia menciptakan dengan tanganNya, dan meniupkan ruh, maka didalam hal ini terkandung 4 penghormatan :
1. Diciptakan Adam dengan tanganNya yang Maha Mulia.
2. Ditiupkan ruh kepadanya.
3. Diperintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya.
4. Diajarkan nama-nama dan ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, Iblis adalah satu-satunya yang menolak bersujud kepada Adam, oleh karena itu Allah memasukkannya dalam golongan orang-orang kafir.

Allah Ta’ala berfirman menerangkan mengapa Iblis menolak bersujud kepada Adam :

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. [QS Al-A’raaf : 11-12]

Al-Hasan Al-Bashri berkata, Iblis telah melakukan perbandingan, dia adalah makhluk pertama yang melakukan perbandingan (qiyas). Ibnu Sirin berkata, yang pertama kali melakukan perbandingan adalah Iblis. Sementara matahari dan bulan tidaklah disembah melainkan karena adanya perbandingan, ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Maknanya dari kedua riwayat ini adalah Iblis melihat dirinya dengan perbandingan antara dirinya dengan Adam, dia melihat dirinya lebih mulia dari Adam hingga dia menolak bersujud kepadanya sementara para malaikat semuanya sujud pada Adam. Dan akhirnya, Iblis pun terkena murka Allah, ia dikeluarkan dari surga dan ia tetap dalam keadaan seperti itu hingga hari kiamat nanti. Allah Ta’ala berfirman :

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
“Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”. [QS Al-Hijr 32-35].

Iblis telah keluar dari ketaatan kepada Allah dengan sengaja, membangkang dan penuh kesombongan dari mengerjakan perintahNya karena dia memang memiliki tabiat yang buruk karena dia tercipta dari api, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Aisyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari bara api, dan Adam diciptakan dari sebagaimana yang disifatkan atas kalian.” [HR Muslim no. 2996; Ahmad no. 24668].

Terdapat silang pendapat, apakah Iblis itu dari golongan malaikat atau golongan jin? Al-Hasan berkata, Sekali-kali Iblis bukanlah termasuk dari golongan malaikat [HR Ibnu Jarir (At-Tafsir 1/226); Abu Asy-Syaikh (Al-Uzhmah no. 1145), sanadnya shahih]. Syahr bin Hausyab berkata, Iblis termasuk golongan jin, ia ditawan oleh para malaikat ketika terjadi kerusakan di bumi oleh para jin, lalu ia dibawa ke langit dan diperintahkan untuk bersujud kepada Adam. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas dan para sahabat, juga Sa’id bin Al-Musayyib berkata, Iblis adalah pimpinan para malaikat. [HR Ibnu Jarir (At-Tafsir 1/225), sanadnya hasan].

Ibnu Abbas berkata, namanya adalah Azazil (dan dalam riwayat yang lain, ia berkata namanya adalah Al-Harits) [HR Ibnu Jarir (At-Tafsir 1/224), sanadnya dha’if]. An-Naqasy berkata, kunyahnya adalah Abu Kurdus [HR Ibnu Jarir (At-Tafsir 1/266), sanadnya dha’if]. Ibnu Abbas berkata, Iblis masuk ke dalam golongan dari para malaikat yang disebut jin, mereka adalah para penjaga surga, mereka termasuk makhluk yang paling mulia dan yang paling banyak ilmu dan ibadahnya. Iblis memiliki 4 sayap lalu Allah merubahnya menjadi syetan yang terkutuk [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/110-115; 5/164-165]. Allahu a’lam.


Penciptaan Hawa dan Mengenai Pohon yang Dilarang untuk Didekati
Setelah Iblis diturunkan atau diusir dari surga ke bumi karena membangkang perintah Allah Ta’ala, maka Adam pun tinggal mendiami surga. Allah Ta’ala berfirman kepada Adam :

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim. [QS Al-Baqarah : 35]

Konteks ayat ini menunjukkan bahwa Hawa tercipta sebelum Adam mendiami surga. Sebab dalam firmanNya yang lain :

وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim”. [QS Al-A’raaf : 19].

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya Hawa diciptakan dari tulang rusuk yang lebih pendek dan lunak, berkumpul daging di tempatnya [HR Ibnu Jarir (At-Tarikh 1/69-70), sanadnya terputus antara Ibnu Ishaq dan Ibnu Abbas]. Penguat hadits ini adalah firman Allah :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. [QS An-Nisa’ : 1]

Lalu sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-, beliau bersabda, “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan sesuatu yang bengkok tepat berada di atasnya, jika engkau bengkokkan maka ia akan patah tapi jika kau biarkan maka ia akan tetap bengkok.” [HR Bukhari no. 3331; Muslim no. 1468, dan ini lafazh Bukhari].

