Seorang Penjual Bakso Mendapatkan Uang Jadi Sirih
Berita - Darmaraja, berita ini beredar setahun yang lalu duit jadi daun seureuh (uang jadi sirih), semula hanya kita dengar pada cerita-cerita dongeng pesugihan. Di Kecamatan Darmaraja, justru hal tersebut bukan cerita belaka, tapi nyata.
Adalah Bayut Warya, warga Dusun Citembong Girang, RT 03, RW 03, Desa Cikeusi, Kecamatan Darmaraja. Pria yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang bakso keliling itu, menuturkan jika pada Selasa pagi (5/6) lalu, ia dibuat dongkol dengan ditemukannya seureuh pada laci uang yang terdapat pada tanggungan baksonya. Setelah seorang perempuan cantik membeli semangkok bakso tepat di area pemakaman Astana Gede, Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja.
Di temui sumedangonline.com di rumah panggung, beralaskan talupuh bambu
Jumat (15/6). Ayut bercerita, sudah menjadi kebiasan rutin jika setiap
hari ia berkeliling menjajakan bakso, bahkan sampai ke wilayah Desa
Cipaku yang berjarak lebih dari 2 kilometer dari kediamannya.
Sesampainya di area pemakaman Raja Sumedang Larang, Prabu Lembu Agung di
makam Astana Gede sekira pukul 08.55, suasana di daerah itu tampak
sepi, padahal biasanya dikatakan Ayut, daerah itu kerap lalu lalang
kendaraan.
Pria 30 tahun itu sempat melintas area pemakaman, namun langkahnya
terhenti, ketika mendengar suara perempuan memanggilnya. Ia pun tertegun
kaget, karena sebelumnya ia tak melihat seorang pun di lokasi itu,
apalagi perempuan tersebut mengenakan pakaian serba mewah dan gemerlap,
bahkan ia melihat gelangnya pun sampai ke sikut bergemericik.
“Tong sieun mang, abdi mah bade meser bakso (jangan takut saya mau membeli bakso),” ujar perempuan itu.
Meski dengan berjalan gemetar Ayut berusaha mendekati perempuan
tersebut. Sebelum ia membuatkan bakso, perempuan itu justru mengajaknya
untuk ngobrol. “Mang tos gaduh pamajikan teu acan, lamun teu acan
kersa nikah sareng abdi? Margi pun bapa miwarang, yen di daerah dieu aya
pijodoeun abdi. (Mang, sudah punya istri belum, kalau belum mau
nikah dengan saya tidak? Karena kata Bapak, menyuruh saya untuk mencari
suami di daerah sini),” tanya perempuan itu.
Ayut pun menjawab dengan gemetar, jika dirinya sudah punya istri dan anak. Namun perempuan itu tak menolak untuk dipoligami. “Wios
Mang bade dicandung oge, tapi lamun nikah sareng abdi si teteh (istri
Ayut) bakal senang, aa (Ayut) oge senang. Lamun bade kedah aya izin
heula ti si teteh sareng keluarga aa. (Tidak apa-apa dimadu juga,
kalau nikah dengan saya, istri aa senang, aa juga senang. Tapi kalau
mau, harus seizin istri dan keluarganya),” ujar perempuan itu setengah
memaksa.
Ayut kemudian menjawabnya, jangakan untuk menafkahi dua istri,
mempunyai satu istri saja susahnya minta ampun. Beruntung perempuan itu
tidak terus memaksanya, dengan alasan waktu sudah menjelang siang, ia
pun menyuruh Ayut untuk segera membuatkan bakso. Saat ditawari akan
memakai plastik atau mangkok, perempuan itu menjawabnya ringan. “Teu kedah nganggo mangkok ti amang, wios da abdi ge nyandak,
(Tidak usah pakai mangkok dari amang saya juga bawa),” ujar perempuan
itu sambil mengeluarkan mangkok dari belakang tubuhnya. Mangkok itu
terlihat oleh Ayut saat itu mengeluarkan sinar, bahkan membuatnya silau.
“Saya benar-benar semakin takut saat itu,” tambahnya.
Yang lebih membuat Ayut melongo ketika perempuan itu akan membayar
baksonya, dari dalam tas yang ia bawa, terdapat tumpukan uang dalam
jumlah banyak. Ia pun menyerahkan selembar uang nominal Rp 5 ribu sesuai
dengan harga baksonya. Sebelum perempuan itu beranjak pergi, ia
berpesan pada Ayut.
“Artos ieu tong dugi ka leungit, tong reuwas naon wae bentukna
engke. Tapi lamun ka dieu deui (Cipaku) tong dugi kadibawa. Kecuali,
lamun engke makam Cipaku tos pindah, akang tong kaget nyak ieu teh
rezeki akang (Uang ini jangan sampai hilang, jangan kaget dengan
bentuknya nanti. Tapi kalau ke Cipaku jangan dibawa, kecuali kalau nanti
makam sudah di relokasi. Akang jangan kaget ini rezeki akang),” ujar
perempuan itu sambil berlalu.
Sebelum menghilang perempuan itu sempat melambaikan tangannya, ketika
Ayut akan membalikan badan untuk pergi, tiba-tiba terdengar suara
kooook,koook sangat keras, membuat Ayut membawa tanggungannya dengan
lari terbirit-birit, bahkan tutup tempat baksonya pun belum sempat
ditutup.
“Sudah sampai di SD Cipaku, saya menunggu pembeli sambil istriahat.
Kemudian membuka laci, betapa kagetnya saya ketika melihat uang dari
perempuan itu berubah jadi sirih. Saya sempat dongkol dan teriak-teriak
hingga mengundang guru dan warga yang ada di situ datang ke saya, mereka
bertanya ada apa, setelah saya ceritakan. Mereka justru ngananaha kenapa saya tidak mau dinikahi dia, padahal banyak orang yang sampai bertapa,” ujarnya.
Menanggapi hal itu seorang pakar supranatural, Warya (52)
menyebutkan, jika perempuan itu kemungkinan leluhur Darmaraja, sayangnya
usia Ayut yang belum terkena umur sehingga ia belum dapat mempergunakan
lembar sirih tersebut. “Kemungkinan saat kejadian itu Ayut pikirannya
sedang kosong, hingga ia mampu melihat perempuan jadi-jadian itu,” ujar
Warya.
Bahkan menurut keterangan Warya, ada penduduk yang berusaha ingin
bertemu dengan penunggu makam Astana Gede tersebut, mereka rela bertapa
di sana, namun belum berjodoh bertemu. Menurut Warya, saat ini para
karuhun di Cipeueut sedang galau dan bingung apalagi dengan adanya manusia merelokasi makam itu akibat tergusur bendungan Jatigede. (igun gunawan - sumedangonline)
Post a Comment