Firman Allah Ta’ala, “dan janganlah kamu dekati pohon ini,” para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai pohon yang dimaksud. Ada yang mengatakan pohon itu adalah pohon anggur. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Sa’id bin Jubair, Asy-Sya’bi, Ja’dah bin Hubairah, Muhammad bin Qais dan As-Suddi dalam riwayat dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan beberapa orang sahabat, berkata, Kaum Yahudi berpendapat pohon yang dimaksud adalah gandum. Wahb bin Munabbih berkata, bijinya lebih lembut dari keju dan lebih manis dari madu. Sufyan Ats-Tsauri berkata, dari Hushain, dari Abu Malik bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Ibnu Juraij berkata, dari Mujahid, bahwa itu adalah pohon tin, ini juga pendapat Qatadah. Abul Aliyah berkata, itu adalah sebuah pohon yang jika memakannya maka yang memakannya akan terlihat lebih muda. Allahu a’lam.


Nabi Adam dan Hawa Dikeluarkan Dari Surga
Abul Qasim Ar-Raghib dan Al-Qadhi Al-Mawardi dalam tafsirnya berkata, ada perbedaan pendapat perihal surga yang ditempati keduanya :

1. Surga Khuldi (di dalamnya terdapat pohon Khuldi).

2. Surga yang memang disiapkan khusus bagi Adam dan Hawa sebagai ujian untuk keduanya, bukan sebagai surga yang Allah jadikan tempat pembalasan. Orang-orang yang memegang pendapat kedua ini terbagi lagi menjadi dua kelompok :

1. Tempat surga tersebut di langit karena Adam dan Hawa diturunkan dari sana. Inilah pendapat Al-Hasan.

2. Tempatnya di bumi, karena Allah menguji mereka untuk tidak makan buah dari pohon sementara buah dari pohon lain boleh dimakan, ini merupakan pendapat Ibnu Yahya. Hal itu terjadi setelah Allah memerintahkan iblis untuk bersujud kepada Adam. Allahu a’lam.

Allah Ta’ala berfirman :

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. [QS Al-A’raaf : 20]

Syetan berkata kepada Adam dan Hawa, apa yang menghalangi kalian untuk makan buah dari pohon ini kecuali kalian akan menjadi malaikat dan kekal didalam surga. Kemudian Iblis bersumpah didepan keduanya, sesungguhnya aku menjadi penasihat bagimu. Sebagaimana difirmankan dalam ayat yang lain :

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لا يَبْلَى
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” [QS Thaha : 120]

Ini adalah tipu daya yang nyata dari syetan dan iblis. Terdapat hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di surga itu terdapat satu pohon yang mana jika seseorang berjalan di bawah naungannya maka dia tidak akan terputus selama 100 tahun, yaitu pohon Khuldi.” [HR Ahmad no. 7634].

Hawa memakan buah dari pohon Khuldi sebelum Adam. Hujjah dari hal ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, “Andaikan bukan karena Bani Israil maka daging tidak akan berubah (berbau busuk), dan andaikan bukan karena Hawa maka tidak ada wanita di dunia ini yang berkhianat kepada suaminya.” [HR Bukhari no. 3330; Muslim no. 1470]. Didalam kitab Taurat menyebutkan bahwa yang menunjukkan Hawa memakan buah Khuldi adalah seekor ular. Hawa pun memakan atas bujukan dan perintahnya, kemudian memberikannya pada Adam, maka pada saat mata keduanya terbuka (tersadar), keduanya baru menyadari bahwa mereka tidak mengenakan apa-apa lagi, kemudian mereka menjadikan daun-daun Tin sebagai penutup tubuh mereka. Inilah yang dikatakan Wahb bin Munabbih, bahwa pakaian Adam dan Hawa adalah cahaya yang menutupi kemaluannya. Ini adalah kabar Israiliyat yang terkandung kemungkaran dan bertentangan dengan firman Allah bahwa keduanya sudah memiliki pakaian, sebagaimana firmanNya :

يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. [QS Al-A’raaf : 27]

Allah Ta’ala berfirman :

وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. [QS Al-A’raaf : 22-23]. Setelah Allah menyampaikan hujjahNya bahwa syetan yang membujuk Adam dan Hawa tidak lain adalah musuh mereka sendiri, ketika itu pulalah mereka sadar mereka telah terpedaya oleh bujuk rayunya yang menyebabkan mereka mendapat murka Allah Ta’ala karena melanggar larangannya. Seketika itu pula Adam dan Hawa bertaubat, mengaku bersalah serta tunduk dan mengiba kepada Allah Yang Maha Pengampun. Hal ini juga akan berlanjut kepada keturunan mereka di bumi untuk bertaubat setelah melakukan kesalahan melanggar larangan-laranganNya.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman :

قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. [QS Al-A’raaf : 24]. Konteks pembicaraan yang terjadi dalam ayat ini adalah Allah Ta’ala mengajak bicara kepada Adam, Hawa dan Iblis. Dalam sebuah riwayat dikatakan ada ular juga disitu. Kemudian mereka semua dikeluarkan dari surga dalam keadaan bermusuhan dan terpisah. Ini merupakan perintah dan ketentuan bagi Adam dan Iblis dan apa saja yang terjadi di antara mereka berdua berupa permusuhan yang terus menerus.

Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya hingga Ibnu Abbas, dia berkata, Adam diturunkan ke bumi di antara Makkah dan Tha’if [Tafsir Ibnu Abi Hatim no. 394, 8316]. Al-Hasan berkata, Adam diturunkan di India sementara Hawa di Jeddah, Iblis di Dimistan, jauh dari Bashrah, sementara ular diturunkan di Ashbahan. As-Suddi berkata, Adam diturunkan di India bersamaan dengannya Hajar Aswad, selain itu sedikit daun surga dan ditanam di India sehingga tumbuhlah tanaman yang baik disana [Tafsir Ibnu Abi Hatim no. 397, sanadnya hasan]. Abdurrazzaq meriwayatkan dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari, ketika Allah menurunkan Adam, Dia mengajarkan Adam membuat segala sesuatu dan membekalinya buah-buahan dari surga, maka buah-buahan kalian ini berasal dari surga hanya saja ada beberapa buah yang berubah [HR Abdurrazzaq no. 42].

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik hari adalah hari ketika terbit matahari pada hari Jum’at karena pada hari itu diciptakan Adam, pada hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya.” [HR Muslim no. 1373]. Dan dalam riwayat lain, “Pada hari itu pula hari datangnya kiamat.” [HR Abu Daud no. 1046; An-Nasa’i no. 1430; Ahmad no. 9930. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani].

Imam Abu Abdillah Al-Hakim meriwayatkan dengan sanadnya hingga Ibnu Abbas, ia berkata, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Allah, maka Allah pun menerima taubatnya.” Adam berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah Engkau menciptakanku dengan tanganMu?’ Allah berfirman, ‘Ya,’ Adam bertanya, ‘Engkau tiupkan aku dari ruhMu?’ Allah berfirman, ‘Ya,’ Adam bertanya, ‘Kemudian aku bersin lalu Engkau mengucapkan Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu), dan rahmatMu telah mendahului murkaMu?’ Allah berfirman, ‘Ya,’ Adam bertanya, ‘Engkau menulis (mentakdirkan) bahwa aku melakukan perbuatan ini?’ Allah berfirman, ‘Ya,’ dan Adam pun bertanya kembali, ‘Jika aku bertaubat maka Engkau akan mengembalikanku ke surga lagi?’ Allah berfirman, ‘Ya,’ [HR Al-Hakim (Al-Mustadrak 2/594 no. 4002; Al-Hakim menshahihkan sanadnya namun Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya, Adz-Dzahabi menyetujuinya, begitu pula Syaikh Al-Albani dalam At-Tawassul hal. 115)].

Nabi Adam Menjadi Khalifah Allah di Muka Bumi

Dengan demikian, Maha Benarlah Allah dengan segala firmanNya :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. [QS Al-Baqarah : 30]. 

Allah Ta’ala dengan segala tindakanNya yang selalu mempunyai hikmah bagi setiap makhlukNya telah mentakdirkan dan menggariskan Nabi Adam Alaihissalam dan Hawa memakan buah dari pohon terlarang di surga yang dengannya mereka diturunkan dari surga ke bumi, tindakanNya ini tidak lain bukanlah pengusiran bagi Nabi Adam dan Hawa (seperti yang disangka sebagian orang) melainkan ini adalah sebuah rencana besarNya untuk menjadikan Adam dan keturunannya sebagai khalifah di muka bumi, dimana mereka akan berjuang disana, mematuhi perintah-perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya, beramal shalih, atau kebalikannya berbuat kufur/maksiat kepada Allah Ta’ala, serta memperbanyak keturunan hingga batas hari yang telah ditentukan (hari kiamat), dan sebagian dari mereka akan menjadi penghuni surga seperti bapak mereka, Adam Alaihissalam, atau menjadi penghuni neraka seperti Iblis dan syetan.

Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya Allah berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya Aku memiliki tempat beribadah di sekitar ‘Arsy, maka bertolaklah ke tempat tersebut (di bumi) dan bangunlah untukKu sebuah rumah yang akan kau kelilingi sebagaimana ‘ArsyKu dikelilingi para malaikatKu.” Kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat yang memberitahukan tempat yang dimaksud kepada Adam dan juga mengajarkan cara-cara manasik.

Diriwayatkan pula bahwa makanan pertama yang dimakan oleh Adam di bumi adalah yang dibawa oleh Jibril dengan tujuh rupa biji-bijian dari gandum. Adam bertanya, “Apakah ini?” Jibril menjawab, “Ini dari pohon terlarang yang kau dilarang untuk memakannya,” Adam bertanya, “Lalu apa yang harus aku lakukan dengannya?” Jibril menjawab, “Tanamlah disini,” Maka Adam pun menanamnya, setiap biji yang ditanam tumbuh, Adam menuainya dan digiling menjadi gandum lalu menjadi roti maka ia pun memakannya setelah kerja kerasnya. Pakaian pertamanya dari bulu domba, ia mengulitinya dan kemudian memintalnya lalu menjahitnya untuk pakaiannya dan Hawa [Tarikh Ath-Thabari 1/80-81].

Para ulama berbeda pendapat apakah Hawa melahirkan anak mereka di surga atau setelah mereka diturunkan di bumi. Diriwayatkan bahwa keduanya tidak memiliki anak kecuali setelah diturunkan ke bumi. Tetapi ada pula yang berpendapat kalau Adam dan Hawa sempat memiliki anak di surga yaitu Qabil dan saudari perempuannya. Diriwayatkan juga kisah bahwa Hawa selalu mengandung dua anak, laki-laki dan perempuan, maka diperintahkan oleh Allah setiap anak laki-laki menikahi saudari perempuannya dari saudara laki-lakinya, tidak dihalalkan menikahi saudari yang lahir bersamanya. Allahu a’lamu bishawab.

Sumber : Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsir, Juz 1
Penerbit : Pustaka Azzam

1. Nabi Adam Alahi salaam (Sanghyang Janmawalijaya/Sanghyang Adhama) Usia 960 Tahun
a. Pertama kali sareat solat subuh 2 rokaat di di turunkan kepada Nabi Adam Alahi Salaam
b. Beristeri Dengan Siti Hawa (Sang Dewi Janmawanujaya/Sang Dewi Kawahnya)



Dimanakah Nabi Adam Diturunkan?
Hadits-hadits yang menguatkan teori Nabi Adam AS, diturunkan di Al Hind.

1. Dari Qatadah RA, beliau berkata bahwa: “Allah SWT meletakkan Baitullah (di bumi) bersama Nabi Adam AS. Allah SWT telah menurunkan Nabi Adam AS di bumi dan tempat diturunkannya adalah di tanah AL-HIND. Dan dalam keadaan kepalanya di langit dan kedua kakinya di bumi, lalu para malaikat sangat memuliakan Nabi Adam as, kemudian Nabi Adam AS pelan-pelan berkuranglah tinggi beliau.” (H.R. Musonif Abdur Razaq)

2. Dari Ibnu Abbas RA, telah berkata: “Sesungguhnya tempat pertama dimana Allah SWT turunkan Nabi Adam AS di bumi adalah di AL HIND”. (HR. Hakim)

3. Dari Ali RA, telah berkata: “Bumi yang paling wangi adalah tanah AL-HIND, disanalah Nabi Adam AS diturunkan dan pohonnya tercipta dari wangi surga.” (Kanzul Ummal).

4. Dari Ibnu Abbas RA, telah meriwayatkan Ali Bin Abi Thalib RA telah berkata: “Di bumi tanah yang paling wangi adalah tanah AL HIND (karena) Nabi Adam AS telah diturunkan di AL-HIND, maka pohon-pohon dari AL-HIND telah melekat wangi-wangian dari surga.” (HR. Hakim)

5. Dari Ibnu Abbas RA telah berkata bahwa jarak antara Nabi Nuh AS dengan hancurnya kaumnya adalah 300 tahun. Dari tungku api (tannur) di AL-HIND telah keluar air dan kapalnya Nabi Nuh AS berminggu-minggu mengelilingi Ka’bah. (H.R.Hakim) Riwayat ini penting kerana kita telah tahu bahwa Nabi Nuh berkemungkinan besar berasal dari Sundaland.

6. Dari Abu Sa’id Al Khudri RA mengatakan bahwa seorang raja dari AL-HIND telah mengirimkan kepada Nabi Muhammad SAW sebuah tembikar yang berisi halia. Lalu Nabi SAW memberi makan kepada sahabat–sahabatnya sepotong demi sepotong dan Nabi SAW pun memberikan saya sepotong makanan dari dalam tembikar itu. (HR. Hakim)

7. Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW telah menjanjikan kepada kami tentang perang yang akan terjadi di AL HIND. Jika saya menemui peperangan itu maka saya akan korbankan diri dan harta saya. Apabila saya terbunuh, maka saya akan menjadi salah satu syuhada yang paling baik dan jika saya kembali (dengan selamat) maka saya (Abu Hurairah RA) adalah orang yang terbebas (dari neraka). (HR. An-Nasai)

8. Dari Ali RA berkata bahwa dua lembah yang paling baik di kalangan manusia adalah lembah yang ada di MAKKAH dan lembah yang ada di AL HIND, dimana Nabi Adam AS diturunkan. Di dalam lembah itu ada satu bau yang wangi, yang darinya bisa membuat kamu jadi wangi.

9. Dari Ibnu Abbas RA meriyawatkan dari Nabi Muhammad SAW telah bersabda bahwa Sesungguhnya Nabi Adam AS telah pergi haji dari AL HIND ke Baitullah sebanyak seribu kali dengan berjalan kaki tanpa pernah naik kendaraan walau sekalipun. (HR. Thabrani). Mengapa? Karena dulu tanah AL-HIND dan ARAB adalah satu daratan.

10. Dari Ubay bin Ka’ab RA mengatakan: “Saya berkeinginan untuk keluar di jalan Allah ke AL HIND”. Ubay bin Ka’ab RA bertanya kepada Hasan RA: “Berilah saya nasihat!”. Hasan RA berkata: “Muliakanlah perintah Allah dimanapun kamu berada maka Allah akan memuliakan kamu.” (H.R. Baihaqi fii Syu’bul iman)

11. Dari Sauban RA dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Dua golongan dari ummatku yang diselamatkan Allah dari Neraka yaitu golongan yang berperang di AL-HIND dan golongan yang berkumpul bersama Isa AS.” (Riwayat Nasai dan Ahmad)

Jadi AL HIND disini adalah Nusantara dan bukanlah India yang seringkali banyak ditafsirkan orang. Bahkan justru India pada masa dahulu adalah bagian kecil dari wilayah AL HIND atau sekarang INDONESIA.

Namun ini hanya teori yang masih banyak harus ditelaah. Akan tetapi faktanya adalah, di dunia ini, dimanakah yang paling banyak penghasil kayu wangi? Gaharu, cendana, kayu manis, dan kayu-kayu wangi lainnya? Dan negara manakah penghasil gaharu di dunia?



Habil dan Qabil, Pembunuhan Pertama
Allah Ta’ala berfirman :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa”.

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لأقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim.”

فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.

فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الأرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. [QS Al-Maa’idah : 27-31]

Al-Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya, As-Suddi menyebutkan dari beberapa orang sahabat diantaranya Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas bahwa Nabi Adam memiliki anak laki-laki yang diselingi anak perempuan setiap kehamilan Hawa. Ketika Habil ingin menikahi saudari Qabil dan dia lebih tua dari Habil sementara saudari Qabil adalah seorang wanita rupawan, maka Qabil ingin bertukar dengan saudaranya itu, sedangkan Nabi Adam memerintahkan Habil untuk menikahi saudari Qabil. Nabi Adam pun memerintahkan keduanya untuk berkurban sementara beliau menunaikan ibadah haji ke tanah Makkah, beliau mengamanahkan Habil kepada Qabil untuk dijaga dan Qabil pun menerimanya.

Diriwayatkan ketika itu Habil mempersiapkan kurbannya yaitu hewan ternak yang gemuk dan sehat, dia adalah pemilik kambing. Sedangkan Qabil mempersembahkan seikat tanaman yang buruk. Kemudian tiba-tiba kurban Habil mati terbakar hingga yang tersisa adalah kurban Qabil, ia pun murka, seraya berkata, “Aku akan membunuhmu hingga kau tidak akan menikahi saudariku!” Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang yang bertaqwa.” [Tafsir Ath-Thabari 6/188]

Perkataan Habil kepada Qabil, “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam,” ini menunjukkan akhlak yang baik, juga rasa takut kepada Allah dan keengganan melawan saudaranya dengan perbuatan jahat pula. Rasulullah bersabda, “Jika 2 orang muslim berhadapan dengan menghunus pedang, maka yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka.” Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, jika yang membunuh maka kami paham masuk neraka, tetapi yang terbunuh?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya yang terbunuh pun sangat ingin membunuh saudaranya.” [HR Bukhari no. 31; Muslim no. 2888]

Perkataan Habil kepada Qabil, “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim,” maksudnya adalah Habil tidak ingin balas melawan Qabil walau ia pun mempunyai kekuatan untuk itu. Qabil telah bertekad kuat dalam tekadnya untuk menanggung dosa saudaranya dan dosanya sendiri, yaitu dosa membunuhnya ditambah dengan dosa-dosa yang telah dilakukan Qabil terdahulu. Ini adalah yang diriwayatkan dari Mujahid, As-Suddi, Ibnu Jarir dan lainnya.

Diriwayatkan bahwa Habil dibunuh Qabil dengan cara dipukul kepalanya dengan besi hingga tewas. Ada pula yang meriwayatkan bahwa Qabil membunuhnya dengan tombak yang ia lemparkan ke kepala Habil ketika ia sedang tidur. Dan yang lain mengatakan Qabil mencekik Habil dengan cekikan yang sangat kuat dan menggigitnya sebagaimana yang dilakukan hewan buas hingga Habil tewas seketika. Allahu a’lam. Redaksi Al-Qur’an tidak menceritakan bagaimana detil pembunuhan oleh karena itu hendaknya kita batasi pada apa yang difirmankan oleh Allah Ta’ala saja. Ahli kitab meriwayatkan bahwa pembunuhan terjadi di Gunung Qasiyun yang terletak di sebelah utara Damaskus, disebut juga sebagai gua darah. Menurut mereka di tempat inilah Qabil membunuh saudaranya, Habil, Allahu a’lam, ini adalah kabar israiliyat.

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah membunuh jiwa secara zhalim karena akan mengakibatkan anak Adam yang pertama menanggung hukumannya karena dialah yang pertama kali mencontohkan pembunuhan.” [HR Bukhari no. 3335; Muslim no. 1677; Tirmidzi no. 2673; An-Nasa’i no. 3985; Ibnu Majah no. 2616; Ahmad no. 3623]. Demikian pula yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash dan Ibrahim An-Nakha’i bahwa keduanya berkata demikian.

Firman Allah, “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal,” Diriwayatkan bahwa ketika Qabil selesai membunuh Habil, ia membawa mayat saudaranya di pundaknya selama setahun, ada yang menyebutkan selama seratus tahun. Ia kebingungan apa yang harus dilakukan atas mayat saudaranya tersebut dan terus seperti itu hingga Allah Ta’ala mengutus 2 ekor gagak.

As-Suddi berkata dari beberapa orang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, ada 2 ekor gagak yang bertengkar kemudian salah satunya membunuh yang lain, gagak yang membunuh kemudian menggali lubang dan mengubur gagak yang mati. Qabil melihat mereka dan ia berkata, “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?“, kemudian Qabil pun melakukan apa yang dilakukan oleh gagak tersebut, menimbun dan mengubur mayat saudaranya. Dengan demikian, perbuatan zhalim yang pertama kali terjadi di muka bumi pun tercatat dalam sejarah umat manusia sebagai buah atas rasa dengki seorang anak kepada saudaranya karena kurban saudaranya yang ia adalah kurban yang bagus dan sehat, diterima oleh Allah Ta’ala.

Mujahid menyebutkan bahwa Qabil dipercepat hukumannya pada hari dia membunuh saudaranya, dia menengadahkan wajahnya ke arah langit sebagai bentuk hukuman dengki atas saudaranya berikut penyesalannya. Al-Imam Abu Daud meriwayatkan dari sahabat Abu Bakrah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukumannya bagi pelakunya di dunia bersama dengan adzab yang disimpan di akhirat selain dari kezhaliman dan memutus tali silaturahim.” [HR Abu Daud no. 4902; Tirmidzi no. 2511; Ibnu Majah no. 4211; Ahmad no. 19861; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud].


Beberapa Hal Setelah Pembunuhan Habil
Al-Imam Ibnu Jarir menyebutkan dalam Tarikhnya, sesungguhnya Hawa melahirkan anak untuk Adam sebanyak 40 orang, pada 20 kali kehamilan, pada setiap kelahiran terdapat laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Kemudian manusia tersebar dan semakin banyak populasinya di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. [QS An-Nisa’ : 1]

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Samurah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ketika Hawa mengandung, Iblis mengelilinginya hingga tak seorang pun anaknya yang hidup. Iblis lalu membisikkan, ‘Namakanlah anakmu Abdul Harits, niscaya ia akan hidup.’ Mereka pun menamakannya Abdul Harits dan ia pun hidup. Padahal, itu merupakan bagian dari bisikan dan perintah setan.” [HR Ahmad no. 19258; Tafsir Ath-Thabari 9/147. Didalam sanadnya ada Umar bin Ibrahim Abu Hafsh Al-Bashri, ia shaduq tetapi riwayatnya dha’if jika meriwayatkan dari Qatadah, dan di dalam hadits ini ia meriwayatkan dari Qatadah. Ahmad berkata, ia meriwayatkan hal-hal mungkar dari Qatadah, lihat Tahdzibut Tahdzib no. 6695].

Ibnu Katsir mengomentari hadits ini : Riwayat tersebut didapatkan dari kabar-kabar Israiliyat. Allah telah menciptakan Adam dan Hawa dan keduanya telah menjadi sumber manusia, maksudnya adalah agar berkembang biak dari keduanya keturunan manusia, baik lelaki maupun perempuan. Maka bagaimana pula anak mereka tidak dapat hidup sebagaimana dijelaskan hadits diatas jika anaknya adalah anak yang dipelihara oleh Allah? Maka periwayatan hadits tersebut secara marfu’ kepada Nabi adalah keliru, dan yang benar adalah periwayatannya secara mauquf. Secara zhahir, hadits ini kemungkinan didapat dari Ka’ab Al-Ahbar. Allahu a’lam.

Disebutkan dalam Taurat yang ada pada ahli kitab, bahwa setelah kematian Habil, Adam menggauli Hawa, kemudian setelah beberapa lama ia melahirkan seorang anak. Anak itu diberi nama Syits. Hawa berkata, “Karena dia adalah ganti bagiku setelah Habil yang dibunuh oleh Qabil.” Kemudian Syits memiliki anak yang bernama Anusy. Ahli kitab berkata, ‘Umur Adam ketika Hawa melahirkan Syits adalah 130 tahun, dan setelah itu ia hidup selama 800 tahun. Umur Syits ketika Anusy dilahirkan adalah 165 tahun dan hidup setelah itu selama 807 tahun, kemudian Hawa melahirkan bagi Adam anak laki-laki dan perempuan selain Anusy. Kemudian Anusy dikaruniai anak yang bernama Qanin yang mana pada saat itu ia telah berumur 90 tahun dan setelah itu ia hidup 815 tahun. Ketika umur Qanin 70 tahun, ia dikaruniai Mahla’il dan berturut-turut disebutkan keturunannya hingga Khanukh atau yang kita kenal dengan Nabi Idris Alaihissalam. Demikianlah yang telah disebutkan ahli kitab dari sumber yang mereka punya yang mana sumber tersebut telah terdistorsi oleh tangan-tangan kotor dan jahil yang memusuhi syari’at Allah Ta’ala yang dibawa oleh para utusanNya.

Allahu a’lamu bishawab.

Sumber :
1. Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsir, juz 1, tahqiq : Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki. Penerbit Pustaka Azzam
2. Tafsir Ibnu Katsir, QS Al-Maa’idah ayat 27-31.


Wafatnya Nabi Adam
Muhammad bin Ishaq berkata, ketika Adam menjelang ajal, dia memberikan wasiat kepada anaknya, Syits, mengajarkannya siang dan malam, mengajarkan ibadah, dan mengajarkan segala macam ilmu pengetahuan. Ketika Adam wafat pada hari Jum’at maka datanglah para malaikat mengafani Adam dari kain kafan surga, para anaknya berkumpul, demikian pula Syits. Ibnu Ishaq berkata, terjadi gerhana matahari dan bulan selama tujuh hari tujuh malam [Tarikh Ath-Thabari 1/100].

Ubay bin Ka’ab berkata, sesungguhnya ketika Adam dijemput ajal, dia berkata kepada anaknya, “wahai anakku, sesungguhnya aku menginginkan buah dari surga,” kemudian anak-anak Adampun berangkat untuk mencarinya dan mereka bertemu dengan para malaikat yang sedang memegang kain kafan. Para malaikat bertanya, “wahai anak Adam, apa yang kalian inginkan dan kalian cari?”, mereka menjawab, “ayah kami sakit dan dia menginginkan buah surga.” Maka para malaikat berkata, “kembalilah kalian, umur ayah kalian sudah habis.” Kemudian mereka pun kembali kepada Adam. Ketika Hawa melihat mereka, ia pun mengetahui maksud kedatangan mereka lalu Adam berkata kepada Hawa, “biarkanlah aku, sesungguhnya aku diciptakan sebelummu, jangan halangi aku dengan para malaikat Tuhanku.” Kemudian para malaikat mencabut nyawa Adam, memandikannya, mengkafaninya dan menggali kuburannya kemudian menshalatkannya. Lalu mereka masuk ke dalam kuburannya dan meletakkan jasad Adam disana, kemudian mereka berkata, “wahai anak Adam, inilah sunnah kalian.” [HR Ahmad no. 10734].

Banyak perbedaan pendapat mengenai tempat dikuburnya Adam, yang masyhur diantaranya adalah :

1. Adam dikubur di dekat gunung yang ketika itu ia diturunkan dari Surga, yaitu di India.

2. Adam dikubur di gunung Abu Qubais di Makkah.

3. Dikatakan, ketika topan melanda, Nuh Alaihis salam membawa jasad Adam dan Hawa di peti Tabut, kemudian menguburkan keduanya di Baitul Maqdis. Inilah yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Asakir meriwayatkan, kepala Adam berada di Masjid Ibrahim sementara kakinya berada di batu besar Baitul Maqdis [HR Ibnu Asakir dari perkataan Abdullah bin Abi Farras]. Allahu a’lam.

Terdapat perbedaan pendapat tentang usia Nabi Adam, namun yang rajih insya Allah adalah 1000 tahun. Pendapat ini didasarkan pada bermukimnya Nabi Adam setelah diturunkan ke bumi yaitu 930 tahun Syamsiyah, sementara dalam tahun Qamariyah adalah 957 tahun dan ini ditambahkan dengan lamanya beliau bermukim di surga sebelum diturunkan yaitu selama 43 tahun. Inilah pendapat Ibnu Jarir.

Nabi Syits bin Adam selanjutnya adalah orang yang dipercaya memegang risalah kenabian setelah Nabi Adam wafat. Sebagai seorang Nabi, Syits menerima lembaran-lembaran wahyu dari Allah Ta’ala. Diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “sesungguhnya Allah menurunkan seratus empat puluh shahifah, dan kepada Syits sebanyak 50 shahifah.” [Tarikh Ath-Thabari 1/152].

Nabi Syits adalah saudara Habil dan Qabil, beliau dilahirkan setelah peristiwa kematian Habil karena kejahatan saudaranya, Qabil. Nabi Syits terpilih karena faktor kecerdasannya, ketakwaannya, kezuhudannya dan kepatuhannya, sifat-sifatnya yang mulia inilah yang membuatnya lebih unggul dibandingkan anak-anak Nabi Adam yang lainnya. Dikatakan bahwa usia beliau mencapai 920 tahun. Ketika ajalnya datang dia berwasiat kepada anaknya, Anusy, maka dia melaksanakan perintah Allah. Kemudian setelahnya adalah anaknya, Qanin. Kemudian anaknya, Mahla’il, dialah orang yang diklaim merupakan moyang bangsa Persia. Dia menguasai tujuh daerah, dia juga merupakan orang pertama yang menebang pohon, membangun kota dan benteng besar. Dia yang membangun kota Babilonia dan kota Sus Al-Aqsha, dikatakan bahwa dia mengalahkan iblis dan bala tentaranya lalu mengusir mereka dari bumi. Ketika dia meninggal, tampuk kepemimpinan diwariskan oleh anaknya, Yard. Ketika Yard wafat, dia berwasiat kepada anaknya, Khanukh. Khanukh inilah yang kita kenal dengan nama Idris Alaihissalam menurut pendapat yang masyhur. Allahu a’lamu bishawab.

–Al-Hafizh Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/437, tahqiq : Syaikh ‘Abdullah At-Turki, Penerbit Pustaka Azzam–

Catatan :
Nabi Syits tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang menjelaskan mengenai beliau terutama bersumber dari ahli kitab Yahudi dan Nashrani atau riwayat Israiliyat yang tidak bisa dipastikan keshahihannya. Ada pula riwayat dari tanah Jawa yang menyebutkan bahwa beliau adalah putra Nabi Adam yang setelah ayahnya wafat, maka beliau mengembara dan tiba di suatu daerah, lalu beliau menetap disitu kemudian beranak pinak dan keturunan dari beliau inilah yang kemudian menjadi leluhur raja-raja di tanah Jawa. Terhadap kisah gharib yang tak ada asal-usulnya ini, cukuplah kita katakan, Allah-lah yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib.

Baca Juga :

Tidak ada komentar